17 : Berbaikan Dengan Perasaan.

856 97 2
                                    

"Saranghae, Lis ...."

Dunia Eunha mendadak hening setelah satu kalimat itu terucap lewat bibir Jungkook yang berbau soju sekarang ini.

Eunha membeku, termenung, sampai akhirnya setetes air mengalir di pipinya tanpa ia sadari.

"Aku tau aku masih cinta sama kamu, Lis. Tapi ...." Jungkook menghentikan ucapannya sejenak. "Tapi, aku juga tau kalau aku harus ngorbanin perasaan ini."

Suara Jungkook terdengar parau dan lirih. Ia menatapi wajah Eunha dengan lekat yang dipandangnya sebagai Lalisa.

"Benar, aku nggak bisa kalau nggak ngelindungi kamu. Benar, kalau aku belum bisa baik-baik aja saat ada di dekat kamu. Benar, aku ingin aku dan kamu menjadi kita."

"Tapi ..., selama 18 tahun, nggak ada orang lain yang bisa menghiasi hari-hariku selain dia. Selama 18  tahun, kami menangis, tertawa, dan saling menjaga satu sama lain. 18 tahun itu bukan waktu yang singkat. Selama itu, kami menanam benih, memberinya pupuk, menyiraminya dengan rajin, hingga benih itu tumbuh menjadi sebuah perasaan yang indah. Aku nggak mau, secepat ini menghancurkannya."

Isakan Eunha mulai terdengar deras. Tatapannya tak lepas dari Jungkook.

"Aku tau, yang aku lakukan ini kamu anggap egois. Tapi justru sebaliknya bagi dia. Dengan ngorbanin perasaan aku, aku bisa lihat dia bahagia, aku nggak harus bohongi dia lagi sehingga dia pun nggak perlu nangis diam-diam lagi. Itulah yang aku inginkan sebenarnya. Aku ingin dia bahagia walau aku harus jadi orang paling menderita sedunia."

Jungkook menyatukan dahinya dengan dahi Eunha.

"Maaf, karena ini keputusanku. Maaf, kemarin aku marahin kamu di depan semua orang. Maaf, karena kepulanganmu ke Korea justru menjadi momen yang buruk. Maaf, karena udah buat kamu sedih. Maaf, karena aku harus pendam perasaan ini selamanya. Hanya memendamnya."

Tangis Jungkook pecah. Begitu pula Eunha. Jungkook memeluk Eunha dan Eunha menenggelamkan kepalanya di leher Jungkook. Mereka sama-sama menangis membuat kebisingan di ruang tamu saat pukul satu dini hari. Mengeluarkan unek-unek yang dipendam selama mencoba untuk terlihat baik-baik saja.

Bukan hanya Jungkook yang bimbang dengan perasaannya. Eunha juga.

Eunha senang, Jungkook selalu memprioritaskannya. Dia juga senang, Jungkook melakukan apa pun demi secercah senyum di wajahnya. Namun, senangnya Eunha tidak akan pernah lengkap selagi ia tau Jungkook masih menyukai Lalisa.

Mereka sadar diri, kalau mereka adalah manusia paling egois di dunia ini. Yang ada di pikiran mereka hanyalah bersama, bersama, dan bersama. Mengorbankan apa saja demi tetap bersama. Menenggelamkan keegoisan agar tak lagi mengganggu.

Namun justru, keegoisan itu balas dendam dengan membuat 'apa saja' yang mencoba menggapai mereka berdua, mengurai tangis yang teramat dalam.

Entahlah, apakah takdir menyesal telah mempertemukan dua orang ini? Apakah takdir juga perlu berkata, 'seharusnya dari awal persahabatan ini tidak pernah ada.'?

Meskipun begitu, yang ada dipikiran Jungkook dan Eunha hanyalah,

Berjuanglah sedikit lagi dan kita akan bahagia kembali.

Hanya itu, yang membuat mereka terus bertahan. Hingga saat ini.

>>><<<

Matahari muncul lagi. Pagi pun datang. Perlahan Jungkook membuka matanya karena sinar mentari yang menembus jendela. Manik Jungkook berusaha menyesuaikan dengan cahaya.

"JUNGKOOK-AH!!"

Dalam sekejap keheningan di kamar ini menghilang.

"BANGUN, KEBO!" teriak Eunha lagi.

Zona Aman [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang