✒✒✒
"Parah lo Pi! Tega banget ninggalin cewek sendirian." Ketus Firza pada Luthfi yang berada di depannya sedang asyik memakan mie goreng pesanannya.
Merasa di ajak berbicara Luthfi pun menengadahkan kepalanya, langsung mendapati Firza dengan muka sebal menatap kearahnya. "Apa?"
"Ya lo kemarin ninggalin Biya sendirian tega amat. Kalo gua gak ada perlu juga gua biasa pulang bareng dia, gak perlu gua nyuruh lo buat nganterin dia." Ujar Firza begitu kesal. Karena bisa-bisanya Luthfi sampai hati meninggalkan Biya sendirian dengan keadaan sekolah sudah sepi. Dan itu juga yang membuat hari ini Biya tidak mau berangkat bersamanya.
"Salah siapa? Lo bilang gua suruh nganterin lo, pas gua di sana lo gak ada, cuma ada si cewek itu doang. Yaudah gua pulang aja, toh dari awal gua mau nganterin lo pulang, bukan dia." Kata Luthfi berusaha membela dirinya sendiri.
Yang ia ucapkan benarkan? Firza mengirimnya chatting menyuruh ia untuk mengantar pulang lelaki itu, tapi kenyataanya Firza sudah pulang terlebih dahulu.
Firza menghembuskan nafasnya pelan, "yaudah nanti lo pulang anterin dia, gak ada bantahan." Tukas Firza final.
Luthfi membuka mulutnya ingin memprotes namun di urungkan, kala melihat air wajah Firza yang tak seperti biasanya, terlihat sedikit resah. Oh come on kenapa Firza berlebihan seperti itu, toh hanya karena Biya tidak mau berangkat dengan lelaki itu pagi ini sudah seperti suami sedang menunggu istrinya lahiran.
Mendadak Luthfi kurang suka atas sikap Firza yang menurutnya terlalu berlebihan kepada Biya.
"Oke."
✒✒✒
Di pelajaran terakhir dan free class, itu adalah impian oleh mahluk yang bersekolah. Seolah mendapat sebuah keajaiban free class mampu membuat murid mana pun akan bersujud syukur kalau dia tidak tahu malu.
Dan sepertinya dewi fortuna sedang berpihak pada kelas Biya, di pelajaran terakhir guru yang mengajar tidak masuk. Dikarenakan ada keperluan, katanya sih anaknya sedang melangsungkan acara pernikahan.
Seluruh penghuni kelas pun melakukan killing time untuk mengusir kebosanan yang akan berakhir lima belas menit lagi. Ada yang asyik bergosip, ada yang memanfaatkannya untuk tidur, ada juga segerombolan lelaki di pojok sana entah sedang menyaksikan apa begitu fokus pada ponsel milik Rian, si ketua kelas.
Namun jika di lihat dari ekspresi mereka semua yang telihat begitu tegang dan serius, bahkan ada yang cengar-cengir tidak jelas, pasti mereka sedang menonton yang tidak-tidak.
Biya menghembuskan nafasnya bosan, kemudian menaruh kembali kepala pada lipatan tangannya, membelakangi Saghara.
Berusaha tidak mengindahkan eksistensi Saghara yang kini sedang menarik perhatiannya. Mulai dari memukul-mukul meja hingga menimbulkan suara yang abstrak, menoel-noel lengannya, menarik rambutnya beberapa kali, dan banyak lagi. Tapi Biya berusaha mengabaikan.
Ia sibuk memikirkan nanti ia pulang dengan siapa, hari ini ia berangkat sendiri tidak dengan Firza, dan tidak mungkin ia nebeng pulang dengan Firza, sementara dirinya pun masih kesal atas kejadian kemarin.
Apa sama Ghara aja ya? Pikirnya.
Biya menolehkan kepala menatap Saghara, melihat Biya yang menoleh kearahnya senyum Saghara pun langsung mengembang, namun kembali luntur saat Biya kembali membelakanginya.
Saghara berdecak, "Biya gak asik ah, mending gua ikut nonton bokep sama Rian aja." Saghara bangkit dari duduknya.
Mendengar ucapan Saghara, Biya pun langsung membalikan badannya, lalu menarik tangan lelaki itu agar kembali duduk. "Di sini aja ya." Biya tersenyum imut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Luthfi✔
Teen FictionMencintai dalam diam bukanlah hal yang mudah. Mengungkapkan perasaan secara terang-terangan, juga bukan perkara yang gampang. 13 November 2017©