Chapter 26

3.1K 252 24
                                    

Halo, guys! Selamat pagiii! Nah, sekaligus up aku mau klarifikasi masalah harga buku. Jadi, pdfnya 90.000 selama harga PO dan berubah menjadi 105.000 kalau kalian order di luar PO. Jadi, mumpung masih PO, ayo order sekarang, yaaa!

Suara nada dering ponsel menganggu kedamaian keduanya. Edward yang sedang asyik memandangi Naruto, mengerang. Matanya dapat melihat raut wajah gadis itu yang tampak terganggu. Melihatnya, mau tak mau membuat mata Edward berkedut.

Ia segera meraih gadis itu ke dalam pelukannya yang dingin. Tak lupa selimut tebal sengaja ia taikkan hingga bahu Naruto terselimuti.

Dering telpon tak berhenti. Itu semakin keras hingga membuat Edward mengerutkan keningnya dengan sebal. Ujung matanya menangkap kalau ini baru jam delapan malam. Masih terlalu awal bagi Naruto untuk bangun.

Edward berdecak. Sejenak berpaling dari tubuh Naruto, dengan malas dan enggan, tangan vampir itu terulur. Ia mengambil handphone—entah milik siapa karena Edward sengaja menyetel dering yang sama baik di handphone-nya atau handphone Naruto—dan mengangkatnya tanpa melihat siapa dan milik siapa benda itu.

"Halo," sapanya yang kembali asyik menatap wajah si pirang.

"...."

"Siapa?" tanya Edward lagi ketika keheningan mengisi indra pendengarannya.

"Hai, ini aku, Bella," di sebrang sana suara familiar yang terdengar ragu-ragu itu membuat Edward langsung terkejut.

Pria itu mengerutkan keningnya dan menjauhkan telepon dari telinganya. Mata coklat kehijauannya langsung melihat deretan nomor yang masih sangat dihapalnya. Ternyata, ia tak memegang ponselnya sendiri melainkan milik Naruto.

Jantung Edward agak bergetar. Dia merasakan sedikit ketakutan menyapa hatinya. Apa yang Bella pikirkan tentang mereka?

Pertanyaan itu terlintas di kepalanya. Ia sempat ragu dan bingung untuk menjawab gadis berambut coklat di sebrang telepon ketika—

"Ed?" suara sengau milik Naruto membangunkannya.

Edward mengerjap. Ia melirik Naruto yang sepertinya mengigau. Gadis pirang itu tampak terusik akibat dingin yang melanda tubuhnya. Dia menggeliat dan menyamankan diri ke dalam pelukannya.

Edward tersenyum lalu cepat-cepat menepuk kepala Naruto dengan tangannya yang bebas. "Sst, tidurlah," bisik lelaki itu dengan suara rendahnya pada Naruto.

Setelah melihat gadis pirang itu kembali nyenyak, Edward kembali mengangkat telepon yang masih terhubung.

"Naruto sedang tidur. Ada apa?" tanya pria berambut perunggu itu yang kembali rebahan dengan posisi terentang seraya memeluk Naruto.

"...."

"Bella?"

"Aku... ada yang harus aku bicarakan dengan Naruto," jawab Bella dengan suara pelan. Agak bergetar, tampaknya sangat terkejut.

"Apa ini penting? Bisa bicarakan besok saja?" tanya Edward yang melirik Naruto. Dia baru saja meminum darah si pirang sore tadi. Naruto pasti kelelahan. Gadis itu butuh istirahat yang banyak untuk memulihkan tenaganya.

"... Jacob ingin bicara denganmu," cicit Bella seraya melirik ke arah kekasihnya.

Edward mengerutkan kening. "Jacob?" beonya tak percaya. Dia jelas tahu kadar kebencian seorang Jacob pada dirinya, lalu masalah sepenting apa sampai Jacob ingin bicara padanya?

"Ada masalah apa?" tanya Edward lagi dengan alis yang terangkat.

"Besok kita bertemu sepulang sekolah," tiba-tiba suara seorang pria yang familiar mengganti suara Bella.

My Kunoichi [Re-Write]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang