"Izinin gue ketemuan sama Jungkook sekali aja, jebal."
"Seulgi ... Seulgi .... Lo kok pengin banget sih jumpa Jungkook? Lo mau apain dia?"
"Cuma pengin ngabisin waktu berdua. Sehari aja. Gue pengin ngutarakan perasaan gue dengan bener."
"Hah ..., iya-iya. Nanti gue ngomong sama Jungkook."
Esoknya ....
"Gimana? Jungkook bisa ketemuan sama gue?"
"Mau katanya. Besok pagi di halte 21. Jungkook bakalan jemput lo di sana."
"Beneran?"
Sesampainya di halte, dua jam menunggu akhirnya Seulgi melihat dua pria mendekat.
"Kalian siapa?"
>>><<<
Hari esok ternyata datang lagi bagi seorang gadis bernama Eunha walau tidak secerah biasanya. Oh tunggu, nyatanya hari ini sangat gelap ia rasa. Tidak ada mentari yang menghangatkan dan tidak ada udara yang menyejukkan.
"Na .... ini gue letak makanannya di depan pintu, ya. Gue pergi sekolah dulu."
Jungkook datang ke kamar Eunha seperti biasa, tetapi hanya sampai di depan pintu. Pria itu meletakkan nampan lengkap berisi sarapan pagi dan segelas susu lalu pergi begitu saja.
Sudah seminggu ini gadis itu tidak pernah mau keluar dari kamarnya. Ia mengambil makanan pemberian Jungkook saat yang lain sedang tidak ada di rumah. Itu pun karena dipaksa oleh perutnya.
Jungkook tidak tau seberapa bengkak mata Eunha karena terus-menerus menangis. Seberapa hancur wajah Eunha lagi-lagi karena menangis. Dan juga seberapa lusuh tubuh Eunha karena tak berniat untuk mandi.
Sejak kejadian malam itu, Eunha tidak lagi mengeluarkan sepatah kata pun pada siapa pun sampai sekarang ini. Biar mulut Jungkook sampai berbuih untuk menjelaskan semua yang terjadi, Eunha tak juga terbujuk.
Begitulah sampai sore hari menjelang.
Jungkook mengetuk lagi pintu kamar Eunha. "Na ... besok kita ulangan. Lo harus dateng. Nggak perlu pun lo ngomong sama gue tapi lo harus ikut ulangan." Jungkook berbicara dengan nada pelannya.
Ada jeda sebelum Jungkook melanjut lagi ucapannya. "Gue udah jelasin semuanya. Ini semua salah gue jadi lo nggak perlu khawatir. Lo nggak perlu takut lagi. Gue di sini, Na, buat jagain lo selalu."
Masih tidak ada jawaban.
"Na, Una harus ikut ulangan. Kookie nggak mau nilai Una jelek. Una harus semangat."
Jungkook mendekatkan telinganya. Ia mendengar samar suara tangis Eunha dari dalam sana. Jungkook menghela napas lalu menempelkan dahinya di pintu.
"Gue tau ini berat buat lo, tapi mana Eunha yang gue kenal? Yang selalu ceria, semangat, yang selalu bikin gue bahagia. Ke mana perginya Eunha yang cerewet, suka marah-marah, dan yang mirip emak-emak?"
Eunha masih saja tidak menyahut.
"Pokoknya lo harus sekolah besok, Na. Kalau nggak, gue nggak mau letak makanan di depan kamar lo lagi. Gue biarin lo kelaparan. Lo aja nggak peduli sama gue. Kalo emang lo peduli sama gue, keluar sekarang. Lo boleh nangis, tapi nangis di depan gue biar gue bisa meluk lo. Gue kangen sama lo."
Eunha mulai turun dari kasurnya, berjalan dengan langkah terseretnya mendekati pintu. Namun bukannya membuka pintu tersebut, Eunha justru membiarkan tubuh depannya menempel dengan telapak tangan yang ia letakkan masing-masing di dekat telinga yang menempel di pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zona Aman [✓]
FanfictionBagaimana pendapatmu tentang persahabatan mereka? Romantis? Ya, itu yang dikatakan banyak orang. Apakah kamu juga akan mengatakan yang sama? #liskook #eunkook AYO REKOMENDASIKAN KE TEMAN-TEMANMU:)