Hallo!
Assalamu'alaikum!
Selamat siang!I'm back uwuuuu😁😁😁😁
Ada yang kangen sama gua?😂
Untuk sekian lamanya gak up akhirnya bisa up juga, aku kasih yang panjang biar puasnya sampe ke tulang-tulang😂😂
Kalo ada typo harap dimengerti sendiri aja ya🤣🤣
Happy reading~
✒✒✒
Rutinitas seperti biasa. Biya berangkat dengan membonceng Firza, meskipun kaki lelaki itu sudah lumayan pulih, namun belum dipeebolehkan mengerjakan sesuatu yang berat.
“Minggu depan gua udah bisa bonceng lo lagi Bi. “ Suara Firza dari boncengan nya.
Buya menoleh sekilas, lalu kembali fokus kedepan. “Gua tiap hari bonceng lu juga gak masalah Za,”
“Tapi gua yang masalah. Berasa lemah banget gua sebagai lelaki sejati.” Ujar Firza dengan nada sok terpukul. Membuat Biya sedikit terkikik geli.
“Heleh gaya lo Za, Za.”
Biya menarik pegas rem saat motornya sudah berada di parkiran sekolahnya. Firza yang berada di boncengan nya langsung beranjak turun dan melepas helmnya, begitupun dengan Biya.
Mereka berdua mulai berjalan menyusuri koridor yang masih lumayan sepi, karena memang masih pukul enam lewat dia puluh lima menit, sepertinya Biya terlalu awal sudah bersiap diri untuk berangkat ke sekolah.
“Oy Za!” bahu Firza telonjak kedepan saat ada yang sedikit mendorongnya dari belakang. Mau tak mau Biya dan Firza pun menghentikan langkahnya.
Mereka menoleh kebelakang dan mendapati Luthfi dengan cengiran nya. Biya buru-buru mengalihkan pandangannya saat tatapannya bertemu dengan Luthfi. Ia masih lumayan sakit hati atas kejadian tadi malem.
“Ngapa dah Pi? Kalo tadi gua jatoh mau tanggung jawab lo?” ujar Firza sedikit kesal, pasalnya sekarang kakinya agak sedikit nyeri karena harus menahan tubuhnya agar tidak terhuyung ke depan, atau terjatuh.
“Eiyy emangnya gua ngebuntingin lo apa, tanggung jawab.” Luthfi memberikan ekspresi aneh.
Firza menghela nafas, semenjak lelaki sangar ini lebih ekspresif, ia juga harus lebih menyiapkan hati dan mental, pasalnya Luthfi terkadang mengesalkan.
“Gua duluan ya.” Suara Biya memecahkan interaksi mereka berdua, membuat atensi keduanya tertuju pada gadis ini.
Baru saja Luthfi ingin menyapa dan menyunggingkan senyumnya, Biya sudah pergi saja, dan sukses membuat darinya berkerut.
Firza pun agak aneh melihatnya, tidak biasanya Biya seperti itu pada Luthfi.
“Ada masalah lo?” Firza menyenggol bahu Luthfi dengan bahunya.
Luthfi menoleh, menatap Firza sesaat, lalu kembali menatap punggung Biya yang kini menghilang ditelan persimpangan koridor. “Kira-kira dia kenapa ya?”
Firza langsung menatap Luthfi cepat. “Lah ya mana gua tau Baharsyah.” Ia menepuk jidatnya sendiri, kemudian berjalan mendahului Luthfi.
“Anjir lo Andhika!”
“Kangen Band.”
✒✒✒
KBM sudah berjalan sekitar empat puluh menit yang lalu, dan sepanjang itu Luthfi masih dengan ke bingungannya akan sikap Biya pagi tadi. Luthfi menolak Firza yang ada disampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Luthfi✔
Teen FictionMencintai dalam diam bukanlah hal yang mudah. Mengungkapkan perasaan secara terang-terangan, juga bukan perkara yang gampang. 13 November 2017©