"The best preparation for tomorrow is doing your best today."
H. Jackson Brown, Jr.
______
Aspuri kesal bukan main, waktu istirahatnya tak semenyenangkan yang ia kira. Keadaan di dalam kantin malah makin membuat mood-nya turun. Ramai sekali. Siswa-siswi berdesakkan, berebut antrian, berebut bangku kosong supaya dapat tempat duduk.
Sedari tadi perut Aspuri keroncongan, minta diisi. Cacing di dalam perutnya berteriak ingin bakso. Sayangnya, ia malas mengantri. Alhasil, ia memutuskan untuk pergi ke perpustakaan.
Aspuri memang urakan, sering tertidur saat pelajaran berlangsung, kurang disiplin, kurang peduli akan sekitar. Tapi, setidaknya ia masih punya keinginan untuk belajar, mengerjakan tugas yang diberikan guru, atau hanya sekedar pergi ke perpustakaan. Seperti sekarang ini.
Jika mood Aspuri sedang tidak baik, atau kantin ramai, maka ia menghabiskan waktu istirahatnya di perpustakaan.
Ia mencari buku yang sekiranya pas untuk ia baca dalam keadaan seperti ini. Ia melihat-lihat buku dengan kondisi yang berjejer rapi di berbagai rak, memilah-milah buku yang menurutnya menarik. Tak lama kemudian ia menemukan novel yang berjudul The lord of the rings karya Jhon Ronald Reuel Tolkien. Novel tersebut bergenre petualangan fantasi.
Aspuri tersenyum memandang novel tersebut. Tak sempat menonton filmnya, novelnya pun jadi. Merasa tertarik dengan novel itu, Aspuri langsung menuju ke meja yang terletak di sudut ruangan. Perlahan ia mulai membuka lembar pertama, lembar kedua, lembar ketiga dan lembar-lembar berikutnya. Ia mulai menghayati kalimat demi kalimat yang tercetak di dalam novel itu. Kadang, ia senyum-senyum sendiri, alisnya menukik tajam, mengembungkan pipi, geleng-geleng kepala, bibirnya mengerucut, tangannya mengepal seperti ingin menonjok sesuatu, sampai-sampai ia terkikik sendiri.
Seperti merasakan apa yang dirasakan oleh tokoh di dalam novel tersebut.
Aspuri sedang asyik dengan dunianya.
***
Bel pulang sekolah berbunyi, guru yang mengajar pun telah meninggalkan kelas. Membuat para murid bergegas membereskan alat tulis mereka dan ingin cepat-cepat meninggalkan gedung sekolah, tak terkecuali Qila.
"Duh, pake acara jatoh segala lagi." Qila nampak terburu-buru, sehingga membuat pensilnya terjatuh. "Kemana tuh pensil, ah. Pensil kamu di mana?" Qila mencari-cari sampai ke kolong meja. "Hadeh, mana sih?" Ia menggaruk-garuk pelipisnya. Sampai ia menemukan pensil yang ia cari-cari ternyata berada di kolong bangku.
"Nah, ini dia!" Qila berseru. Merasa lega pensilnya telah ia temukan.
"Qil, mau jalan bareng nggak sampe depan?" tanya Rumi, teman semejanya.
"Eh, nggak. Kamu duluan aja." Tolak Qila secara halus.
"Oke, deh. Duluan yaa!" Rumi tersenyum sebentar.
"Iya," jawab Qila pendek. Membalas senyum Rumi.
Setelah mendapat jawaban dari Qila, Rumi langsung ngacir meninggalkan kelas.
Qila kembali membereskan alat tulis beserta buku yang masih setengah berserakan di atas meja. Setelah semua sudah Qila masukkan ke dalam tas. Qila mulai menyampirkan tas di kedua pundaknya. Namun, belum genap tali tasnya tersampir di pundak kiri, Rafif datang kembali menawarkan jasa, yaitu memberikan tebengan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Panggil Aku Goblok!
Teen Fiction[Completed] Dengan finansial seadanya, Qila adalah sosok yang menjunjung tinggi kesederhanaan dan mampu membuat orang-orang di sekelilingnya tertipu dengan topeng yang selalu ia pamerkan, layaknya remaja kebanyakan yang hanya akan senang dengan hal...