Seoul semakin malam, tapi bukannya sepi justru membuat suasana di restoran kian ramai. Dipenuhi dengan hiruk pikuk oleh para pelanggan dan gema tawa dari mereka yang berbincang-bincang disana. Banyak pelanggan yang datang artinya adalah hal yang baik, tapi untuk keadaan Tiffany saat itu bukan sesuatu yang patut di syukuri, dia terus meringis menahan rasa perih dari lututnya yang terluka. Belum sempat diobati, karena dari tadi dia masih sibuk kesana-kemari membawa pesanan. Mungkin kalian berpikir, kenapa tidak berhenti sebentar saja? Oke, itu memang bisa Tiffany lakukan jika saja managernya tidak galak dan partner bekerja mau mengerti. Dan jelas, itu tidak terjadi. Berhenti sama dengan mencari mati, jadi Tiffany mengurungkan niatnya.
"Selamat datang, " Tiffany reflek berucap saat suara bel dari pintu berbunyi. Dia terbiasa dengan kewajibannya sekarang, membungkuk hormat sambil memberi sapaan.
"Ommo! " Tiffany menutup mulutnya yang menganga, sejenak dia memicingkan mata, mengamati sosok yang barusan dia sapa. Sosok lelaki tinggi yang datang bersama dengan wanita. Sosok yang membuatnya berlari ke bagian dapur, meninggalkan meja kasir begitu saja.
"Taeyeon." Panggil Tiffany.
Tapi yang dipanggil tidak memberi jawaban."Taeyeon. "
Tiffany merengek pada rekan kerjanya yang sibuk berkutat dengan piring-piring kotor."Apa? "
Taeyeon hanya melirik sekilas."Ck, liat aku dulu. "
"Tidak mau. "
"Sekali saja. " Tiffany menarik-narik celemek yang Taeyeon kenakan.
"Apa lagi? "
"Tolong aku Tae. "
"Untuk? "
"Itu," Tiffany menggigit bibir bawahnya, menimang untuk mengatakannya atau tidak, dia takut.
"Lama."
" Eh iya, iya. " Tiffany menarik lengan Taeyeon yang tadi hampir saja kembali sibuk dan mengabaikannya.
"Jadi mau minta tolong apa? "
"Itu, " Tiffany terbatuk kecil. "Tolong jaga meja di depan biar aku yang mencuci piring. "
Tumben.
Taeyeon mengerutkan keningnya.
Rasanya Aneh, Tiffany kan tidak pernah mau kalau berurusan dengan dapur, apalagi mencuci piring.Taeyeon bahkan sudah hafal dengan jawaban yang akan Tiffany berikan setiap kali di minta bertugas di bagian belakang."Nanti hiasan kuku mu rusak," Ucap Taeyeon dengan sarkastik. "Tangan mu juga akan berubah jadi kasar. Kasihan. " Taeyeon semakin menjadi, dia bahkan mengucapkannya dengan menirukan cara centil milik Tiffany.
"!" Tiffany menghentakkan kakinya.
"Kalau tidak mau bantu ya sudah. Tapi tidak usah mengejek ku! "
Tiffany geram, meminta tolong ke Taeyeon jelas adalah sesuatu yang salah. Dan bodohnya dia masih berharap temannya itu mau mengerti. Padahal sudah jelas itu mustahil terjadi.*
"Chogiyo. "
Tiffany menelan ludahnya saat salah satu pelanggan wanita melambaikan tangannya. Tapi mau tidak mau, Tiffany tetap harus menghampiri.
"Kami ingin pesan sesuatu. "
"Silahkan. " Tiffany memberikan buku menu, kepalanya terus tertunduk ke bawah menyembunyikan wajahnya.
"Apa pelayan disini tidak sopan semua? "
"Nde? " Tiffany bingung.