Chapter 28

2.9K 227 31
                                    

Hello, Guys. Maaf aku baru Up karena ku br buka akun ini lagi hehehe.. Emang, ya, Rezy ini gak bener banget. Maaf, yaaa.. Karena itu 5935 word ini ku persembahkan untuk menebus sedikit kerinduan. Semoga aku rajin nulisnya... Mksh sudah menunggu dn suka cerita ini. Love you, Guys. Enjoys....

Mata Kurama berkilat bahaya. "Aku tidak takut dengannya, tapi aku juga tak ingin mendapat masalah untuk saat ini" tidak sebelum dia memiliki fondasi yang kuat untuk berada di dimensi ini.

"Kita harus mengetahui lebih banyak sebelum bisa memutuskan. Mungkin kalau kita bisa bicara dengan anak-anak muda ini, menjelaskan peraturan-peraturannya, keadaan bisa kembali tenang," ujar Esme mencoba memberi saran meski dirinya sendiri tak yakin.

"Apapun itu, kita harus tahu lebih banyak. Aku akan mencoba menggunakan visiku untuk melihatnya lebih jelas," ujar Alice dengan serius. Alisnya bertaut. Sebuah ekspresi yang sangat jarang sekali terukir di wajah cantiknya.

Carlisle memejamkan matanya sejenak. "Meski enggan, harus aku akui kita harus terlibat sebelum Volturi sampai di sini," katanya serius.

"Aku tahu. Kita tidak boleh membiarkan keluarga Volturi sampai di sinu dan mengetahui keberadaan Naruto," ujar Rose mendesis.

"Selain itu, manusia-manusia yang tak bersalah di Seattle," imbuh Esme, "kita tidak dapat membiarkan mereka mati seperti ini."

"Memang," desah Carlisle.

"Sudahlah. Jangan terlalu pesimis. Kita pergi saja sekarang untuk mengecek keadaan di sana," ujar Emmett yang kembali lagi menjadi dirinya. Tak ada keseriusan di wajahnya saat dia berkata, "Aku bosan setengah mati."

Naruto cemberut. Ia melemparkan remahan cookies-nya pada vampir terkuat itu. "Dasar beruang!! Ini lagi genting, tahu!" serunya mendelik, "tapi,  benar juga. Tak ada kegiatan lain, aku juga gatal ingin bertarung lagi," katanya yang menyetujui Emmett.

"Tidak!" serempak suara penolakan terdengar.

"Ehh, kenapaaa!??" keluh Naruto dengan bibir mengerucut.

"Di sana berbahaya, Naru. Mereka mengincarmu! Kalau kau ke sana itu sama saja mengantarkanmu ke bahaya!" Edward mengeraskan rahangnya ketika melihat Naruto yang tampak tak masalah.

"Tapi, Ed, aku bisa menjaga diriku sendiri!" pekik Naruto tak suka.

"Naru, ini berbahaya!" pekik vampir lelaki itu. Melihat pertengkaran yang terjadi antara Naruto dan Edward vampir lainnya dan Kurama memilih diam. Mereka tak ingin memperkeruh masalah.

"Sampai kapan kamu menganggapku seperti Bella?!" erang Naruto yang tak suka kalau dia ditahan-tahan. "Ini sudah berulang kalinya kamu menahanku!"

"Aku tak pernah mengganggapmu sepertu dia!" pekik Edward tak terima.

"Tak pernah?" tanya Naruto tak percaya. Matanya berkilat tajam sedangkan toples cookies sudah ia taruh di atas meja kembali. "Ed! Aku bukan Bella yang perlu kaulindungi! Aku Naruto! Seorang ninja!"

"Mau kau Bella atau Naruto, kamu perlu kulindungi!" Edward memperkuat argumennya. "Aku tahu kamu bisa melindungi dirimu sendiri, tapi ini tugasku! Melindungimu!"

Mendengar kalau Edward mengerti dirinya yang dapat melindungi diri sendiri, wajah Naruto melunak. "Aku seorang Kunoichi, Ed! Aku petarung. Jiwaku akan selalu mencarinya," ujar Naruto melembutkan suaranya.

Edward memejamkan matanya. Pria itu mengerang dan terdiam, mempertimbangkan ujaran gadisnya.

"Percaya padaku. Kumohon," pinta Naruto seraya memegang kedua tangan Edward. "Bawa aku jika itu diperlukan. Aku pasti bisa membantu."

My Kunoichi [Re-Write]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang