Free comment, sebebas-bebasnya.
Serah komen apa aja.✒✒✒
"Masih bisa berdiri kan Za?" Tanya Coach Futsal Firza, Syafri namanya.
"Masih." Firza menggangguk dengan sedikit meringis. Pasalnya meskipun sekarang ia sudah sedikit mendapat perawatan dan dibantu dengan tongkat masih saja nyeri itu terasa."Kalo gak kuat, saya gendong juga gak apa Za." Godanya, membuat Firza langsung menatap aneh.
Coach Syafri langsung tertawa kecil, lalu mengusak rambut anak didik kesayangannya ini.
"Assalamu'alaikum." Seru Coach Syafri sembari mengetuk pintu rumah Firza untuk yang kesekian kalinya, namun tetap tidak ada jawaban.
Pria berusia tiga puluh tahun itu kembali menoleh kearah anak didiknya yang terlihat sekali menahan rasa sakit.
"Ibu kamu ada dirumahkan?"
Firza menggeleng, "gak tau."
"Dikunci gak pintunya? Masuk aja gimana? Saya gak tega liat kamu meringis terus kaya gitu."
Tangan Firza langsung menggengam gagang pintu, lalu mendorongnya kedalam, dan pintu terbuka dengan mudah, ternyata tidak dikunci dan itu artinya Ibu Firza ada didalam. Tapi kenapa tidak kunjung keluar?
Coach Syafri dan Firza langsung berjalan masuk dan duduk dishofa yang terdapat pada ruang tamu rumah Firza.
"Oh ada tamu." Suara wanita dari arah belakang membuat Firza dan Coach Syafri langsung menoleh serempak.
Coach Syafri langsung berdiri dan menyalami Ibu Firza. Obsidian Ibu Firza langsung melebar saat mendapati kondisi anaknya yang lumayan mengenaskan, kaki yang terbalut gips dan tongkat yang berada disampingnya, pasti terjadi sesuatu begitu yang ada dipikirannya.
"Firza kenapa?" Ibu Firza langsung mengambil posisi duduk disebelah anak lelakinya itu.
Coach Syafri duduk berhadapan dengan Ibu Firza, "begini Bu…"
"Tadi saat turnamen ada insiden yang gak disengaja. Firza gak sengaja dicederai sama lawan mainnya, dan pergelangan kakinya sempat bermasalah karena kena hantaman dari lawan. Tapi tenang aja, Ibu gak usah khawatir cedera yang Firza alami masih termasuk cedera ringan, dia sudah mendapat penangan sama ahlinya dilapangan tadi, mungkin cuma butuh beberapa hari buat sembuh." Jelas Coach Syafri dengan begitu hati-hati dan mendetail agar Ibu Firza paham dan tidak perlu khawatir yang berlebihan.
Ibu Firza sedikit bernafas lega, karena anaknya ini tidak mengalami hal yang sangat serius, namun masih ada rasa kekhawatiran dalam hatinya tentang kemungkinan-kemungkinan yang terjadi.
"Kalau nanti dalam jangka satu atau dua minggu Firza gak nunjukin perubahan, Ibu tinggal bilang ke saya, saya bakalan tanggung jawab. Ibu tinggal suruh Firza untuk menghubungi saya." Lanjut Coach Syafri, Ibu Firza mengangguk paham.
"Firza akan saya beri libur untuk pemulihan selama satu minggu, nanti saya yang akan bicarakan kepada Kepala Sekolah."
Ibu Firza sekali lagi mengangguk.
"Ya sudah kalau begitu saya pamit." Coach Syafri berdiri, diikut dengan Ibu Firza. Sementara Firza sendiri tidak sanggup untuk berdiri kakinya benar-benar sakit.
"Sekali lagi saya minta maaf Bu, atas insiden yang tidak di sengaja ini." Ucap Coach Syafri tak enak hati.
"Gak papa Pak, toh ini juga gak disengaja." Ibu Firza mengulas senyum tulus.
"Kalau begitu saya pamit Bu. Firza cepat sembuh ya!"
Firza mengangguk sembari tersenyum tulus. "Makasih Coach."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Luthfi✔
Teen FictionMencintai dalam diam bukanlah hal yang mudah. Mengungkapkan perasaan secara terang-terangan, juga bukan perkara yang gampang. 13 November 2017©