4 : Perjanjian Masa Lalu.

1.1K 161 13
                                    

Dorrr

Suara letusan dari benda panjang yang berisi kertas warna-warni mengejutkan Jungkook yang baru saja melangkah masuk ke dalam rumahnya. Setelah itu Eunha keluar dengan lompatan dan wajah bahagia serta teriakan yang membuat Jungkook terkejut juga.

"Congratulation, Jungkook!" ucap Eunha girang.

"Selamat untuk apa?" tanya Jungkook.

"Untuk jalan-jalan dengan Lalisa." Jungkook terkejut dengan ucapan Eunha barusan. Sebelumnya Jungkook tidak tau kalau Eunha mengetahui hal itu.

Jungkook menatap tingkah aneh Eunha. Siapa pun pasti menganggap kalau Eunha benar-benar bahagia saat ini tapi tidak dengan Jungkook. Pria itu sangat yakin Eunha seberusaha mungkin menyembunyikan rasa cemburunya.

"Eunha, apa lo benar-benar bahagia saat ini?" tanya Jungkook mendekap kedua tangan di depan dada dengan wajah sedikit miring. Wajah Jungkook terlihat serius sehingga membuat Eunha sontak terdiam. Gadis itu tidak menjawab. "Gue takut kalau lo menyembunyikan sesuatu."

Eunha masih tak menjawab. Ia hanya menatap dalam-dalam mata sahabatnya itu.

Jungkook mendekat dan berbisik, "kayaknya lo lagi nahan pipis."

Sejujurnya Eunha bingung kenapa Jungkook mengucapkan hal itu. Tapi ini adalah kesempatan terbaik untuknya karena Eunha saat ini kehilangan kendali. Ia sungguh ingin menangis saat menatap wajah Jungkook tadi.

Eunha tertawa garing. "Darimana lo tau? Iya ini gue lagi nahan pipis." Eunha pura-pura bertingkah seolah-olah ingin buang air kecil. "Gue ke kamar mandi dulu!" ucapnya sebelum berlari kecil menuju kamar mandi.

Jungkook tak berdiam diri. Ia mengikuti langkah Eunha dan berhenti di depan pintu kamar mandi tempat Eunha masuk tadi. Jungkook merapatkan telinganya dan samar-samar ia mendengar suara isakan yang membuat dirinya seakan membeku.

Benar tentang perkiraan Jungkook, Eunha memang sedang menangis di dalam kamar mandi. Ia menatap pantulan dirinya di depan cermin. Wajahnya dibanjiri air mata saat ini.

"Lo harus kuat, Na. Jungkook itu sahabat lo, bukan pacar lo," ucap Eunha lirih dan serak.

Kini Jungkook kembali berpikir. Dia tak bisa membiarkan Eunha semakin menderita seperti ini apalagi saat mengingat perkataan Lalisa. Jika memang ia tak bisa kembali mencintai Eunha, setidaknya Jungkook harus memprioritaskan gadis itu.

>>><<<

Saat malam hari tiba, Eunha sendirian di kamarnya karena setelah kejadian dia menangis tadi, Eunha merasa sedikit canggung berada di dekat Jungkook.

Setelah mondar-mandor di kamarnya, Eunha membuka laci dan mengambil sebuah kotak hitam berukuran sedang lalu membukanya setelah duduk di tepian ranjang. Gadis itu menyelipkan rambutnya di balik telinga lalu membuka kotak tersebut. Di dalamnya terdapat sebuah cangkir yang terbuat dari keramik. Cangkir itu berwarna silver dan berukir gambar kelinci.

Eunha sangat mengingat jelas saat pertama kali Jungkook memberi itu padanya. Saat itu usia mereka berumur sepuluh tahun. Jungkook pernah berkata padanya, "seorang anak kecil memberi ini padaku sebelum ia mengucapkan kalimat perpisahan tiga tahun yang lalu. Aku nggak tau siapa namanya tapi dia bilang akan kembali secepatnya. Aku menunggunya kembali karena dia adalah cinta pertamaku tapi dia nggak datang juga. Aku akan berhenti berharap dan ingin memberikan ini padamu. Terimalah, Eunha."

Zona Aman [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang