Chapter 6

8.9K 674 119
                                    

Naruto akan melangkah pergi ketika merasa tangan kanannya ditarik kebelakang! Karena enosinya yang linglung, gadis itu tak siap akan tarikan tiba-tiba yang terjadi. Matanya melebar dengan terkejut. Apalagi ketika kepalanya di dorong sedangkan ada tangan yang menangkup wajahnya!


Naruto dapat rasakan basah dari bibirnya! Matanya semakin melotot kala nelihat wajah Edward yang sangat dekat dengan wajahnya! Bibir... bibir Edward!

Edward menciumnya!?

Seketika pikiran gadis itu pusing. Ia hanya dapat merasa linglung ketika bibirnya berpagutan dengan bibir dingin lelaki di hadapannya. Kakinya melemas dengan hati yang berdegup kencang.

Edward menghisap bibir atas milik gadis pirang itu dengan penuh tuntutan, memaksa gadis pirang itu membuka mulut agar lidah miliknya bisa masuk. Tapi, rupanya Naruto yang tersadar segera memberontak. Tangannya terus mendorong dan menukul bagian tubuh Edward, berusaha melepaskan ciuman mereka. Alhasil, tangan Edward segera berpindah tempat. Dia mencengkram kedua tangan mungil Naruto, menahan pemberontakkan yang dilakukan si pirang.

Lidah Edward mengetuk bibirnya. Namun, dengan keras kepala, Naruto menutup bibirnya. Hal itu tidak membuat pusing Edward. Dia menggigit bibir bawah si gadis lumayan keras, membuat rasa besi darah tercampur dalam ciuman mereka. Naruto mengerang dan tepat saat itu lidah Edward masuk. Dia segera mengecap setiap rasa milik Naruto. Ujung lidahnya menyapa rasa besi lebih mendominan karena bibir bawah si gadis yang berdarah.

Harumnya darah langsung milik si pirang menggugah selera Edward. Lelaki itu semakin kehilangan dirinya. Mata vampir miliknya berubah menjadi coklat kemerahan. Lapar. Ia dengan rakus menghisap bibir bawah si pirang untuk mengecap darah dari sana.

Naruto mengerang dalam ciuman mereka. Kaki yang sebelumnya memiliki tenaga kini melemas merasakan hisapan Edward di bibir bawahnya. Ia yakin. Ia tahu kalau bibirnya akan bengkak dan sakit dalam beberapa jam kedepan.

Bibirnya mulai terasa nyeri. Darah yang dihisap lelaki itu serasa bukan darah biasa. Naruto dapat merasakannya. Energi miliknya... seakan terhisap dengan menyakitkan!

Mata Naruto menatap sekilas mata Edward yang berubah. Gadis itu langsung terdiam dengan terkejut. Hatinya bergetar antara takut dan penuh antisipasi?

\Antisipasi... astaga, apa yang kaupikirkan!!?

Rasa darah yang manis membuat Edward ketagihan. Setiap tetes darah yang dihisapnya menggetarkan seluruh inci tubuhnya. Edward melenguh nikmat tanpa memperdulikan raut wajah kesakitan Naruto. Suara erangan kesakitan milik gadis itu teredam, tenggelam dalam ciuman mereka.

Tanpa keduanya sadari muncul sebuah tato hitam di leher Naruto. Sebuah tato dengan ukiran rumit yang indah, namun juga sulit untuk dijelaskan bagaimana rupanya. Rasa panas dari setiap goresan hitam yang muncul di lehernya membuat Naruto semakin kesakitan dan ngilu.

Lama-kelamaan Naruto lelah. Energinya bebar-benar terasa menghilang begitu saja. Perlahan ia berhenti memberontak dan memejamkan matanya. Pasrah. Sakit.

Kini Naruto mulai merasa takut. Ingatan yang mulai muncul akibat takutnya mulai mengudara di kepalanya. Tak ada yang tahu. Tak ada yang tahu kalau Naruto sering kali terjebak dalam kondisi hampir diperkosa. Tatapan para lelaki itu... cemoohnya... sentuhan mereka....

Naruto menggigil. Wajahnya semakin pucat kala ketakutan semakin merengkuh hatinya. Teriakkannya yang putus asa... sendirian. Jalan kosong yang kotor dan sepi....

Naruto menangis. Ia menangis dengan ketakutan. Rasa sakit mencengkram dadanya. Ingatan di kepalanya semakin berputar sedangkan tubuhnya terdiam membeku.

Teriakkan serta ucapan menghina terdengar di pikirannya sedangkan serangkaian peristiwa tak pantas itu membayanginya! Tatapan itu... cemohooan itu... teriakkannya... sakitnya Naruto terasa begitu nyata dalam pikiran dan hatinya! Kening Edward mengerut dengan tak nyaman merasakan ketakutan dari gadis dalam pelukannya.

Air mata dari kelopak mata gadis pirang itu mengalir melewati pipinya dan sampai pada indra pengecap Edward! Asinnya air mata itu menyadarkannya. Mata coklat kemerahan Edward perlahan kembali seperti semula. Edward perlahan membuka matanya. Ia melihat kalau Naruto menangis dengan mata terpejam.

Rasa bersalah merasuki dadanya. Ia teringat akan ingatan yang dilihat olehnya. Naruto... aku membuatnya ketakutan?? Segera penyesalan tak lagi dapat disangkalnya. Ketakutan Naruto dapat dirasakannya dalam hati.

Melihat Naruto menangis, ada rasa sesak dalam hatinya yang mati. Sesak hingga ia sangat ingin menghapus sumber kesedihan si pirang. Edward menipiskan bibirnya. Dia rumit. Perasaannya tak dapat dijelaskan. Dia menyesal, bersalah, sakit, dan sedih. Jangan lupakan amarah pada dirinya sendiri yang membuat air mata itu mengalir.

Edward menghela napas lalu menengadah. Ia berusaha membuat perasaanya sendiri stabil sebelum kemudian mengusap pipi Naruto yang basah karena air mata.

"Maafkan aku." Edward menyeka air mata yang masih tergantung di bulu lentik mata Naruto. "Aku lepas kendali," katanya lagi dengn lembut.

Merasakan pipinya dibelai, Naruto perlahan membuka matanya yang basah. Tapi, dia memalingkan wajahnya. Tak ingin melihat mata coklat emas yang selalu membuatnya tenggelam. Naruto hanya mengangguk. Dia sendiri tak mengerti dan tak ingin mengerti apa yang terjadi.

Kesunyian Naruto seakan membunuhnya. Ia merasa semakin menyesal. Bukan menyesal mencium Naruto, tapi menyesal karena harus membuat takut si pirang. Ia marah dan menyesal pada dirinya sendiri yang membuat Naruto ingat kembali masa kelamnya.

Perlahan ia mengulurkan tangan dan mendekap lembut tubuh si pirang dengan hati-hati. Satu cara yang sama saat ia menghibur para wanitamerujuk ke Esme, Alice, Rose, dan Bellayang berada di dekatnya saat mereka menangis. Sebuah pelukan hangat yang ia berikan sebagai penghiburan sekaligus mencoba menyampaikan rasa bersalahnya.

Edward membelai lembut surai pirang milik si gadis. Vampir itu membenamkan Naruto ke dalam pelukannya. Mempererat pelukannya, Edward menemukan kalau dirinya sendiri merasa nyaman dan tenang. Kesadaran dirinya yang kembali membuat pria itu mejamkan matanya.

"Maafkan aku."

Edward setengah benar tentang emosi Naruto, tapi gadis itu sudah terlebih dahulu menetralisasikan perasaanya. Jika saja Edward membaca pikiran Naruto, mungkin dia akan tahu kalau Naruto tidak lagi menangis.

Dia hanya sedang menenangkan Kurama yang sedang mengamuk karena Edward mencium bibirnya tanpa izin. Karena amarah si rubah yang mungkin membuat Naruto lepas kendali, hal itu membuat tubuh Naruto gemetar. Tak salah jika Edward mengira gadis itu menangis dan ketakutan.

Sementara itu di alam bawah sadar Naruto.

My Kunoichi [Re-Write]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang