10 : Membalas Dendam Seulgi.

988 138 2
                                    

Jungkook duduk sendirian di balkon kamarnya menghirup udara segar dan berusaha menjernihkan pikirannya dari segala hal. Niatnya ingin santai nyatanya tidak bisa ia lakukan sekarang. Ingatan-ingatan semasa kecilnya datang entah dari mana.

Momen bersama Eunha baginya sangat bermakna. Seperti mereka yang berhasil membuat seribu burung dari kertas, wajah kesal Eunha saat Jungkook curang bermain petak umpet, Jungkook yang menyelimuti Eunha saat gadis kecil itu kedinginan, dan juga bagaimana Jungkook menyemangati Eunha saat gadis itu kehilangan ibunya.

Hari demi hari mereka lalui hanya berdua, tidak ada orang lain sampai kedatangan Lalisa yang hanya sementara. Singkat namun dalam sekejap dapat meluluhkan hati Jungkook. Hanya beberapa saat mereka habiskan waktu bertiga, setelah itu kembali lagi menjadi Jungkook dan Eunha.

Kenangan itu pun seperti pohon. Tumbuh subur di pokoknya, menjadi keindahan dan memberi oksigen yang segar. Hari ke hari gugur, tertiup angin lalu daunnya jatuh begitu saja. Siklus yang berulang namun tidak ada yang membenci pohon sampai saat ini. Juga tidak ada yang membenci kenangan itu karena jika tidak ada masa lalu maka tidak ada masa depan.

Dan selama kenangan itu, nama Eunha yang mendominasi. Eunha yang berhasil membuat Jungkook tertawa, menangis, khawatir, dan marah. Eunha yang berhasil menjadikan seribu satu perasaan dalam diri Jungkook, yang berhasil mengguncang dunia pria itu sampai berhasil ia genggam sendiri dan menjadikannya milik berdua bersama sahabatnya itu.

Jungkook pernah jatuh hati pada Eunha. Itu hal wajar namun dibanding menjadi seorang pacar yang suatu saat akan bertengkar, Jungkook kembali berpikir sebaiknya hubungan mereka tetap sama yaitu sahabat hari ini, esok, dan selamanya. Tetap menjadi sosok yang membelai rambutnya di pagi hari, memeluknya di siang hari, menggenggam tangannya di sore hari, dan mengucap selamat tidur di malam hari. Itu tidak merugikan.

Ya, begitu lebih baik.

>>><<<

Chanyeol sedang memilih ramyeon yang enak di minimarket seorang diri. Lima menit memilih masih juga tak dapat ia tentukan, alhasil ia mengambil keduanya dan membawanya ke kasir. Chanyeol mengantri di barisan ke dua. Seorang gadis di hadapannya sedang memasang headset ke salah satu telinganya. Tapi, tunggu! Sepertinya Chanyeol kenal dengn headset itu. Tampak jelas dari stiker kecil yang ia tempel di tombol panggilannya.

Penasaran, Chanyeol menarik headset tersebut untuk melihatnya lebih dekat.

"A-aduh!" Gadis di hadapannya memekik kaget.

"Lo?"

"Aduh, lo apa-apaan sih?"

Chanyeol mengernyit. Eunha?

"Headset gue!" Tanpa permisi, Chanyeol merampas headsetnya begitu saja.

"Pu-punya lo?"

"Ya iyalah! Liat, nih stiker gue yang nempelin!" Chanyeol memerlihatkan hasil karyanya.

Eunha membatu. Itu artinya ....

"Jadi, lo yang nolong gue?"

"Hah?" Chanyeol bingung.

"Saat kebakaran sekolah, lo yang bukain gue pintu?"

"Ke-kebakaran sekolah?"

Zona Aman [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang