12 : MEMORIA (2)

944 142 1
                                    

Saat di taman belakang rumah, Eunha kecil sedang makan permen susu sambil duduk santai.

"BOO!!"

"KYAA!!" Eunha spontan bangkit dan langsung lari, "EOMMA!!!" yang langsung mencari eomma-nya.

Jungkook tertawa terbahak-bahak. Ya, yang mengejutkan Eunha barusan adalah Jungkook. Jungkook lalu duduk di tempat Eunha tadi sambil mencicipi permen susu yang ditinggalkan Eunha.

Tak lama Eunha datang lagi.

"Jungkook?!" Eunha mendekati Jungkook. "Jadi kamu yang ngejutin aku tadi?" tanya Eunha dengan nada kesal.

Jungkook terkekeh.

"Permen susu aku!" Eunha langsung mendekat. Memeriksa permennya tetapi hanya tersisa bungkus. "Kamu abisin semua?"

"Iya, maaf deh, Na. Nanti aku beli lagi."

Ekspresi Eunha berubah. Dari ekspresi kesal menjadi sedih dan berakhir dengan tangis.

"Lah? Kok nangis? Nanti aku ganti, Na." Jungkook berdiri dan menarik tangan Eunha tetapi ditepis Eunha.

"Permen susu itu oleh-oleh dari Appa yang baru pulang dari Prancis. Mana bisa kamu ganti." Eunha menjelaskan di sela tangisnya. Tangannya ia gunakan untuk mengusap ke dua mata.

"I-iya udah kalo gitu aku minta maaf."

"Nggak mau! Aku benci kamu!" Eunha menendang tulang kering Jungkook sebelum berlari pergi.

Esoknya di pagi hari ....

Jungkook datang lagi ke rumah Eunha untuk melihat keadaan gadis kecil itu. Jungkook mengintip dari ambang pintu, Eunha masih menangis dengan duduk di kasurnya.

Sebuah ide muncul di kepala Jungkook. Ia pergi dan kembali dengan sebuah topeng lucu demi menghibur Eunha. Tetapi Eunha hanya melirik sekilas Jungkook dan kembali membuang pandangan ke luar jendela.

Jungkook mencari ide lain. Ia kembali dengan membawa setangkai bunga pada Eunha dengan tampang ceria tetapi Eunha masih melirik sebentar lalu membuang pandangan lagi.

Belum menyerah, Jungkook membawa sebuah boneka kelinci yang besarnya seukuran dirinya. Kesalnya Eunha masih melakukan hal yang sama.

Pada akhirnya Jungkook kehabisan ide. Anak kecil itu duduk bersandar di samping pintu di luar kamar Eunha. Sambil memikirkan sesuatu ia menggoyang-goyangkan kaki.

"Anak-anak! Ayo makan!" teriak nyonya Jung dari dapur.

Saat Jungkook masih di tempatnya, Eunha sudah keluar dari kamar dan berjalan melalui Jungkook begitu saja tanpa menoleh sedikit pun.

Begitu pula saat makan siang berlangsung. Eunha diam saja.

"Kalian ini kenapa berkelahi begini, sih?" Eomma Eunha mulai angkat bicara. "Eunha jangan ngambek gitu dong sama Jungkook. Kan Jungkook udah minta maaf."

"Bener kata eomma. Lagian nanti bisa appa beliin lagi, kok. Appa janji," timpal tuan Jung.

"Nggak mau! Harus Jungkook yang beliin baru Eunha maafin!" ketus Eunha.

"Jungkook masih kecil, Na. Nggak bisa ke luar negeri seenaknya."

"Eunha nggak mau tau!" teriak Eunha.

Kekesalan Eunha barusan akhirnya membuat semuanya bungkam.

"Ahjussi, malam ini Jungkook nginap di sini, ya," izin Jungkook.

"Iya, boleh."

Selanjutnya makan siang itu berlangsung hening.

>>><<<

Siang berganti sore dan sore berganti malam. Eunha tak lagi melihat sosok Jungkook sejak makan siang tadi. Selesai makan malam pun Jungkook menghilang lagi.

"Katanya mau nginap, tapi kemana perginya," gumam Eunha saat merapikan kasurnya dan memberi pembatas untuk Jungkook yang memang setiap nginap akan tidur sekamar dengannya. "Tau, ah!" Lalu Eunha merebahkan diri untuk tidur.

Tengah malam ia terbangun. Jungkook masih tidak ada di sampingnya. Eunha berjalan menuju toilet untuk memeriksa, Jungkook tidak ada di sana.

"Ke mana sih?" tanya Eunha pada dirinya sambil menggaruk tengkuknya karena resah.

Eunha berjalan ke luar kamar dan menuju kamar orang tuanya.

"Ma ... eomma ...." Eunha mencoba membangunkan.

Nyonya Jung menjawab Eunha dengan gimaman tanpa membuka mata.

"Jungkook kemana, Ma?" tanya Eunha pelan.

"Ke toilet mungkin," jawab nyonya Jung dengan suara parau karena mengantuk.

Eunha menghela napas. Eommanya sangat ngantuk sampai tidak memedulikan Jungkook. Tak mendapat jawaban, akhirnya Eunha keluar kamar dan memilih untuk tidak ambil pusing.

Saat Eunha ingin ke kamarnya lagi, cahaya lampu dari bawah celah pintu memenuhi penglihatannya. Itu dari kamar tamu di lantai satu. Eunha menuruni tangga dan mengecek.

Tepat saat Eunha membuka pintu itu, matanya disambut oleh rangkaian warna dari burung kertas yang menjuntai di atap kamar. Di ujung sana, Eunha melihat Jungkook yang sedang naik tangga untuk menempel benang yang mengikat sebuah burung kertas ke atap. Eunha mengedarkan pandangan lagi. Kamar ini jadi berantakan karena kertas origami, lem, gunting, lakban, dan lainnya.

"Jungkook ...," panggil Eunha dengan pelan.

Jungkook menoleh dan wajahnya seketika cerah. "Eh, Eunha? Kok bangun?" Jungkook turun dari tangga dan mendekati Eunha.

"Kamu ngapain?" Mata Eunha meneliti tubuh Jungkook, berbagai luka banyak di sekitaran tangannya. Ada yang diakibatkan benang, lem, jatuh dari dan faktor lain.

"Katanya kalau buat burung kertas sebanyak seribu, bisa ngabulin satu permintaan. Aku mau minta supaya kamu mau maafin aku."

Eunha termenung. Tak lama matanya memanas, atmosfer di seluruh tubuhnya menjauh, dan jantungnya berdegup kencang. Sedetik kemudian air mata Eunha jatuh. Ia menangis.

"Loh? Kenapa nangis?"

"Kamu kok nekat banget, sih? Seribu burung itu banyak banget. Lihat deh kamu jadi banyak luka gara-gara aku," jelas Eunha di tengah tangisnya.

Jungkook menggaruk tengkuknya. "Daripada luka ini, aku lebih takut kamu marah sama aku."

Tangisan Eunha semakin kencang. Tangannya terjulur untuk menghapus air matanya sendiri. "Aku udah maafin kamu, kok."

"Beneran?" Jungkook terlihat sangat senang. Ia memerhatikan hasil buatannya. "Wah, padahal masih 376 burung kertas lagi baru sampai seribu. Kenapa udah terkabul aja?"

Jungkook menatap Eunha lagi. "Kamu jangan nangis dong."

"Aku terharu."

"Udah cukup terharunya. Kamu mau lanjutin bareng aku nggak?" tawar Jungkook.

"Untuk apa lagi?" Tangisan Eunha mereda.

"Ada yang ingin kuminta lagi."

"Apa?"

"Aku mau minta, supaya di antara kita nggak ada yang marah-marahan lagi sampai selamanya."

"Kamu yakin bakalan terwujud?"

Jungkook mengangguk mantap. "Yakin!"

"Hm ... oke."

Zona Aman [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang