Part 4 : Dianter Pulang?

1.3K 127 23
                                    

Malem minggu di temenin sama babang Upi.
Semoga kebawa dalem mimpi. Eaakk!😂

Btw itu bukan pantun loh ya😄

Happy Reading aja deng gengs!

✒✒✒

Biya menaruh tasnya di atas meja. Perutnya kembali bergemuruh meminta untuk di isi, ia kesiangan hari ini tidak sempat sarapan pula, buru-buru karena tidak mau membuat Firza mengomel nanti. Entah mimpi apa selama ia sampai sebegitu nyenyaknya tidur hingga bangun kesiangan, padahal ia tidak mimpi dinner bersama Oh Sehun atau di buatkan lagu romantis oleh Park Chanyeol. Ah sudahlah memikirkan itu membuat Biya semakin lapar, lapar ingin memakan roti sobek milik kedua oppa itu.

"Ghara kemana nih? Tumben banget belum dateng." Gumam Biya heran, karena biasanya lelaki jangkung itu sudah stay setiap ia baru datang, tapi sekarang belum muncul juga batang hidung mancung Saghara.

"Annyeong ukhti!" Pucuk di cinta Saghara pun tiba, baru saja Biya selesai berbicara mahluk itu sudah datang juga.

"Ghara kekantin yuk!" Ajak Biya.

"Kuy!" Langsung di sambut seruan penuh semangat oleh Saghara, "kuy lah Ghara juga belum sarapan nih." Saghara langsung menarik lengan Biya tanpa menaruh dulu tas miliknya.

Mereka kemudian berjalan menuju kantin dengan bergandengan tangan, banyak pasang mata juga yang memperhatikan mereka, karena jangan salah meskipun Saghara kadang suka absurd lelaki itu lumayan dapat perhatian dari seluruh makhluk berjenis kelamin perempuan di sekolah ini.

"Hari ini lo gua bayarin," Biya dan Saghara duduk berhadapan.

"Bener nih?" Biya tersenyum sumringah.
Rezeki anak soleha! Kemarin di beliin baju sama Firza, sekarang di gratisin sarapan sama Saghara hihi. Batin Biya.

Saghara mengangguk dengan tersenyum jumawa, "iya lah, ngelamar neng sekarang juga abang sanggup."

"Apaan sih gak nyambung goblok!" Biya menabok lengan Saghara yang menjawil gadunya sambil tertawa kecil.

Adanya Saghara itu lumayan untuk hiburan sedikit, agar tidak begitu suntuk.

✒✒✒

Bel pulang sudah berkumandang sejak tiga menit yang lalu. Biya berjalan menuju parkiran pasti Firza sudah ada di sana.

"Kak Biya!" Sapa lelaki mungil berkumis tipis dengan cengiran khasnya, yang Biya ketahui bernama Iqbal, adik kelas.

Jika di kelas sebelas ada Iqbal yang hobby nyengir atau cengengesan tidak jelas, maka di kelas dua belas ada Saghara yang memiliki gejala yang sama dengan lelaki itu.

Ada yang bilang juga kalau mereka berdua bersahabat, oh betapa goals-nya mereka, dua orang idiot di pertemukan dalam sebuah persahabatan.

"Kak Biya mau pulang?" Tanya Iqbal sambil nyengir. Ada pertanyaan yang lebih bermutu lagi?

"Ah iya." Jawab Biya seadanya.

"Oke deh hehe." Iqbal cengegesan lalu ngacir pergi. Biya langsung tersenyum aneh melihat tingkah adik kelasnya itu.

Biya mengernyitkan dahinya melihat Firza sudah nangkring di atas motor, dengan beberapa teman satu ekskul dan pelatih ekskul lelaki itu.

"Gua mau ada perlu Bi, mau nyari tukang sablon buat jersey baru team Futsal." Ucap Firza saat Biya sudah berada di samping motor.

"Yaudah gak papa, gua pulang naik angkot aja."

"Jangan! Sini gua bisikin."

Biya mendekatan telinganya di depan mulut Firza, "nanti lo pulang sama Luthfi, udah gua WA nanti lo tunggu aja." Bisik Firza langsung membuat Biya melebarkan matanya.

"Gua pergi dulu, tunggu aja oke. Jangan pulang naik angkot!" Firza mengusak rambut Biya kemudian mulai menjalankan motor miliknya lalu di ikutin teman team lainnya.

Di anter pulang sama Luthfi? Demi apa?! Jerit batin Biya.

Hidungnya langsung kembang kempis, dadanya dag dig dug begitu keras, pipinya langsung memanas.

Lima menit sudah namun Luthfi tak kunjung muncul juga. Biya menghela nafasnya lelah, kakinya sudah cukup pegal berdiri terus selama lima menit, sekolah pun sudah mulai sepi. Huh kebiasaan Luthfi ke toilet usai pulang sekolah ini tak patut di contoh.

Biya menunduk menatap sepatu yang ia gesek-gesekan sepatunya ke tanah untuk menghilangkan jenuh, menunggu itu memang benar-benar perkara menyebalkan.

"Firza mana?" Suara beratnya itu membuat Biya berjengit dan langsung menengadahkan kepalanya.

Deg!

Jantungnya seketika bergemuruh mendapati Luthfi yang begitu dekat dengannya hanya berjarak kurang dari satu meter, jantungnya semakin menggila saat matanya tak sengaja bertubrukan langsung dengan mata tajam milik lelaki itu.

"Ah Firza, tadi udah pulang." Ucap Biya tidak jelas dengan suara sangat pelan bahkan bisa di bilang nyangkut di tenggorokan? Hhh lihat betapa gugupnya ia sekarang.

"Hah?"

"Firza udah pulang tadi, katanya mau nyar..." ucapan Biya terpotong saat Luthfi dengan acuh berjalan melewatinya, menuju motor Satria FU lelaki itu yang tak jauh darinya sekarang.

"Huuhh!" Biya menghembuskan nafasnya, menghilangkan gugup. Ia meremas tangannya yang terasa begitu dingin.

Suara dari motor Luthfi membuat Biya langsung mengigit bibir bawahnya agar tidak terlalu kentar sedang tersenyum sumringah. Suara motor Luthfi semakin mendekat, Biya semakin meremas tangannya.

"Loh?" Biya melongo saat Luthfi melaju dengan motornya meninggalkan Biya sendirian, "kok itu? Gua? Kata Firza pulang bareng kan? Kok?"

✒✒✒

Dear Luthfi✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang