Hallo hallo Assalamuala'ikum🙏
Ada yang kangen, ada yang rindu berat sama gua?😁
Btw hari ini gua ultah loh😅 gak ada yang mau ngucapinkan?🤣
Njir nih orang modus bet ya, update lama bet ampe seabad, pas update ada modusnya biar diucapin Happy Birthday😂😂
Btw lagi, ini chapter terakhir. Ada awal gua udah bilang kalo ini bakalan beda sama ceritanya Saghara sama Sarah. Jadi jangan kesel sama kaget kalo ujungnya nanti gak sesuai keinginan🤣
Okedeh langsung aja ya.
Happy reading~
✒✒✒
Seminggu sudah sejak malam itu, malam dimana Firza sangat begitu mengesalkan bagi Biya. Bagaimana tidak Firza membicarakan Luthfi yang tidak-tidak seolah Luthfi adalah musuhnya, yang harus dijatuhkan didepan orang lain agar merasa malu.
Sejak malam itu juga Biya memilih untuk berangkat sendiri kesekolah, tidak lagi membonceng Firza yang masih belum pulih total itu, jahat memang. Tapi Biya tidak peduli, ia begitu sangat kesal pada Firza.
Walau terkadang Biya merasa kasihan pada lelaki itu, harus berangkat dan pulang naik kendaraan umum.
Pernah sekali ia membututi angkot yang Firza naiki, sampai kedepan komplek rumah mereka, saat Firza turun memang tidak ada apa-apa, namun tak selang lama lelaki itu berhenti berjalan dan itu sukses membuat Biya kalang kabut dimana ia harus bersembunyi.
Tapi ternyata Firza berhenti bukan untuk menoleh kebelakang, namun untuk mengurut sejenak kakinya yang terasa nyeri mungkin? Karena memang jarak antara gerbang komplek dengan rumah mereka lumayan jauh. Dan saat itu juga hati Biya langsung diserang rasa nyeri.
Bagaimana bisa ia bersikap seperti ini pada Firza, lelaki yang segalanya akan dilakukan untuknya? Matanya langsung memerah saat itu, hatinya benar-benar tidak tega.
Dulu Firza tidak akan segan-segan untuk meninggalkan motornya disekolah, hanya demi Biya yang katanya rindu ingin naik angkutan umum.
Firza yang tidak akan segan-segan memberi apa yang Biya inginkan, meskipun tidak semuanya bisa Firza berikan, namun lelaki itu rela menyisihkan uang jajanya demi menjajani Biya.
Dengan tekat yang bulat Biya mengusap mata yang sebentar lagi akan menurunkan hujan ini. Ia tidak seharusnya bersikap seperti ini.
Tangannya mulai kembali menarik gas dengan sangat halus, lalu melaju dan berhenti tepat disamping Firza yang kini belum beranjak pada tempatnya.
"Mau ikut?" Tanyanya begitu singkat dan dingin, Biya merutuknya dalam hati.
Firza menoleh, matanya sedikit melebar. Cukup terkejut, pasalnya ia tau apa yang merubah sikap gadis ini padanya.
"Gak, makasih. Udah deket juga." Jawab Firza santai.
Biya langsung berdecak. "Cepetan elah!"
As always Biya tidak suka penolakan, alhasil Firza pun harus nurut. Dan mulai menempatkan dirinya pada boncengan Biya.
Motor Biya kembali melaju dengan santai, tidak ada percakapan diantara keduanya. Hingga mereka sampai didepan rumah.
"Ngelamun?" Luthfi mengetuk pelan dahi Biya dengan garpu yang ia pegang.
Gadis itu langsung mengerjapkan matanya bingung.
"Ngelamun hm?" Luthfi menatap Biya lekat.
Melamun?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Luthfi✔
Teen FictionMencintai dalam diam bukanlah hal yang mudah. Mengungkapkan perasaan secara terang-terangan, juga bukan perkara yang gampang. 13 November 2017©