24 : MEMORIA (6)

686 110 2
                                    

Semasa hari kelulusan sekolah dasar, Eunha memerhatikan sekitarnya. Seluruh teman-temannya memiliki orang tua yang mereka peluk untuk bahagia sementara Eunha, dia hanya duduk seorang diri dengan gelisah. Sebuket bunga tanda kemenangan yang berhasil ia raih saja tak ada menghiasi genggamannya.

Eunha merasa kosong.

Ponsel di atas meja Eunha berbunyi. Wajahnya cerah saat melihat appa-nya lah yang menelepon.

"Ne, appa!" sapa Eunha semangat.

"Putri appa yang cantik. Maaf ya, appa nggak bisa dateng. Ada urusan mendadak! Selamat atas kelulusanmu, Nak!"

Sontak wajah Eunha berubah lesu. "Appa ...," lirihnya memohon agar ayahnya menyempatkan diri untuk menghadiri kelulusannya sekarang ini.

"Maaf, Na. Sepulang kerja appa janji akan merayakannya. Sampai nanti, sayang. Appa sibuk."

Setelahnya panggilan itu diakhiri.

Mata Eunha memanas hingga akhirnya air asin itu membasahi pipinya. Sial. Apa tidak bisa lebih buruk dari ini?

Eunha menenggelamkan wajahnya di atas meja agar lebih leluasa menangis.

"Eunha-ah!" Suara teriakan bahagia didengar oleh Eunha. Tak lama rangkulan di pundaknya mengangkat kepala Eunha. Eunha melihat Jungkook.

"Loh, kenapa nangis?" tanya Jungkook. "Appa, eomma, Eunha nangis," rajuk Jungkook pada kedua orang tuanya yang masing-masing memegang sebuket bunga.

"Eunha kenapa, Nak?"

"Kenapa sayang?"

Keduanya bertanya saat mensejajarkan tubuhnya dengan tinggi tubuh Eunha.

"Eunha, Eunha pengin kayak yang lain juga. Eunha pengin orang tua Eunha datang dan kasih selamat dengan bangga," jelas Eunha disela sesenggukannya.

Nyonya Jeon tersenyum lembut lalu menghapus air mata anak perempuan yang sudah dianggapnya sebagai putri kandungnya itu. "Eunha tau, selain untuk Jungkook kita datang untuk siapa lagi?"

"Untuk siapa?"

"Untuk kamu."

"TADAA!!" Ketiga insan itu memberi kejutan saat Jungkook menunjukkan selembar kertas gambar dengan tulisan berwarna yang Jungkook gambar sendiri. Tulisan itu bacaannya, 'Selamat atas kelulusanmu, Jung Eunha.'

"Asal kamu tau, Na." Tuan Jeon berucap. "Dalam keadaan apa pun, di mana pun itu, kita adalah orang tua kamu. Jadi jangan sedih lagi karena keinginan kamu udah terkabul sekarang."

"Benar, Na," dukung Jungkook. "Kita kan keluarga."

Eunha kembali meneteskan air matanya namun tak seperti tadi, kali ini adalah air mata kebahagiaan. Eunha sangat sangat bersyukur memiliki keluarga hangat seperti ini.

"Ini. Untuk Eunha." Nyonya Jeon menyerahkan sebuket bunga pada Eunha. Eunha menerimanya dengan senyum sumringah. Ia menatapi bunga rose dan menghirup aromanya.

"Makasih, eomma, appa, dan juga Jungkook."

Lalu mereka saling berpelukan.

"Ayo ambil foto!" ujar Jungkook setelah selesai dengan pelukannya. Ia mengambil kamera dan tongsisnya lalu mulai membentuk gaya. Dua orang tua itu merangkul ke dua anaknya sementara Eunha memeluk leher Jungkook dan Jungkook menautkan jari telunjuk dan jempolnya membentuk tanda cinta.

>>><<<

Dua hari selanjutnya, foto itu sudah dicetak dan dibentuk frame yang bertengger di kamar Eunha.

"Waktunya tidur!" Tuan Jung menggendong Eunha dan menempatkan tubuh putrinya di tempat tidur.

"Yeay!!" teriak Eunha senang.

"Dasar manja!" Tuan Jung mencubit hidung Eunha pelan. "Sebentar lagi udah mau SMP tapi masih minta digendong."

Eunha menyengir. "Sekali-kali boleh lah."

Tuan Jung geleng-geleng kepala. "Ya udah. Tidur, ya. Besok kita akan berangkat ke Seoul."

"Asik!! Berangkatnya besok!" Eunha tampak sangat semangat.

"Iya dong." Tuan Jung mengacak rambut putrinya. "Sampai jumpa besok." Tuan Jung hendak meninggalkan Eunha tapi keburu ditarik oleh Eunha. "Wae?"

"Appa, Eunha suka sama Jungkook," jujur Eunha dengan polosnya.

Pria paruh baya itu tertawa. "Belajar dulu, baru suka-sukaan."

"Kalau Eunha udah belajar, terus sukses, kira-kira Jungkook mau nggak melamar Eunha seperti appa melamar eomma?"

Tuan Jung duduk kembali di pinggir kasur Eunha. "Siapa sih yang enggak mau sama putri appa yang cantik ini? Jangan khawatir, Nak. Appa yakin kamu bisa dapetin yang kamu inginkan."

"Termasuk nikah sama Jungkook?"

Tuan Jung mengangguk.

Eunha tersenyum malu-malu.

"Dan untuk sekarang, tidur!"

Eunha mengangguk. "Selamat malam, appa," senang Eunha sebelum menutup matanya.

"Selamat malam, Nak. Mimpi indah, ya," balas Tuan Jung, membelai rambut putrinya dan mengecup dahinya penuh kasih sayang.

Setelahnya Tuan Jung mematikan lampu kamar dan pergi keluar. Di luar kamar Eunha, Tuan Jung menatap keluar jendela tepatnya ke langit malam penuh bintang.

"Lihatlah putrimu, sayang. Dia masih kecil tapi pikirannya sudah seleluasa itu. Mirip sekali denganmu, ya." Tuan Jung memperlebarkan senyumnya. "Aku menginginkan yang terbaik darinya. Aku ingin semua impiannya terwujud sempurna. Kita berdoa sama-sama, ya."

Zona Aman [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang