22 : Setiap Kilas Balik Yang Berbeda.

756 107 8
                                    

Chanyeol, Nayeon, dan Yein turun dari kereta api yang membawa mereka menuju Busan.

Hari masih pagi menjelang siang. Mereka masih punya banyak waktu untuk melacak TKP.

"Kita naik apa ini?" tanya Nayeon yang kebingungan.

"Ke rumah gue aja dulu. Kita bisa naik mobil," jelas Yein yang berjalan lebih dulu meninggalkan stasiun.

Untuk menuju rumah Yein, mereka menggunakan kendaraan umum dan setelahnya pergi dengan mobil.

"Sekarang mau ke mana?" Kali ini Chanyeol yang bertanya. Dia berada di jok samping kemudi sementara yang mengemudi adalah Yein.

"Ke rumah lama lo."

Dahi Chanyeol berkerut. "Jadi gue pernah tinggal di Busan, ya?"

"Kalo lo pernah sekolah di Busan, ya jelaslah lo pernah tinggal di sini."

"Tapi kenapa semua berkas-berkas gue nggak ada sama sekali tertulis 'Busan' di sana?"

"Tau! Tanya bokap lo sana!"

"Terus--"

"Lo banyak nanya deh, Chan! Diem aja kenapa dulu!" kesal Nayeon yang duduk di jok belakang.

"Gue kan penasaran."

"Lo pikir gue nggak?"

"Di sini kan gue tokoh utamanya."

"Gue seakan pembacanya. Wajar kalau gue kepo."

"Berisik banget sih lo berdua! Liat noh. Kita udah sampai!"

Pandangan Chanyeol dan Nayeon beralih pada sebuah rumah mewah di hadapannya.

"Udah sampe? Cepet banget!"

"Iya. Jarak rumah kita emang deket."

Yein turun dari mobil lalu disusul oleh dua orang itu.

"Ini beneran rumah gue?" tanya Chanyeol tak menyangka.

"Iya."

"Yang nempatin sekarang siapa?"

"Setelah kalian pindah, rumah ini langsung dijual. Gue nggak kenal sama yang beli. Gue bawa lo ke sini karena gue yakin lo pasti akan ngingat sesuatu."

"Sesuatu ... apa?"

Yein berpikir kira-kira apa yang akan ia tunjukkan pada Chanyeol. "Contohnya, di halaman rumah lo." Yein menunjuk halaman rumah tersebut.

"Kenapa dengan halaman rumah gue?"

"Saat acara ulang tahun lo. Kita semua diundang ke acara itu. Pada saat itu ada satu cewek yang lo suka dan lo minta Eunha buat deketin lo sama dia. Eunha nggak mau tapi lo maksa hingga akhirnya kalian bertengkar sampai pesta ultah lo pun berantakan."

Chanyeol berpikir keras untuk mengingatnya. Ia menatap lekat halaman rumahnya.

"Bukannya deketin lo sama dia, Eunha justru bicara yang buruk-buruk tentang lo sama dia. Karena itu lo marah dan hancurkan semuanya."

"Deketin aku sama dia dong, Na."

Chanyeol yang berpakaian rapi dengan dasi pita itu melirik satu gadis kecil mungil dengan rambut kepang dua duduk di sofa halaman rumahnya.

Eunha ikut melirik gadis itu. Dahinya mengerut. "Nggak bisa!"

"Kenapa?"

Eunha menggeram. Itu adalah cewek yang dia benci di sekolah. Bagaimana mungkin dia membantu Chanyeol? Eunha berhenti dari pekerjaannya yang ditugaskan untuk memberi topi ulang tahun bagi para tamu. Ia meletakkan topi-topi itu di atas kursi dan hendak masuk ke dalam rumah.

Zona Aman [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang