Yaampon gua seneng banget Dear Luthfi balik lagi😭😭 tadi sempet ilang, gua nangis anjay😭😭😭😭
Gimana gak nangis udah tinggal mau tamatin aja taunya ngilang cem setan.
Awalnya udah pesimis gak bakalan balik lagi, taunya ternyata bisa balik lagi yaampon gua seneng😭😭😭
Gua bikin cerita ini jungkir balik, sampe kekamar mandi pun kepikiran, dan memang gak dipungkiri sebagian ide keluar pas dikamar mandi😂😂
Udahlah gak usah panjang, cus baca aja lah.
✒✒✒
Biya sudah kembali ceria seperti biasanya, gadis itu pun sudah mau berbicara sedikit banyak, meski tak seintens dulu.
Ya perkara perceraian kedua orang tuanya bukan lah hal yang main-main. Sakit hatinya pun bukan seperti ditinggal putuskan pacar, atau ditinggal gebetan. Namun Biya sebisa mungkin mengubur semua kesedihan itu, jangan terlalu berlarut nanti akan berujung tidak baik, itu pikirnya.
Dan mungkin juga memang jodoh kedua orang tuanya hanya sampai saat ini saja. Jika nanti kedua orang tuanya tidak bisa rujuk kembali, Biya berharap dialam sana nanti kedua orang tuanya berjodoh lagi. Biya begitu menyayangi kedua orang tuanya.
Biya menghela nafas, membuat Saghara yang berada disampingnya pun menoleh. "Kenapa?" Tanya Saghara.
Biya pun ikut menoleh, kemudian menggeleng. "Lo belum mandi ya? Asem banget."
"Ma-masa sih?" Saghara buru-buru mengecek bau badannya, dengan mencium bagian ketiaknya. Biya sedikir tersenyum geli melihat Saghara.
"Engga sih boong hehe." Biya cengegesan, membuat Saghara memutar bola matanya.
"Aelah kirain beneran, soalnya pas istirahat tadi Ghara abis ngapelin Sinta, kan tengsin kalo beneran bau badan."
"Gak lo wangi kok."
"Masa?" Saghara memiringkan kepalanya menatap Biya.
"Wangi menyan."
"Anjay!"
Biya terkikik geli, kemudian merogoh saku seragamnya untuk mengambil ponsel. Jam perlajar setelah istirahat memang kosong, tidak ada guru jadi dimanfaatkan oleh semua murid untuk bersantai, asal jangan ribut dan pergi kekantin.
"Gua seneng lo kaya dulu lagi Bi." Biya menoleh mendengar suara Saghara yang begitu halus dan berat.
"Apa?"
"Biya lebih banyak diem daripada ngomong kemaren, Ghara jadi kesepian gak ada temen ngebacot." Ujar Saghara dengan ekspresi sedihnya, yang membuat Biya ingin menampol wajah tampan lelaki manis itu.
Tapi kalau boleh jujur apa yang Saghara ucapkan itu fakta, bukan bualan untuk menyenangkan hati Biya. Saghara benar-benar kesepian beberapa terakhir ini, banyak yang ia bicarakan juga dengan Biya, namun melihat Biya tiba-tiba berubah drastis lebih pendiam, membuat Saghara mengurungkan niatnya.
"Biya, Ghara tuh kesel. Kenapa di Piala Dunia yang menang bukan Argentina? Padahalkan ada mamang Messi di sana, sebel deh." Saghara mulai berceloteh, dan Biya pun menyiapkan kupingnya yang akan panas karena ocehan tak henti dari teman semejanya itu.
"Udah takdir kali Ghar," Respon Biya seadanya.
"Tapi sebel lah, gak ikhlas Ghara!" Saghara memukul mejanya cukup keras, membuatnya menjadi antensi sejenak.
Biya menggaruk-garuk alisnya yang tak gatal.
"Oh iya Bi, katanya lagu Boyband Korea yang Biya suka itu, yang ada si Suhen diputer di Piala Dunia? Iyakah? Kapan? Kok Ghara gak tau ya? Padahal Ghara nonton terus deh, tapi kok gak tau ya? Apa jangan-jangan pas Ghara kemaren sempet ketiduran ya?" Saghara memiringkan kepalanya menatap Biya. Sementara Biya hanya mengangkat sebelah alisnya bingung harus menjawab apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Luthfi✔
Teen FictionMencintai dalam diam bukanlah hal yang mudah. Mengungkapkan perasaan secara terang-terangan, juga bukan perkara yang gampang. 13 November 2017©