"Aku lelah. "
Taeyeon menyeret kakinya untuk terus berjalan mengikuti langkah wanita di depannya. Sekilas matanya melirik ke arah jam tangan bertali coklat yang dia kenakan,sudah hampir tiga jam mereka berputar mengelilingi pusat perbelanjaan." Sudah lelah? " Tanya wanita itu.
"Sudah. " Taeyeon mengangguk, bibirnya mengerucut.
"Tahan sebentar lagi, " wanita itu menghampiri Taeyeon dan mengelus puncak kepala laki-laki itu.
"Kita akan mampir ke rak jelly. "
"Jelly? " Mata Taeyeon langsung berbinar mendengar nama kudapan itu, makanan manis kesukaannya. Dan wanita itu hanya tertawa melihat tingkah Taeyeon yang menggemaskan, Taeyeon itu seperti anak kecil dalam wujud raga orang dewasa.
"Perhatikan langkah mu." Wanita itu sedikit menaikkan tingkat suaranya karena ulah Taeyeon, yang berlarian sambil mendorong troli belanjaan.
" kau," Taeyeon menunjuk wanita itu.
"Tidak seru Fany-ah. " Taeyeon menjulurkan lidahnya, membuat Tiffany hanya menggeleng sebagai ungkapan heran. Membuatnya berpikir benarkah orang yang sedang bersamanya ini adalah Taeyeon yang sama dengan Taeyeon yang dia temui pertamakali di pengadilan? Benarkah dia Taeyeon yang sama yang sudah tiga tahun ini menemaninya, yang membantu dirinya keluar dari semua kesulitan yang ada?
Tiffany menatap Taeyeon yang masih berjongkok, asik memilih varian jelly.
"Fany-ah. " Panggil Taeyeon ke Tiffany sambil menunjukkan bungkusan jelly yang memenuhi kedua tangannya sambil tersenyum.Senyum yang begitu tulus, senyum yang menjawab semua pertanyaan Tiffany.
Ya, dia adalah Taeyeon yang sama.
Taeyeon yang sudah memperjuangkan hak nya untuk tidak membusuk di penjara, untuk mendapatkan penanganan dari para medis. Dia, adalah Taeyeon yang sudah menemani Tiffany bahkan saat dia mengandung janin yang tidak di inginkan, yang menunggu Tiffany di rumah sakit saat ia dinyatakan mengalami keguguran. Dia adalah Taeyeon, orang menyelamatkan dunianya disaat semua orang menyerah dan mengatakan bahwa dia telah hancur."Hey, melamun? " Taeyeon menyenggol lengan Tiffany saat ucapannya tidak direspon.
''Ah maaf. " Ucap Tiffany dengan mimik wajah agak terkejut.
"Hanya ini saja? " Tiffany dengan gelagapan mencari topik lain untuk pengalihan, agar Taeyeon tidak bertanya lebih jauh.
"Aku mengambil sepuluh bungkus dan kau hanya mengatakan hanya ini? "
Taeyeon memandang Tiffany dengan tatapan menelisik."Biasanya mengambil tiga bungkus saja aku sudah dimarahi." Taeyeon mengalihkan pandangannya ke Tiffany.
"Kau kenapa? " Tanya Taeyeon yang merasa ada sesuatu yang disembunyikan Tiffany.
" Itu lucu. " Tiffany menunjuk rak lain dan berjalan pergi meninggalkan Taeyeon tanpa memberikan jawaban dari pertanyaan yang tadi diajukan.
"Kau kenapa?" Taeyeon mengulang pertanyaannya setelah beberapa saat hanya mengikuti langkah Tiffany.
"Aku tidak apa-apa. "
Tiffany berbalik, tersenyum ke arah Taeyeon.Taeyeon yang melihat itu hanya membuang napasnya. Dia jelas sudah paham situasi ini, situasi ketika seorang wanita mengatakan tidak ada apa-apa maka fakta sebenarnya adalah ada sesuatu besar yang terjadi disana.
"Kau pelit. " Taeyeon melangkah mendekat ke Tiffany, memeluknya dari arah belakang.
"Maksudnya?"
Ucapan Taeyeon membuat Tiffany mengerutkan keningnya."Kau pelit."
" Jangan menuduh orang sembarangan Tae. ''
"Kau pelit, karena tidak mau berbagi. " Taeyeon berbisik di telinga Tiffany. Beberapa kali hembusan napas Taeyeon membuat Tiffany bergidik, suaranya terlalu sexy.
"Apa gunanya aku disini Tiffany kalau semuanya kau simpan sendiri."
Tiffany terdiam, laki-laki yang bersamanya kini bahkan sudah mengerti bahwa ada sesuatu yang dia sembunyikan, yang disimpan rapat-rapat dalam hati." Baju ini lucu," Tangan Tiffany mengambil jumper berwarna biru muda dengan pola bergaris.
" Akankah sama lucunya jika anak kita nanti yang memakainya."
"A-anak? Anak kita? " Taeyeon bertanya dengan terbata, mencoba memastikan apa yang barusan dia dengar.
"Maaf Tae. " Tiffany sedikit meronta agar Taeyeon melepaskan pelukannya.
"Jawab dulu! " Taeyeon mengeratkan lilitan lengannya di pinggang Tiffany, kali ini dia tidak akan membiarkan wanita itu pergi lagi.
"Aku perlu tahu Fany-ah. " Taeyeon meletakkan dagunya di bahu Tiffany.
"Aku minta maaf sudah tidak tahu diri karena sudah berharap lebih."
Tiffany mengatur napasnya berkali-kali, rasanya dia tidak kuat lagi untuk menyembunyikan perasaan yang seharusnya tidak boleh dia miliki. Bagaimanapun juga Taeyeon terlalu sempurna untuknya, wanita bekas narapidana yang direnggut mahkota berharganya. Begitulah yang berputar di pikiran Tiffany."Kau berharap lebih? Seperti menikah? "
"Iya. " Tiffany menjawab dengan suara lemah membuat Taeyeon memutar tubuh Tiffany untuk berhadapan dengannya.
"Jangan menangis,"
Taeyeon mengelap buliran air mata yang jatuh di pipi Tiffany."Jangan merasa bersalah, "
Taeyeon merapihkan helaian rambut Tiffany yang berantakan." Aku juga merasakan hal yang sama. "
"Apa? "
Tiffany bertanya sambil menarik napasnya, mencegah agar lendir tidak keluar dari hidungnya yang terlihat memerah. Sementara Taeyeon, dia hanya menahan tawanya saat menyaksikan itu. Tapi sia-sia, karena pada akhirnya tawanya meledak, menggelegar ,membuat orang-orang menoleh ke arah mereka."Ah Taeyeon! " Tiffany merengek saat Taeyeon tak kunjung berhenti menertawakannya.
"Jangan tertawa." Tiffany memelintir daerah perut Taeyeon, membuat laki-laki itu terkesiap dan kembali serius.
Taeyeon terdiam sejenak, sampai akhirnya dia meminta tangan Tiffany dan membuatnya mengacungkan tiga jarinya.
" Aku juga suka, " Taeyeon melipat jari telunjuk Tiffany.
"Aku juga cinta, " Taeyeon melipat jari tengah Tiffany.
"Dan aku juga ingin.. "
Tersisa jari manis Tiffany, tapi Taeyeon tidak langsung melipatnya. Dia merogoh saku celananya seperti mencari sesuatu."Kita menikah. "
Taeyeon memasangkan benda berbentuk lingkaran di jari manis Tiffany kemudian mengecup lembut punggung tangan Tiffany."Tae i-ini? "
"Iya, aku melamar mu Tiffany."
" Tapi aku tidak sempurna. "
" Dengarkan aku, "
Taeyeon menepuk bahu Tiffany."Saat aku meminta mu untuk hidup bersama ku, itu artinya aku sudah menerima mu untuk semuanya, apapun itu. "
"Thank you. "
Tiffany memeluk Taeyeon."Jadi, maukan jadi istri ku?"
Tiffany mengangguk, air mata kembali membasahi pipinya. Tapi kali ini, karena rasa haru yang bercampur bahagia. Tuhan memberikannya banyak pengajaran hari itu, bahwa hidup memang dipenuhi dengan teka-teki. Bahwa ketika dirinya bisa ikhlas maka disitulah kejutan akan datang. Bahwa jika sesuatu yang buruk datang menimpanya maka akan datang juga sesuatu yang indah sebagai penyembuhnya, dan di kisah hidupnya Taeyeon adalah jawabannya.Love in Case End
Akan ada jutaan pengajaran yang kau dapat ketika kau bisa mengikhlaskan apa yang menimpa mu. Ingat saja, bahwa rencana Tuhan lebih indah dari yang kau kira. Maka bersabarlah, sampai apa yang menyelimuti hati dan pikiran mu tersingkap dengan jelas.
-Satria Gunawan-