Ms.Idol (2)

1.3K 257 37
                                    

" eonni, matamu kenapa? "
Irene terlihat bingung saat melihat mata kakaknya memerah. Seperti habis menangis, kalaupun memang iya apa sebabnya?

Tiffany menggeleng, " tidak apa-apa" jawabnya.

" hanya kelilipan debu" sambungnya saat mencium gelagat adiknya masih penasaran.

" Waaa Taeyeon eonni"
Irene berlari, lalu langsung duduk manis di depan layar tv saat idola pujaannya muncul disana.

" Taeyeon eonni pasti menang" Irene terus sibuk sendiri. Mengeluarkan opininya saat melihat Taeyeon masuk salah satu nominasi.

Membuat Tiffany merasa sesak. Jika saja dia tahu apa yang sudah dilakukan Taeyeon padanya,mungkin respon nya sekarang tidak akan lagi sama.

Tiffany memilih masuk ke kamar, membaringkan dirinya yang kepalang lelah di ranjang. Memejamkan matanya, yang kembali mengeluarkan air mata tanpa diminta.

Flashback on

" ada yang bisa mengantarkan Taeyeon pulang? " Manager bertanya kepada para staff. Dan semua mata tertuju ke arahku. Satu-satunya staff wanita yang tersisa dan masih sadar, karena yang lainnya sudah sempoyongan akibat terlalu banyak menenggak alkohol untuk merayakan perilisan album Taeyeon, yang sukses besar.

Aku membaringkan Taeyeon ke ranjang, melepas sepatunya dan jaketnya, lalu menyelimutinya. Orang dewasa macam apa dia? Baru minum dua gelas wajahnya langsung memerah dan tidak sadarkan diri.

" jangan pergi" tangan ku ditahan oleh Taeyeon saat aku ingin pulang.

" disini saja" matanya setengah terbuka. " temani aku" katanya.

" kau cantik " dia memuji ku. Harus ku akui aku tersanjung karena itu.

" aku menyukai mu" dia mencium bibir ku, hanya sekilas. Untuk jarak yang dekat,aku akui Taeyeon terlihat cantik, imut, dan tampan disaat yang bersamaan. Memukau.

" Ahhh" aku mendesah saat tangan nakalnya bergerilya di tubuhku.

" Jangan" tolakku.

" aku akan bertanggung jawab" ucapnya dengan suara serak.

Dan tanpa berpikir dua kali, aku menyerahkan semua padanya. Bukan murahan, tapi aku juga menyukai Taeyeon selama ini, secara diam-diam. Jadi saat datang kesempatan aku tidak mau menyia-nyiakan.

Malam itu kami melakukan pergulatan,saling memuaskan.

*

" apa ini? " tanyaku.

" cek" jawabnya. " tulis angka yang kau mau, aku akan berikan"

" maksudmu? " aku masih belum sepenuhnya mengerti.

" aku membayarmu, lupakan semuanya" pintanya. " pakai baju mu dan pulang lah"

" tapi.. bukankah kau mencintaiku Tae? " aku berharap dia hanya sekadar lupa karena hangover dan akan segera mengingatnya. Bahwa tadi malam, aku dan dirinya sudah melewati batas seharusnya.

" itu hanya kecelakaan" Dia terlihat menghela nafasnya, raut wajahnya seolah memberitahu ku bahwa dia ingin aku cepat-cepat angkat kaki.

" kecelakaan" lirihku.
" aku menyerahkan harta berharga ku dan kau bilang itu hanya kecelakaan? Kau gila! " aku membentaknya. Rasanya hatiku hancur saat itu.

" Jangan jadi drama queen, lagipula kau tidak akan hamil"

" kau benar-benar tidak punya perasaan" aku menatap ke arahnya, dia membuang pandangannya kearah lain, menghindar.

"terserah kau mau menyebutnya apa"
Jawabnya acuh.

" jangan macam-macam dengan karirku, atau kau akan ku pecat"
Ancamnya padaku. Nyeri merajalela, menguasai hatiku. Di saat seperti ini dia lebih mementingkan karirnya, egois. Entah kemana sisi kemanusiaan yang dia punya.

Bibirku ku paksa bergerak, " tanpa kau minta aku akan keluar" ucapku dengan suara yang bergetar bercampur dengan isakan.

" terimakasih" aku memungut pakaian ku yang berserakan di lantai. Sebuah bukti yang nyata bahwa kemarin malam memang ada apa-apa diantara kami berdua.

" aku pergi" pamitku padanya. Tapi dia hanya bergeming.

" ku harap kau akan terus bahagia" aku menoleh, memandang wajahnya untuk yang terakhir kali. Sudah disakiti pun aku masih mendoakannya, dasar cinta.

Aku memutar knop pintu, cukup lama. Berharap Taeyeon mungkin akan berubah pikiran dan menghampiri ku.

Tapi tidak, justru yang kuterima adalah suara batuk yang dibuat-buatnya. Kode, bahwa aku tak boleh berlama-lama.

Aku sadar diri, dan segera pergi. Saat aku melangkah keluar, hatiku ku wanti-wanti.

Jangan memberikan seseorang pisau, lalu membiarkan dia menancapkannya dihati mu tanpa berpikir dia tidak akan melukai. Jangan, jangan jadi sebodoh itu, Tiffany.

Tbc

Taeny's LibraryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang