Saeron berjalan menuju perpustakaan, karena diluar hujan. Ia berniat mengerjakan tugas disana, mungkin tidur sebentar juga tidak papa. Saeron memasuki perpustakaan dengan langkah terburu-buru, suasana sepi membuatnya senang.
Saeron mengambil sebuah buku, lalu ia mencari tempat duduk yang menjadi favoritnya. Tapi sepertinya tidak, karna tempat itu telah ditempati Mark, pria itu. Gadis itu segera menghampiri Mark yang sedang membaca buku, ditelinganya tersumpal sebuah headset. Saeron menghela nafas, lalu berdiri dihadapan Mark.
Mark menyadari kehadirannya, lalu menatapnya. Ia menarik salah satu headset itu, lalu menatap Saeron. "Ada apa?" tanyanya, datar.
"Maaf, bisakah kamu pergi dari sana? Itu tempat favoriku, aku harus mengerjakan tugas." ujar Saeron, tak terpengaruh tatapan tajam Mark.
Mark berusaha tak memperdulikan Saeron, ia kembali menyumpalkan headset itu ke telinganya. Saeron menatap pria itu, tak percaya.
"Ya! Kau mendengarku, kan?" ujar Saeron, kesal. Mark malah bersenandung, membuat Saeron semakin naik darah. "Ya! Kau pikir, kau siapa?" teriaknya sambil menarik kedua headset itu, membuat Mark terdiam. "Ini tempat favoritku, kamu harusnya pergi."
Mark menatap Saeron, tajam. "ini perpus, bukan hutan. Aku mendengarmu, tapi apa kau tak bisa melihat? Semua kursi disini kosong, kenapa kau memarahiku hanya karna ini?"
"Kau bisa pindah, kan?" ujar Saeron, kesal.
"Tidak mau, kau bisa cari kursimu sendiri." ujar Mark sambil kembali membaca, membuat Saeron mengepalkan tangannya.
"Ya! Apa kau berniat mengajakku berkelahi? Apa kau benar-benar mengajakku untuk itu?"
Mark memutar matanya, tapi ia tak begitu memperdulikan omelan Saeron.
"Ya! Beraninya kau mengabaikan aku?" ujar Saeron sambil mengambil buku yang tengah dibaca Mark, membuat pria itu kembali menatapnya. "Kau baca apa sih?"
"Kembalikan, itu punyaku." ujar Mark, tajam.
"Pindah dulu, baru kukembalikan." ujar Saeron sambil melipat tangannya, membuat Mark menatapnya.
"Kalau aku tidak mau, gimana? Aku bisa merebut buku itu dengan paksa, lho." ujar Mark, seringaiannya membuat Saeron sedikit bergidik ngeri.
"Siapa peduli? Cepat pindah." ujar Saeron, tanpa memperdulikan tatapan Mark yang sedikit membuatnya takut.
"Baiklah, kalau itu pilihanmu." ujar Mark sambil beranjak dari duduknya, pria itu menarik tubuh Saeron, membuat gadis itu terjatuh ke pelukannya. Tentu saja Saeron kaget, ia menatap Mark yang begitu dekat dengannya. "Dengar ya, Kim Saeron. Kalau kau berniat merayuku dengan cara murahan seperti ini, aku takkan berpengaruh sedikitpun. Aku malah makin jijik padamu, jadi silahkan pergi dari sini." ujarnya sambil mengambil bukunya, lalu dia mendorong Saeron menjauh.
Mark tersenyum, lalu kembali duduk di kursinya. Pria itu membersihkan bukunya, seolah tak terjadi apapun. Mark kembali menyumpalkan headset ke telinganya lagi, lalu membaca bukunya kembali.
Sedangkan Saeron?
Saeron menahan emosinya, ia mencoba untuk tak memukul pria itu dengan tangannya. Saeron menghela nafas, lalu berjalan pergi.
"Mark jelek, jahat, menyebalkan. Siapa juga yang caper padanya? Siapa juga yang suka padanya? Aishhh, pria ini memiliki tingkat kepercayaan diri yang melampaui batas. Dia manusia menyebalkan yang pernah ada, aku takkan mau berhadapan dengannya lagi. Aishhh."
Pada akhirnya Saeron memilih mengalah, ia mencari tempat duduk yang jauh dari pria itu. Ia memilih termenung menatap hujan seharian disana, masa bodoh dengan tugas yang besok harus ia kumpulkan. Nanti malam saja mengerjakannya, biarlah nanti malam ia begadang kembali.
***
Saeron menaruh tasnya di atas sofa, ia sungguh merindukan ranjang kamarnya itu. Tanpa pikir panjang, ia segera berbaring di ranjang yang empuk itu. Ia tersenyum, saat hawa hangat yang aneh memenuhi tubuhnya. Rasanya seperti dipeluk, tapi entahlah, karna tak ada siapapun disini.
Saeron memang sering merasakan hal seperti ini, apalagi kalau sudah malam. Udara diluar sana sangat dingin, tapi di kamarnya begitu hangat. Awalnya Saeron merasa aneh, tentu saja, karna ini sangat tak biasa. Tapi entah sejak kapan Saeron mulai terbiasa, malah semakin nyaman dengan hal itu. Mungkin karna seseorang memberitahukan padanya, bahwa ada sosok yang mengikutinya sejak lama. Entah sejak kapan, tapi orang itu bilang, sosok itu adalah orang yang baik, ia hanya berniat menjaganya.
Saeron tersenyum, saat merasakan perutnya menghangat. "Kamu tau kan apa yang terjadi padaku hari ini?" ujar Saeron, pelan. "Apa kau berniat menghiburku?" ujarnya, tapi ia terkikik geli saat merasakan lehernya ditiup. "Geli, kamu jail banget sejak pagi tadi. Ada apa sih?"
"Saeron, cepat turun, waktunya makan malam." ujar Ibu Saeron dari lantai bawah, membuat Saeron segera beranjak dari ranjangnya.
"Iya, Eomma, aku mandi dulu." ujar Saeron sambil berjalan menuju kamar mandi, meninggalkan sosok tanpa wujud diatas ranjangnya. Sosok itu tersenyum, lalu beranjak duduk.
Kamu ngingetin aku sama seseorang, kalian mungkin sama persis. Meskipun aku merasakan hal berbeda tiap kali bersamanya, tapi bersamamu membuatku nyaman.
***
Saeron menghela nafas, ia sungguh ingin tidur. Tapi tugasnya masih menumpuk, besok harus dikumpulkan. Saeron melirik sebelah kanannya, pundaknya terasa hangat. "Ya! Tak bisakah kau membantuku? Jangan manja terus, bantu aku kali-kali kek." gerutunya, kesal.
Saeron tertawa sendiri, karna merasa ngomong sendirian. Ia yakin, seseorang disampingnya juga tertawa karna sikapnya. "Sayang sekali kamu tak bisa kulihat atau pun berbicara padaku, tapi aku sangat senang kau ada disini bersamaku." ujarnya, tersenyum.
Saeron menghela nafas, lalu menutup matanya. Dia menatap buku-bukunya kembali, ia kembali mencoba tenggelam dalam buku tugasnya. Sesekali matanya menutup karna menahan kantuk, tapi Saeron berusaha menahan rasa kantuknya itu.
Tuk!
Akhirnya Saeron menyerah, gadis itu akhirnya tertidur diatas meja belajarnya. Sosok yang sedari tadi memperhatikan Saeron terkikik geli, lalu mengusap kepala gadis itu. Wajahnya mendekat, ia mengecup kepala Saeron. Sosok itu tersenyum, lalu menyandarkan wajahnya ke punggung Saeron.
Aku akan selalu bersamamu, aku akan menjagamu, aku akan menghalangi siapapun yang akan menyakitimu, aku janji.
Hallooooo, hha, aku gak bisa basa-basi deh. Hha, yaudahlah, jangan lupa vomment nya ya... Maaf kalo gak nyambung, hhe, abisnya you knowlahh
Minji
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE (ft. Sherly Diah) (END)
أدب الهواةSaat seseorang yang tak kau kenali mengenalimu sebagai salah seorang dari masa lalunya, apa yang akan kau lakukan? Saat kau merasakan bahwa dia bukanlah manusia sepertimu, akankah kau takut padanya? Apakah kau akan membantunya untuk kembali ke alamn...