"Persidangan dengan nomor nomor 2700 dibuka. " Suara ketua Hakim membuat ruangan kembali menjadi senyap setelah ada sedikit keriuhan dari pihak keluarga korban yang hadir pagi itu.
"Terdakwa, anda bernama Tiffany. Benar? "
"Benar. "
Semua mata tertuju ke arah gadis cantik yang terduduk di kursi pesakitan. Termasuk Taeyeon, dia masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini.
"Anda lahir 1 Agustus 1989.
Benar? "
Tiffany mengangguk, mengiyakan pertanyaan yang diajukan."Anda bisa menolak jika dakwaan yang diajukan tidak benar, " Hakim memberi arahan untuk Tiffany. Sementara Taeyeon sibuk mencoret kertas kosong yang ada di depannya,nama Tiffany tertulis disana, tergores dengan sempurna.
"Anda siap? " Hakim kembali bertanya.
"Iya. " Suara Tiffany semakin melemah.
Setelah jawaban diterima, Hakim segera mempersilshkan kepada jaksa penuntut untuk melskukan tugasnya.
"Tiffany Hwang. " ucap jaksa itu sambil tangannya menekan remot infocus yang menampilkan foto beberapa pria disana, tujuh orang totalnya.
"Dia selama lima tahun belakangan ini menjalani pendidikan di bidang teknik kimia dan sedang menempuh S2," jaksa memulai penjelasannya mengenai latar belakang Tiffany, yang membuat Taeyeon terpukau.
"Gadis itu pintar. "
Taeyeon menuliskan dalam lembar coretannya."Tapi sayangnya ilmu yang dia dapatkan digunakan untuk berbuat tindakan tidak baik." Jaksa penuntut menoleh ke arah Tiffany yang masih duduk tertunduk.
"Dia membunuh seluruh korban menggunakan gas Sarin." Jaksa menunjuk satu-persatu foto korban menggunakan remot laser yang ada ditangannya.
"Untuk itu terdakwa dituntut dengan Pasal 340 KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) berbunyi Barangsiapa dengan sengaja dan dengan direncanakan lebih dahulu menghilangkan nyawa orang lain, dihukum karena pembunuhan direncanakan (moord), dengan hukuman mati atau penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun."
Tiffany hanya diam, bergeming. Tidak buka mulut sama sekali, tidak ada penyangkalan.
"Terdakwa Tiffany, apakah anda membenarkan semua tuntutan yang telah diajukan? " Hakim kembali mengambil alih jalannya sidang. Tapi tetap tidak ada perubahan, Tiffany masih bungkam. Sementara di sisi lain Taeyeon tengah penasaran dengan apa yang akan gadis itu ucapkan sebagai pembelaan.
"Benar. " Satu kata akhirnya lolos dari mulut Tiffany, mengakibatkan keriuhan kembali terjadi dari pihak keluarga korban yang memaki bahkan meminta Tiffany dituntut mati.
"Tapi, " Tiffany berdiri dari duduknya,kini posisinya tegak berdiri.
"Aku melakukannya bukan karena mau. " Matanya menerawang, memandangi seluruh orang yang hadir di persidangan dan berhenti pada keluarga para korban. Sebuah senyuman tersungging di bibirnya, membuat sebagian orang berbisik mengatakan bahwa Tiffany gila karena tidak merasa bersalah.
"Kalian meminta aku untuk dijatuhi hukuman mati? " Tiffany bertanya dengan nada menyindir.
"Kalian mengatakan begitu karena kalian tidak ada di posisi ku! " Nada bicara Tiffany naik, menjadi setengah berteriak.
"Kalian tidak tahu rasanya ketika aku, " Tiffany menunjuk dirinya sendiri, kalimatnya terhenti, nafasnya tersengal menahan amarah.
"Kalian tidak tahu rasanya di perkosa, dinodai secara paksa. "
Tiffany membuka baju tahanannya, memperlihatkan sebagian tubuhnya yang dipenuhi bekas luka. Air mata meluncur bebas membasahi pipi Tiffany. Seluruh orang yang ada diruangan terdiam. Sebagian menatap Tiffany dengan pandangan semakin hina, sebagian kasihan, dan Taeyeon, dia hanya diam dengan tangan yang mengepal." Aku berteriak minta tolong saat itu tapi yang lewat bukannya menolong justru ambil bagian untuk memperlakukan ku dengan kejam. "
Tiffany tergugu, matanya memerah. Pandangannya menyiratkan perasaan terluka."Aku ditinggalkan begitu saja, lalu saat kembali ke rumah aku diusir begitu saja karena dianggap sebagai aib keluarga. "
Suara Tiffany semakin parau, beberapa kali dia memukul dadanya sendiri untuk menguatkan dirinya agar terus mampu untuk bicara."Kalian, " Tiffany menunjuk barisan keluarga korban yang duduk di bangku persidangan.
"Tidak tahu rasa sakit yang ku alami.""Kalian, " ulangnya lagi.
"Tidak tahukan rasa trauma yang terus membayangi ku? " Tiffany bertanya dengan segenap rasa sakit hati yang tertanam dalam dirinya."Jawab! " Bentak Tiffany, karena semua pihak yang dia tanya hanya terus bungkam.
"Kalian juga, " Tiffany menunjuk ke arah jaksa kemudian beralih kepada para Hakim. Disana pandangan mata Taeyeon berjumpa dengan Tiffany.
"Kalian juga tidak tahu kan? " Tiffany menatap para Hakim.
"Tidak kan? " Ulang Tiffany dengan nada yang melemah.
Tidak ada yang menjawab Tiffany.
Suasana persidangan mendadak hening."Karena itu aku membunuh mereka. "
Tiffany mengaku."Aku membunuh mereka. "
Ulang Tiffany, kali ini dengan kikikan tawa yang terdengar mengerikan."Aku membunuh mereka! "
Tiffany berteriak, meronta-ronta." Puas kalian? "
Tiffany berjalan ke arah keluarga korban. Tapi belum sampai kesana dia ditarik paksa oleh petugas yang diminta datang. Persidangan dihentikan, Tiffany dibawa kembali ke ruang tahanan.Taeyeon, hanya mematung.
Ruang sidang benar memberikannya kejutan.Ada satu kesimpulan dia dapatkan saat melihat Tiffany diseret keluar dari pintu. Gadis itu, benar-benar terluka secara fisik dan emosi. Gadis itu benar-benar cedera, parah.Taeyeon tahu akan hal itu, maka dari itu dia memutuskan untuk ikut campur dalam Hidup Tiffany, dia ingin punya andil untuk mengobati seluruh luka perih yang gadis itu miliki.
TBC
Pasal yang digunakan menggunakan ketentuan yang ada di Indonesia, karena saya tidak tahu rangkaian hukum di Korea.
Ini rasa prihatin saya, tentang hal yang sudah banyak kasusnya tapi mungkin baru heboh muncul ke media.
Dan dear para cowo-cowo yang mungkin baca ini saya harap jangan pernah kepikiran, punya niat, atau ngelakuin sesuatu untuk ngerusak wanita. Think again kalau kalian pengen ngelakuin itu, bayangin kalau ibu, kakak atau adik perempuan kalian ada di pihak yang sama kayak orang yang pengen kalian jahatin. Remember about karma.
Dan untuk para cewe-cewe, mari saling menjaga diri dan semoga kita selalu di lindungi.
Amin.