Chapter 17

5.2K 456 51
                                    

Sesampainya mereka di rumah, sore hari sudah terlewat. Memarkirkan kedua kendaraan di garasi rumah, ketiganya memasuki rumah itu seperti biasa. Diawali dengan teriakan penuh semangat Naruto yang menjadi tanda kepulangannya.

Esme menjawab sapaan itu dengan lembut seperti biasa. Usai mengecup pipi wanita yang telah dianggap ibu oleh Naruto, gadis ibu segera naik ke atas untuk mengganti pakaian.

"Ed, Ku, lebih baik kalian ke ruang keluarga, " ujar Esme sebelum berbalik pergi menuju dapur. Menyiapkan makan malam untuk anak perempuan kesayangannya itu.

Kedua lelaki yang tersisa saling bertatapan kemudian langsung menuju ruang keluarga seraya bertanya-tanya dalam hati mengapa Esme terlihat tak nyaman.

Di ruang keluarga sudah ada Carlisle dan keempat saudara mereka duduk di sofa. Mereka berdua duduk diikuti tatapan Alice.

"Ada apa? Sepertinya kalian ingin menyampaikan sesuatu," ujar Kurama langsung duduk dan mengambil sekaleng cemilan keripik kentang di atas meja yang memang sudah disiapkan sejak dulu oleh Esme untuk kedua orang yang bisa memakan makanan manusia.

Carlisle menyerahkan selembar kertas koran lembab ke atas meja diantara mereka. Jemari lentik lelaki itu mengetuk judul yang tertera jelas di atas lembar hitam-putih tersebut.

ANGKA KEMATIAN MENINGKAT POLISI MENGKHAWATIRKAN AKTIVITAS GENG

Kurama dengan santai mengambil lembaran kertas itu untuk dibacanya. Edward sedikit mencondongkan tubuhnya mendekati si rubah, mencoba membaca lembaran itu dengan seksama.

Edward mendengar pikiran Carlisle. Segera giginya terkatup rapat menahan emosi. Dengan kasar lelaki yang kini matanya berubah warna menjadi violet itu mendengus dan mengalihkan fokusnya. Merasakan rasa jijik dan amarah yang ada terhadap jenisnya sendiri, membuat lelaki itu hampir lepas kendali. Apalagi kini yang ditargetkan adalah anak-anak, wanita, bahkan orang tua tak luput dari kejaran mereka. Ditambah kemungkinan besar Naruto-nya juga akan terkena dampak dari ini. Bisa jadi target sebenarnya adalah si gadis pirang kesayangannya.

Kurama sedikit terdiam. Dari matanya terlihat sekali sedang memikirkan sesuatu. Bahkan kunyahan di giginya sejenak berhenti. Kurama bukan pria yang bodoh. Jelas dari reaksi para vampire dihadapannya, kematian ini berhubungan dengan jenis mereka. Apalagi diperjelas dengan emosi seluruh anggota keluarga Cullen's.

"Sejak Victoria muncul kembali, aku mengawasi pergerakannya lewat masa depan, tetapi yang kudapat berupa gambaran tentang kerakusan vampire lainnya," ujar Alice menggigit bibirnya khawatir. Tangan Jasper mengusap lembut bahu gadis dalam rangkulannya. Berniat menenangkan emosi Alice yang kini sangat buruk itu.

Edward tersenyum sinis. Suaranya rendah dan dingin. "Kau akan terkejut, Kuu, kalau tahu betapa seringnya kaumku menjadi penyebab berbagai peristiwa mengerikan di surat kabar manusiamu. Mudah saja mengenalinya, kalau kau tahu apa yang dicari. Informasi yang ada di sini mengindikasikan ada vampir yang baru lahir berkeliaran di Seattle. Haus darah, liar, tak terkendali. Sama seperti kami. "

Kurama merendahkan matanya. Dia merenung sejenak, memikirkan bagaimana dia harus mengambil langkah selanjutnya.

Carlisle menghela napas. "Kita akan terus memonitori situasi. Besok kemungkinan besar kita harus memeriksa situasi di Seattle dan selalu mengawasi keadaan di sana. "

Rose tersenyum dingin. "Well, itu bukan persoalan kami. Kami bahkan tidak akan memerhatikan situasi ini seandainya kejadiannya di tempat lain yang jauh dari sini. Seperti yang Edward katakan tadi, ini terjadi setiap saat. Keberadaan monster pasti akan menimbulkan konsekuensi mengerikan.”

Emmett menghela napas. Tak tahu harus berkomentar apa, tapi yang pasti situasi ini sebisa mungkin tidak membahayakan coven mereka.

"Besok kami akan memeriksa situasi di Seattle, tentu saja Edward akan ikut bersama kami. Bagaimana denganmu, Kuu?" tanya Emmett mengangkat alisnya.

My Kunoichi [Re-Write]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang