Dua orang tengah duduk bersama di pojok lokasi resepsi, jauh dari keramaian. Sudah sepuluh menit berlalu, tapi tidak ada yang memulai. Keduanya hanya terus diam.
Taeyeon berdehem, "Tiff. " Panggilnya untuk wanita yang mengenakan gaun putih di sebelahnya.
"Iya. " Tiffany menjawab dengan raut kecemasan. Taeyeon, dia memanggilnya dengan berbeda. Taeyeon memanggilnya seperti orang kebanyakan.
"Apa yang ingin kau bicarakan? " Tanya Taeyeon.
Banyak.
Tiffany ingin menanyakan kemana saja Taeyeon selama ini. Tiffany ingin tahu apa saja yang sudah Taeyeon lewati tanpanya, tentang apakah dia baik-baik saja, apakah makanan kesukaannya masih sama, dan apakah masih ada harapan untuk Tiffany kembali. Semua itu, yang ingin Tiffany bicarakan. Tapi, mulut Tiffany bungkam, bingung kenapa semuanya jadi seperti ini."Kalau tidak ada, aku akan pergi. " Taeyeon hendak beranjak.
"!"
Tiffany menahan tangan Taeyeon.
"Aku minta maaf, " Ucapnya sambil berlutut di depan Taeyeon. "Aku menyesal.""Berdiri. " Pinta Taeyeon.
Tiffany menggeleng, "Aku akan berlaku lebih baik lagi jika kau kembali, aku tidak akan pergi dengan yang lain. " Tiffany terisak.
"Tolong kembali, jebal. " Tiffany memohon.
"Hey, " Taeyeon ikut berlutut.
"Harusnya aku yang meminta maaf. "Tiffany yang mendengar itu refleks mendongak, menatapi wajah orang yang telah lama dia tunggu.
"Aku yang harusnya minta maaf, " ulang Taeyeon. "Kau dulu pasti malu punya kekasih aneh seperti ku. "
"Sekarang aku sudah tidak seperti itu." Taeyeon merengkuh tubuh gadis di depannya, memeluknya erat.
"Aku sudah berubah, " Taeyeon menepuk lembut punggung Tiffany. "Kau harusnya juga. "
Tiffany makin terisak saat mendengar Taeyeon berbicara seperti itu.
"Jangan hidup di masa lalu,
Tiffany."
Taeyeon melepas pelukannya."Aku tidak hidup di masa lalu. "
Tiffany menggeleng."Kau masih mengingatku, " Taeyeon menyodorkan sapu tangan miliknya pada Tiffany.
" Aku masa lalu mu. ""Bohong! " Bentak Tiffany. "Kau yang hidup di masa lalu Tae. "
Tiffany mengambil sapu tangan yang masih berada di tangan Taeyeon. "Ini." Ucap Tiffany. "Milikku.""Kau masih menyimpannya? "
Tiffany menunggu jawaban Taeyeon."Jawab Tae! " Tiffany menggoyang lengan Taeyeon. Membuat pria itu menghela napasnya.
"Aku tidak hidup di masa lalu. "
"Lalu ini? Maksudnya apa?! " Tiffany membuang sapu tangan merah muda dengan rajutan nama Taeyeon yang tertera disana. Tiffany ingat dia membuat itu saat musim semi, sebagai hadiah ulang tahun Taeyeon.
"Aku menyimpan mu. " lirih Taeyeon.
"Itu artinya kau juga hidup di masa lalu Pabo! "
"Aniyo, " Taeyeon menatap lekat mata Tiffany. " Saat aku menyimpan mu aku tidak hanya hidup di masa lalu."
"Lalu? " Alis Tiffany terangkat. Tidak mengerti dengan Taeyeon yang terus berputar-putar.
"Aku hidup di masa sekarang, juga di masa depan, " Taeyeon menelan ludahnya,membasahi kerongkongannya yang terasa kering.
"Kau, " tunjuk Taeyeon.
"Adalah masa lalu ku,""Kau," ulang Taeyeon.
"Adalah masa sekarang,""Dan kau, " Taeyeon berhenti menarik napas dalam-dalam. " Masa depanku. "
Tiffany terhenyak, tidak percaya dengan apa yang didengarnya."Aku lelah berlari Tiffany. "
Taeyeon ambruk ke dalam pelukan Tiffany."Kalau begitu berhenti. " Tiffany mengelus rambut Taeyeon yang potongannya sekarang jauh lebih rapi.
"Saranghae." bisik Taeyeon.
"Nado. " balas Tiffany.
"Tae? " panggil Tiffany, membuat Taeyeon melepas pelukannya.
"Apa? "
"Kisseu." Tiffany menunjuk bibirnya.
Taeyeon menggeleng, membuat gadis di depannya memasang mimik murung."Aku, " ucap Taeyeon.
"Ingin lebih. ""Byuntae!" Tiffany memberengut.
"Tapi sayangkan? "
Tiffany mengangguk malu sementara Taeyeon terbahak."Ayo, " ajak Taeyeon.
"Kemana? "
"Naik. " perintah Taeyeon.
Tiffany menurut, dan naik kegendongan Taeyeon. Berikutnya yang dia ingat, dia hanya terus tertawa.
Bagi Tiffany,
Layaknya selembar sapu tangan, bagaimana mungkin hubungan mereka akan diuraikan sementara benang telah ditenun dengan kuat. Bagaimana mungkin keduanya mendadak terbebaskan dari jaringan benang yang telah bersusun-susun rapi yang sabar ditenun oleh jari jemari sendiri. Bagaimana mungkin?Jawabannya jelas,
tidak akan mungkin.Crazy man End