Naruto mengumpat kesal. "Aish, dasar bola bulu! Main ninggalin saja, " bibirnya mengerucut kemudian membuka kembali berkas, mencari letak kelas Biologi dari denah sekolah seraya bergumam kata merepotkan.
.
.
.
.
."Sepertinya ini, deh, kelasnya, " gumam Naruto di depan pintu yang bertuliskan Biology tersebut.
Ia kemudian merunduk untuk mengevakuasi sekali lagi pada denah, sebelum memasukkan berkas ke dalam tasnya. Dengan sedikit gugup, Naruto mengetuk pintu lalu memasuki kelas. Gadis itu dengan spontan tersenyum lebar ketika melihat banyak tatapan tertuju ke arahnya.
"Hai," sapa gadis itu ceria meski dengan hati yang berdegup kencang. Senyumnya yang lebar rupanya dibalas dengan banyak orang. Wajar saja. Begitu Naruto masuk dan menyapa mereka, kelas secara otomatis sejenak hening.
Tiba-tiba beberapa murid lelaki menghampirinya. Mereka dengan ramah bertanya siapa dia dan sedang apa Naruto di sini. Spontan, gadis fullsun itu langsung akrab dengan mereka. Ia tak lagi canggung. Apalagi ada beberapa murid perempuan yang bertanya padanya. Jadilah kelas pertama Naruto, ia pikir itu akan sukses.
Merasa direspon dengan baik oleh si pirang, Mereka dengan ramah ingin memberikan kursi untuk Naruto. Gadis pirang itu yang diserbu dengan beberapa permintaan tersenyum canggung. Ia pun berusaha mengedarkan pandangannya dan menemukan ternyata ada mate-nya sedang melambaikan tangan.Naruto tersenyum lega melihat lelaki pucat itu. Ia cepat-cepat mengucapkan permisi lalu berjalan menuju meja Edward diikuti tatapan intens di punggungnya.
Menaruh tas di ujung kursi, Naruto menduduki tempat di dekat tubuh lelaki itu. Setelah beberapa saat, kelas kembali riuh. Beberapa orang yang tadinya di ambang pintu dalam rangka menyambut Naruto, bubar dan kembali pada aktivitasnya. Entah menggosip atau hanya mendengarkan musik.
"Astaga, Edward! Aku benar-benar senang melihat kita di kelas yang sama, " desah Naruto senang. "Untung ada kamu. Kalau gak, aku pasti akan merasa canggung sekali tadi."
"Aku sedari tadi di sini, kok. Cuman kamunya saja yang langsung bersenang-senang," ujar Edward mencoba tersenyum. Jangan salahkan dirinya. Sejak Naruto memasuki kelas, matanya tak berhenti mengawasi si pirang. Tapi, rupanya Edward lupa kalau Naruto itu kelewat ramah. Makannya, ia langsung melihat Naruto di tahan di ambang pintu.
Merasakan emosi Edward yang agak tak enak membuat Naruto pada akhirnya tersenyum. "Maafkan aku. Aku pikir gak akan ada yang sekelas sama aku tadi. Lagipula, 'kan, pada akhirnya aku duduk sama kamu," jelas gadis itu dengan tawa riang.
Mendengar tawanya, Edward merasa hatinya yang agak berat langsung ringan. Ia tersenyum kecil. "Lupakan itu. Apa Kurama tak bersamamu?" tanyanya mengalihkan topik.
"Tidak, aku pikir akan sendiri di kelas ini. Lihat, aku bahkan gugup sampai membuat tanganku berkeringat, " ujar Naruto dengan bibir mengerucut seraya menunjukkan kedua telapak tangan yang sedikit bekilau itu.
Edward memegang kedua tangan Naruto, menyipitkan mata seolah sedang memeriksa tangan tersebut, "Hm... kamu benar. Sedikit basah dan dingin. "
Naruto menarik kedua tangannya dengan wajah yang seolah menyatakan 'apa aku bilang', "Tuh, 'kan, benar! Ya ampun, aku benar-benar gugup."
Edward tertawa kecil, "Lagipula kenapa juga kau gugup, hmm?" tanya lelaki itu lembut dan kembali mengambil tangan sebelah kanan Naruto kemudian digenggamnya tangan itu di atas meja.
Naruto semakin merapatkan posisi duduk mereka, "Aku tidak mengenal siapapun selain kalian. Makannya, aku gugup. Pokoknya aku harus menambah teman di sekolah ini. "
KAMU SEDANG MEMBACA
My Kunoichi [Re-Write]
FanfictionDisclaimer : Naruto milik Mashashi Kishimoto dan Twilight milik Sthephanie Mayer. Setelah dikhianati oleh sang kekasih, Naruto harus terjebak dalam dimensi lain. Di tengah dunia vampir dan manusia serigala ini, Naruto harus melindungi dirinya sendi...