Crazy Boy (3)

1.2K 195 16
                                    

" gawat"
Batin Tiffany. Lima menit lagi pelaksanaan razia sekolah akan dimulai dan dia baru sadar kalau pin badge namanya tertinggal, itupun karena di ingatkan Jessica, teman satu bangkunya.

" aku harus gimana?"
Tiffany semakin panik ketika mendengar suara bel berbunyi dan pengumuman bilang seluruh siswa diwajibkan berbaris di lapangan.

Jangan ditanya gimana perasaan Tiffany. Sudah jelas dia ketakutan. Tapi mau tidak mau dia juga harus ikut berbaris dilapangan.

" Jangan kesini,  jangan kesini"
Tiffany merapalkan doa-doanya supaya guru pengawas tidak berjalan ke arah barisannya. Tiffany berharap untuk saat itu saja dia punya kekuatan untuk bisa menghilang. Tapi,itu cuma khayalan. Pada akhirnya dia diseret juga ke barisan istimewa,  tempat dimana mereka yang lupa,  malas, rindu guru disipliner , atau memang sudah langganannya dihukum berkumpul menjadi satu.

" loh aku salah tempat ya? "
Seseorang bertanya pada Tiffany. Wajahnya terlihat familiar, seperti pernah bertemu tapi lupa dimana.

" ini tempat orang yang dihukum"
Sahut Tiffany.

" tuhkan salah tempat"
Kata orang itu lagi.

" kenapa? "
Tanya Tiffany. Dia penasaran apa yang dimaksud salah tempat? Apa karena orang itu salah masuk barisan atau ada alasan lain.

" Katanya ini tempat orang yang dihukum, kok ada bidadarinya? "
Alis Tiffany bertaut, barusan orang itu menggombalinya atau apa?

" Gila"
Batin Tiffany.

" itu..  di mata mu"
Orang itu menunjuk mata Tiffany.

"Apa? "
Tiffany merasa tidak ada yang aneh dengan matanya, tidak kemasukan debu, aman-aman saja.

" Itu.. "
Orang itu sedikit menunduk sampai wajahnya sejajar dengan wajah Tiffany.

"Apa sih? "
Tiffany mulai sebal.

" dimata mu ada aku"
Orang itu tersenyum ke arah Tiffany.

"Sial. Kok manis? Kok ganteng? Kok deg-degan"
Tiffany salah tingkah, jarak wajah mereka berdua terasa sangat dekat. Bahkan Tiffany bisa merasakan hembusan nafas orang itu.

" aku duluan ya, Bidadari. "
Orang itu melambaikan tangan ke Tiffany sebelum pergi bersama teman-temannya yang sudah kebagian tugas.

Tapi tadi orang itu memanggil Tiffany apa?  Bidadari? Cih,  gombalnya berlebihan.

*
Tiffany kebagian membersihkan aula sekolah sebagai hukuman tidak memakai lengkap atribut sekolah. Tadinya ada tiga orang bersamanya, tapi karena harus memindahkan barang keluar jadi tinggal Tiffany sendiri.

Lampu diaula sedang diperbaiki jadi ruangan itu agak gelap sekarang, lumayan bikin merinding untuk Tiffany.

" loh.. "
Tiffany sedikit kaget ketika mendengar dentingan bunyi piano. Waktu itu disana cuma ada Tiffany sendiri, ngeri. Tapi bukannya lari, Tiffany malah mendekati sumber suara,  asalnya dari ruang musik yang masih ada didalam aula juga.

Tiffany melongok ke ruangan itu, hanya kepalanya yang menyembul di depan pintu.

Tiffany tertegun. Pelan-pelan ikut menghayati alunan yang dimainkan. Tiffany mengamati lihainya tangan orang itu menekan tiap tuts-tuts piano.

" lagunya sedih"
Tiffany sedikit mengelap air mata yang menggenang dipelupuk matanya. Dia tersentuh.

Tapi yang paling aneh adalah kaki Tiffany melangkah masuk begitu saja, mendekati orang itu. Lalu dengan refleks menepuk-nepuk punggung orang itu.

Entah feeling darimana. Tapi Tiffany rasa orang itu sedang menghadapi kesulitan. Tiffany rasa orang itu butuh ditenangkan.

"Gwenchana..gwenchana"
Ucap Tiffany kepada orang itu. Orang yang kalau diperhatikan adalah orang sama dengan orang yang tadi pagi menyapanya,  orang yang sama dengan orang yang kemarin mengganggunya, hanya saja hari ini dia lebih rapi membuat Tiffany sedikit sulit mengenali.

TBC

Taeny's LibraryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang