Part 22. Over

1.2K 131 18
                                    

30+ = fast update.
Gak nyampe 30 = slow update😂

Jangan lupa cocol ikon bintang, dan komen² dibawah ini, siapa tau berhadiah😂

Tiati banyak typo😂

✒✒✒

Kaki Luthfi perlahan memasuki area kantin, tidak peduli dengan banyak macam tatapan yang mengarah kepadanya, ia tidak peduli. Mulai hari ini ia bertekad tidak akan gentar dengan apapun, yah kira-kira seperti itu lah kata-kata ajaib yang selalu berputar diotaknya dari kemarin.

Langkahnya perlahan menuju meja yang Firza dan Biya duduki sekarang, ia berniat mengembalikan jersey yang kemarin--tepat sebelum masalah ini ada, yang ia pinjam dari Firza.

Sebenarnya Luthfi ingin mengembalikannya dari hari-hari kemarin, namun ia merasa waktunya tidak pas, dan seperti sekarang waktu yang pas bahkan siapa tahu Firza sudah bisa sedikit wellcome dan melupakan masalah itu, meskipun mustahil. Namun setidaknya Firza bisa mau mengerti bahwa dirinya pun tidak ingin seperti ini.

Bahkan perasaanya pada Firza pun sedikit demi sedikit memudar setelah masalah ini datang.

Langkahnya berhenti tepat disamping Biya yang kini sedang menyantap jajananya. Merasakan ada sesuatu Biya pun menoleh, lalu melempar senyum pada Luthfi, sementara Firza langsung merasakan mood-nya drop dan tampang masam langsung tercetak pada wajah lelaki mungil itu.

Dengusan dari Firza langsung membuat Biya dan Luthfi menoleh kearah lelaki itu.

"Ini Za, gua mau ngembali jersey yang kemarin gua pinjem. Sorry baru ngembaliin sekarang." Tangan Luthfi mengangsur plastik berwarna biru itu kearah Firza.

Firza yang memang mood-nya sedang berada level paling bawah pun, tidak memberikan respon yang baik.

"Dikelas juga bisa kan? Lo gak liat gua lagi makan apa? Kaya mau naik haji terus gak pulang-pulang aja! Ribet banget jadi cowok." Ujar Firza begitu kesal, entahlah mood-nya benar-benar tidak baik sekarang.

"Oh iya, lupa…" Firza kembali berucap dan sedikit memberi jeda, "lo kan gak doyan cewek, pantes ribet. Btw lo jadi Uke apa Seme?" Lanjutnya diakhiri dengan senyum miring.

"Lo jadi Uke ya? Berarti selalu dibawah dong?" Ucap Firza dengan ekspresi cemberut yang dibuat-buat. "Sekali-kali jadi yang diatas, mantep tuh." Tukasnya lalu kembali menyantap makananya, seolah ucapannya tadi tidak berefek apa-apa bagi Luthfi.

Wajah Luthfi langsung pias, setelah mendengar ucapan Firza yang secara langsung terang-terangan menghinanya. Biya pun tak kalah terkejutnya mendengar ucapan Firza yang kelewatan pedas.

"Firza!" Biya mendesis, meskipun ucapan Firza tadi pelan dan mungkin yang hanya bisa mendengar mereka bertiga, namun itu sangat keterlaluan.

Luthfi menaruh plastik biru itu, kemudian bergegas berbalik badan, meninggalkan Biya dan Firza tanpa sepatah kata apapun.

Biya menatap punggung tegap Luthfi dengan sedih, Firza benar-benar keterlaluan!

✒✒✒

Biya menarik lengan Firza, melangkahkan kakinya mencari tempat yang sepi dan tidak banyak di lalui oleh banyak murid, dan sampailah di sini, di belakang sekolah.

Sangat sepi bahkan bisa di bilang senyap, karena tidak ada apapun di sini, pohon pun tak ada hanya ada dinding pembatas setinggi tiga meter, ini bertujuan agar murid tidak mudah untuk membolos.

Firza menghela nafas, "ngapain ngajakin gua kesini?" Ucap Firza malas, "mau apalagi?"

Biya menggeleng heran, kemudian menarik nafas pelan. "Lo sadar gak sih Za? Sikap lo kaya gini ngebuat Luthfi sakit hati, lo beranggapan seolah-olah dia salah satu hal yang paling menjijikan di dunia ini, dan patut di hindari."

Dear Luthfi✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang