19 : Pacaran.

922 107 0
                                    

Chanyeol memperbaiki sedikit derajat kemiringan salah satu polaroid yang ia gantung di sepanjang tumbrl menyala yang membentuk garis horizontal menempel mengelilingi ruangan persegi-terbuat dari kayu-berukuran 3 × 4 meter itu.

Di tengahnya taburan bunga mawar berbentuk love di tengahnya juga membuatnya tampak sempurna.

Ruangan itu juga dihias indah. Misalnya balon-balon berbentuk hati berwarna merah yang beterbangan menutupi langit-langit dengan setiap talinya yang menjulang dan diakhiri dengan pita. Juga bunga-bunga yang terselip di setiap sisi tumbrl. Dan untuk terakhir, sebuah layar putih besar menempel di salah satu dinding. Gunanya sebagai layar in focus.

Chanyeol memperbaiki ujung lengan kemejanya. Ia tersenyum puas dengan aksinya ini. Setelahnya ia mengambil ponsel dari saku celana lalu memanggil seseorang.

“Seulgi, bisa kita ketemu?”

>>><<<

“Sebenarnya mau kemana sih?” Seulgi bertanya untuk yang ketiga kali pada Chanyeol yang duduk di jok pengemudi, di sampingnya. Perasanya dari tak sampai-sampai.

“Entar lagi nyampe, kok.” Lagi-lagi Chanyeol tak mau memberitahunya.

Lima belas menit lagi Seulgi menunggu, akhirnya Chanyeol menghentikan mobilnya.

“Ayo keluar!” seru Chanyeol lalu turun dari mobilnya. Seulgi pun ikut turun. Ia menatapi sekitaran yang hanya disekelilingi tanaman gandum yang luas.

“Ngapain ke sini?” tanya Seulgi. “Jangan bilang ...,” Seulgi mengeluarkan siletnya dari dalam tas selempangnya lalu menyorotkannya ke arah Chanyeol, “lo mau nyulik gue, ya?”

Chanyeol terkekeh. “Nggak, kok. Ayo jalan.”

“Ke mana?”

“Sana!” Chanyeol menunjuk gubuk kayu dan serabutan daun kelapa sebagai atapnya.

“Kan lo mau nyulik gue!” teriak Seulgi tak terima.

“Nggak! Udah ikut aja, ayo!” Chanyeol jalan lebih dulu. Seulgi mengikutinya dengan sikap kuda-kuda tetap mengarahkan siletnya pada Chanyeol.

Selama menuju gubuk itu seperti melewati alun-alun yang tenang, nyaman, sejuk namun menghangatkan mata. Ditambah nuansa senja membuat Seulgi ingin tertidur di tengah sawah gandum itu sekarang juga tapi sepertinya 100% Seulgi harus waspada dengan Chanyeol. Sebabnya di sejauh mata memandang, hanya Chanyeol manusia satu-satunya yang dapat Seulgi temukan di sini.

Di depan pintu masuk, Chanyeol berhenti. Ia berbalik menatap Seulgi. Chanyeol memberi kode dengan matanya bermaksud agar Seulgi masuk.

“Lo duluan.”

Chanyeol menghela napas lengah. “Plis, deh. Nggak ada apa-apa di dalem. Serius!”

Seulgi memicingkan matanya menatap Chanyeol curiga. “Serius nih?”

Chanyeol mengangguk pasti.

“Oke deh.” Seulgi pun membuka pintu kayu tersebut. Mulutnya terbuka dan pandangannya membulat. Ternyata ruang sepetak yang Chanyeol hias tadi adalah ruang di dalam gubuk tersebut.

Cahaya tumbrl jingga yang menerangi ruangan gelap itu sangat nyaman di pandang mata.

"Apa maksudnya?" tanya Seulgi menoleh pada Chanyeol.

Chanyeol tersenyum, masuk lebih dulu dan berdiri di tengah taburan bunga. Chanyeol menyuruh Seulgi mendekat menggunakan tangannya.

Seulgi mengikuti perintah Chanyeol. Dia ikut berdiri di taburan bunga yang sama.

Zona Aman [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang