Chapter 20

4.6K 393 58
                                    


Naruto menghela napas lega begitu udara hangat dari AC menyala. Mobil Sam tak memiliki pemanas, jadi dengan terpaksa dia harus menahan dingin di tubuhnya. Apalagi setelah terpapar udara alam malam, sungguh tubuh gadis penyuka ramen tersebut hampir membeku. Mau bagaimana lagi, jika jendela tak terbuka bau Sam akan menjadi menyengat di tubuhnya. Naruto cukup mengerti untuk tak membiarkan bau lelaki mampir di tubuhnya.

"Brrr, dingin sekali, " gumamnya menggigil seraya memakai sempurna jaket kekasihnya. Jaket itu cukup besar dan tebal dengan warna merah di setiap ujungnya. Setidaknya untuk saat ini Naruto tidak akan mati kedinginan.

Gadis berambut panjang itu tak mengira laut sore akan sangat dingin. Kalau tahu begini, dia tak akan membiarkan dirinya di tarik oleh Quil.

"Kedinginan? "

Suara lelaki di sebelahnya agak berat yang  membuat gadis-gadis agak memerah wajahnya. Namun, bagi Naruto suara itu agak menakutkan dalam situasi ini. Jadi, dia membeku dan nyengir canggung.

"Hehehe, Edward... iya, aku kedinginan, " katanya dengan mengusap hidung merahnya. Akibat udara hangat dari pemanas, warna merah perlahan mampir di pipi gadis tersebut.

Kekasihnya menghela napas, "Aku pikir kamu harus menjelaskan semuanya sekarang atau aku akan marah. "

Naruto menggaruk kepalanya. "Jelaskan apa? " entah otak gadis itu yang kedinginan karena basah atau bagaimana, mengapa Naruto tak mengerti?

Edward mengusap wajahnya. Sungguh bersabar memiliki kekasih dengan IQ rendah. "Kenapa kamu bisa dengan anjing-anjing itu? Dan mengapa kamu bermain hingga lupa waktu? Aku menelpon Adele, katanya kalian sudah pulang jam 4 sore tadi, mengapa tidak langsung pulang? "

Naruto mengangkat alisnya, "Anjing? " dia berkedip dan memutar ingatannya, "sepertinya aku tidak bersama anjing dari tadi pagi, deh, Ed. Aku bersama Adele pagi hingga sore tadi dan bukan dengan anjing. "

Edward, "..... "

"Iya, sih, kami pulang jam 4 sore. Tapi, aku bosan jadinya mampir dulu ke pantai. Eh, terus aku merindukan Konoha. Aku rindu dengan perasaan seorang ninja. Kau tahu, kan? Sudah lamaaa sekali rasanya aku tidak menjalani hari seperti dulu, " jelas Naruto panjang kali lebar. Mulutnya terus mengoceh sementara tangannya terkadang mengusap hidung merahnya. Sepertinya dia pilek.

"Jadi, aku berjalan-jalan di atas laut. Aku ninja, jadi untuk berjalan di atas air tentu saja aku bisa melakukannya, " katanya sombong. Naruto menepuk dadanya yang membusung. "Sungguh menyenangkan sekali rasanya. Ah, perasaan berjalan di atas air sangat mengagumkan, jadinya aku bisa melampiaskan rasa rinduku ke laut. "

"Terus-terus pas jam berapa, ya? " Naruto agak meragukan jamnya. Dia tak begitu ingat saat itu jam berapa karenanya gadis itu menaruh jemari di dagunya dan berusaha ingat sebelum melemparkan urusan jam ke belakang kepalanya, "ah, entahlah! Pokoknya mau malam gitu, mungkin sekitar jam 5 atau 5.30 aku melihat, heum... 4 orang laki-laki. Salah satunya yang tadi mengantarku itu, tuh, di atas tebing. Aku, kan, penasaran jadinya ngintip. Mereka mau ngapain, kan? Beridiri di atas tebing? "

"Terus yang termuda lompat dari atas tebing! Aku kaget, dong. Lagipula tebing itu tinggi sekali manusia biasa saja pasti akan terluka kalau terjun dari atas sana. Tinggi banget, sih, " lanjutnya dengan kedua tangan ke atas. Memperagakan seberapa tinggi tebing tersebut sebelum kembali menurunkannya.

"Jadinya, aku melompat, tuh. Niatku, sih, untuk menolong anak lelaki itu. Aku mengira mereka akan bunuh diri. Makannya aku cepat-cepat menolong. Terus karena lelaki yang kutolong itu terus memberontak, jadilah aku tidak bisa menyeimbangkan diri. Aku hampir saja terjatuh! " Naruto mengelus dadanya seolah dia lega, "huft, itu benar-benar nyaris sekali aku jatuh. "

My Kunoichi [Re-Write]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang