Sebenarnya tidak terlalu buruk, sih, bermain sandera-sanderaan seperti ini. Yah, selain hanya tidak bisa keluar dari rumah, itu bisa dianggap pesta yang sukses. Esme memasak banyak makanan kesukaannya-salah satunya sarapan tadi-dan Alice yang ternyata sudah siap mempersiapkan film-film kesukaan Naruto-jika kartun Masha and The Bear dihitung, maka ya, itu film.Tapi, Naruto benar-benar tak mengerti mengapa Alice ngotot untuk pedikur dan Rose yang sudah bersiap dengan peralatan Touch Up-nya. Naruto curiga, semua kegiatan pesta mereka telah terurut atas hasil menonton drama-drama sinetron di TV.
"Mau begadang, Naru?" tanya Alice setelah kuku-kuku jemari Naruto lebih halus dan berwarna biru muda berkilauan tersebut.
Pertanyaan ini membuat Naruto ingat kalau dulu saat di Konoha, dia sering kali begadang. Kesepian di apartemennya sering kali mengganggu Naruto, makannya lebih baik ia gunakan dengan meditasi atau latihan bersama Kurama hingga ia benar-benar mengantuk. Baru setelah itu, Naruto akan beristirahat dengan nyenyak. Apalagi dalam persiapan menjadi hokage, Naruto harus melewati serangkayan latihan dan berbagai materi buku tebal yang sering kali membuat pusing. Ia ingat kalau begitu Naruto membolos dan malas-malasan, Sakura akan melemparinya dengan berbagai buku. Buku tebal untuk membuat benjolan di kepala bodohnya.
Hum, Naruto sadar dia memang bodoh, kok. Ralat, hanya sedikit bodoh.
"Dulu aku sering begadang, tapi disini sangat jarang," keluh Naruto seraya memandangi kukunya yang menarik hati. Ia menjentik-jentikkan jarinya karena penasaran. Ah, jemari Alice sangat terampil membuat kukunya cantik seperti ini.
Rose yang disampingnya menutup majalah hiburan yang cover-nya seorang pria dengan tubuh setengah telanjang. Wajah gadis itu agak memerah melirik pemandangan seksi tersebut. Nyatanya meski telah berpacaran lama dengan Sasuke, Naruto tidak pernah melihat lelaki itu setengah telanjang. Disisi lain, gadis itu bertanya-tanya. Apa bagusnya berbagai baju atau model-model di majalah? Mereka hanya baju dan manusia, Ok?
"Apa Edward melarangmu begadang?" tanya gadis cantik berambut panjang lainnya tersebut.
Naruto meringis jijik. Alice langsung tertawa. "Jikapun Edward melarang, apa Naruto akan mendengarkan?"
Naruto mengangguk setuju. "Belum tentu aku setuju," katanya nyengir. "Lagipula dia tidak melarangku. Hanya saja... ah, pokoknya kalian membuatku sangat malas sampai aku tidak lagi begadang," lanjut Naruto dengan helaan napas. Ia ingin menggaruk kepalanya, tapi hiasan warna kuku-kukunya belum kering. Terpaksa, tangannya segera menekan lututnya agar tidak kemana-mana.
Alice berdecak, "Bagaimana bisa itu salah kami?"
Rose memutar matanya. "Apa kamu tidak sadar kalau disini Naruto malas karena terlalu sering bersenang-senang?" tanya sakartis Rose. Jelas saja Alice dan lainnya bersalah. Siapa suruh orang yang tadinya sangat mandiri sekarang hidup penuh kesenangan. Pastinya menjadi malas tak terhindarkan.
Naruto cemberut. "Benar, itu salah kalian. Banyak makanan dan sangat damai. Uhh, aku hampir tidak punya kesempatan untuk bertarung," katanya dengan gembungan di pipi.
Alice mengangguk mengerti. "Benar juga, tapi gak sedamai yang kamu kira, kok."
Rose mendengus. "Dunia damai, tapi banyak kekejian," ujar gadis itu agak mendesah. Menyangkan bagaimana bisa seperti ini.
Naruto berkedip. Nah, kalau ini dia tak mengerti. Terimakasih atas kepolosannya hingga bahkan dia tak mengerti mengapa dunianya ternyata ada kekejiaan. Padahal dia sendiri korban.
Alice tertawa terbahak melihat wajah bodoh Naruto. Rose mendesah. Ia melambaikan tangannya. "Sudahlah, kamu tidak akan mengerti."
Naruto melotot. "Aku mengerti-"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Kunoichi [Re-Write]
FanfictionDisclaimer : Naruto milik Mashashi Kishimoto dan Twilight milik Sthephanie Mayer. Setelah dikhianati oleh sang kekasih, Naruto harus terjebak dalam dimensi lain. Di tengah dunia vampir dan manusia serigala ini, Naruto harus melindungi dirinya sendi...