"Mark, Mark, berhenti." ujar Saeron sambil menarik tangan Mark, membuat Mark menghentikan langkahnya.
Mark menatap Saeron, lalu menarik headphone yang menempel di kedua telinganya. "Ada apa? Pagi-pagi udah caper aja, berisik tau."
"Dih, caper? Siapa? Aku? Ogah, aku cuman mau balikin ini." ujar Saeron sambil menaruh kaleng kopi yang masih utuh itu ke tangan Mark, membuat Mark sedikit bingung. "Makasih, tapi aku gak butuh ini." ujarnya, lalu ia berjalan pergi.
"Ya! Mau kemana?" tanya Mark sambil menarik tas Saeron, membuat Saeron tak bisa melangkah pergi. "Kenapa dibalikin?" ujarnya sambil menyerahkan kembali kaleng kopi itu, membuat Saeron menatapnya kesal.
"Ya! Aku bilang, aku gak butuh..."
"Gak butuh gimana? Kau selalu tertidur di kelas, jadi minum saja." ujar Mark sambil menyodorkan minuman itu ke mulut Saeron, setelah membukanya.
"Aishhh, gak mau, aku gak lagi ngantuk sekarang. Tidurku cukup semalam, jadi aku gak bakalan ngantuk hari ini." ujar Saeron, kesal.
"Kita lihat saja, ini." ujar Mark sambil menyelipkan kaleng itu dalam genggaman Saeron, lalu berjalan pergi.
Saeron menatap Mark, kesal. Belum lagi para murid lain yang melihat mereka dan memperbincangkan mereka, membuatnya semakin ingin menenggelamkan Mark ke samudra antartika.
"Saeron, selamat pagi." ujar Youngmin sambil memegang bahu Saeron, membuat Saeron refleks menghempaskan tangan Youngmin.
"Aduhhh..." ujar Youngmin, kaget. Bajunya basah karna tumpahan kopi itu, membuat Saeron menatapnya kaget.
"Ya ampun, Ssaem, maafkan aku." ujar Saeron, merasa bersalah. Dia segera mengambil tisu didalam tasnya, tangannya gelagapan membersihkan baju Youngmin.
Tapi tindakan itu malah membuat mereka semakin menjadi pusat perhatian, beberapa murid bahkan terang-terangan mencibir Saeron. Youngmin membiarkan Saeron membersihkan bajunya, entah kenapa ia merasa nyaman didekat Saeron.
Sosok yang mengikuti Saeron juga hanya diam menatap mereka, sedikit bingung dengan perasaannya sendiri. Disisi lain ia cemburu, tentu saja. Tapi disisi lainnya, ia merasa ada yang aneh dengan pria itu. Karena setiap kali dia melihat mata pria itu, ada kesedihan terdalam, meskipun dia sedang tersenyum, dan itu menular cepat padanya.
"Sudahlah, gak papa." ujar Youngmin sambil memegang kedua tangan Saeron, saat cibiran pada gadis itu semakin terdengar. "Aku gak papa, bajumu juga kena." ujarnya, pelan.
"Eoh, tapi pakaian Ssaem jadi kotor."
"Gak papa, bukan masalah kok. Aku bisa ganti, sebaiknya kamu bersihin baju kamu." ujar Youngmin, tersenyum.
"Ya, ya sudah, maaf ya, Ssaem."
"Tenang saja, saya pergi dulu." ujar Youngmin sambil berjalan pergi, membuat Saeron membungkukkan badannya berkali-kali.
"Enak ya jadi Saeron, selalu deket sama cowok famous di sekolah." celetuk salah seorang murid, membuat Saeron terdiam.
"Gak heran dia disebut playgirl, gitu sih kelakuannya."
"Playgirl kebagusan kali, b*tch, lebih tepatnya."
"Ehhh, nanti dia denger lho."
Saeron menatap ketiga gadis itu, lalu menghampiri mereka. "Bilang apa tadi?" tanyanya, membuat ketiganya kaget.
"Gak papa kok, ayo pergi." ujar salah satunya, membuat yang lainnya ikut pergi.
"Ya! Kalo ngomong tuh dijaga ya, jangan asal jeplak aja tuh mulutnya." ujar Saeron, kesal.
"Kau seneng, kan?"
Saeron menoleh begitu mendengar suara Mark di belakangnya, pria itu berdehem sebentar.
"Seneng ngemodusin guru pengganti itu? Kau pasti seneng, kan? Dia juga kayaknya suka sama kamu, kenapa gak dideketin aja?"
"Ngomong apaan, sih? Aku lagi gak mood ya, jangan mancing." ujar Saeron, kesal.
"Aku juga gak mood mancing, emangnya kamu ikan? Mending ikan bisa dimakan, lha kamu? Apa yang bisa aku ambil darimu?"
"Bisa gak sih kamu lewat aja gitu? Gak usah mancing, lagian siapa juga sih yang modus?" ujar Saeron, kesal. "Ini semua gara-gara kamu, tau gak? Kalo aja kamu gak ngasih--"
"Ini tutup mulut kamu, berisik." ujar Mark sambil menyumpalkan roti yang sedari tadi dipegangnya ke mulut Saeron, lalu berjalan pergi.
"Ishhh, Mark, nyebelin banget sih." ujar Saeron, kesal.
Mark hanya memutar matanya, lalu meneruskan kembali langkahnya.
Saeron menggenggam roti itu, ia sangat ingin memukul Mark. Itu anak kenapa sih? Dari kemarin selalu ngasih beginian, dia gak lagi ngemodus, kan? Gak mungkinlah, ya kali, tuh anak cuman gabut doang.
Saeron berjalan menuju kelasnya, sedangkan Mark didepannya juga menuju kearah yang sama. Sambil memakan roti yang ternyata enak itu, Saeron menatap Mark tajam dari belakang. Aishhh, awas saja kalau dia membuatku semakin marah.
Mark memasuki kelasnya yang ramai seperti biasa, mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. Yang perempuan membahas gosip yang lagi hot disekolah, termasuk tentang hubungan Mark dan Saeron. Yang laki-laki sibuk bernyanyi, bercanda, bahkan belajar. Mark menatap sekelilingnya yang menatapnya, sekilas, lalu kembali sibuk, Mark juga langsung berjalan ke kursi tempatnya duduk.
"Aishhh..." ujar Saeron, membuat seluruh tatapan tertuju padanya. Mereka pun bergantian menatapnya dan Mark, membuat Saeron memutar matanya. "Jangan pikir macam-macam, aku gak bareng sama dia." ujarnya sambil melangkah terburu menuju kursinya, tanpa menatap Mark yang sudah duduk di kursinya.
"Cieee yang malu-malu ketahuan berangkat bareng, kenapa sih gak bilang aja?" ujar Haechan sambil menunjuk Mark dan Saeron, yang ditunjuk hanya saling buang muka.
"Mark, loe gercep amat ya? Gw aja ngincer adek kelas udah lama banget belum di notice, lha loe baru ketemu aja dah jadian." ujar Rocky, membuat yang lainnya tertawa.
"Kalian ngomong apa sih? Aku pusing, tau gak?" ujar Saeron, kesal. Dia menatap Mark yang hanya diam membaca bukunya, lalu kembali membuang tatapannya setelah menghela nafas kasar.
"Kenapa sih ngurusin mereka? Kalo kamu gak ngerasa, jangan marah dong." ujar Mark sambil membuka halaman buku selanjutnya, membuat Saeron menatapnya.
"Ya! Kita emang gak gitu..."
"Cieee, udah kita nih ceritanya."
Haechan kembali bersuara, membuat Saeron menatapnya kesal.
Saeron menatap Mark kembali, lalu berdiri disamping pria itu. "Ya! Kalo kamu suka sama aku, bilang dong." ujarnya, kesal.
"GR, aku gak suka sama cewek preman kayak kamu." ujar Mark, datar.
"Lha, terus? Kenapa kamu gak bantah semuanya? Kenapa kamu kayak nikmatin gosip ini?" ujar Saeron, sebal.
Mark berdiri dihadapan Saeron, membuat Saeron mundur. "Kenapa? Kamu tanya kenapa?" ujarnya sambil mendekati wajah Saeron, membuat para gadis itu hampir histeris. "Karna aku kasian sama kamu, kamu itu udah susah payah cari muka." ujarnya, tajam. Mark melirik Haechan yang mulai mengambil gambarnya, dia pun segera kembali duduk.
Saeron menghela nafasnya yang terasa sesak, tanpa sadar ia menghela nafas dengan kasar didepan pria itu. Saeron menatap Mark yang hanya diam, seperti tak terjadi apapun. Saeron berdecak sambil menghentakkan kakinya, lalu kembali duduk dikursinya. Aku benci dia, pokoknya aku benci dia.
Lagi badmood bngt hari ini, jadi gak pake basa basi. Enjoyyy, yaaa. makasih yng udh baca sampe part ini, semoga betah. Maaf kalo aku gak ramah atau terlihat maksain diri, hha.
Minji
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE (ft. Sherly Diah) (END)
Fiksi PenggemarSaat seseorang yang tak kau kenali mengenalimu sebagai salah seorang dari masa lalunya, apa yang akan kau lakukan? Saat kau merasakan bahwa dia bukanlah manusia sepertimu, akankah kau takut padanya? Apakah kau akan membantunya untuk kembali ke alamn...