//26//

98 14 5
                                    

"Berceritalah sesudah
mencoba,

menjawablah sesudah
paham,

berkatalah sesudah
berpikir,

menilailah sesudah
mendengarkan,

berharaplah seusai
bekerja."

____


Sepuluh tahun yang lalu, hari Rabu yang terik. Saat itu, Aspuri masih berumur tujuh tahun dan Qila masih berumur lima tahun dan saat itu keluarga mereka masih rukun. Mereka berdua tengah saling merajuk akibat berbeda pendapat akan bermain apa setelah makan siang bersama. Diperparah lagi dengan saling berebut mainan kesayangan masing-masing. Qila yang ingin memeluk boneka Teddy Bear berwarna putih milik Aspuri sebelum tidur siang dan Aspuri yang ingin memainkan boneka Barbie milik Qila.

Ibu sudah berusaha membujuk mereka untuk saling meminta maaf. Namun kedua bocah itu mana mau mendengarkan. Mereka berdua justru saling menatap sinis satu sama lain, melempar pandangan bermusuhan yang kentara. Seolah-olah salah satu dari mereka bisa saja melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa keduanya.

"Kenapa deket-deket?! Jauh-jauh sana ish!" Aspuri berseru sambil mengibaskan tangannya menyuruh Qila menjauh. Matanya melotot tatkala melihat Qila memeluk boneka Teddy Bear kesayangannya dengan lebih erat, tak lupa ekspresi cemberut Qila yang membuat Aspuri ingin menggaruk mukanya saat itu juga.

Qila berdecak. "Kakak tuh sana jauh-jauh! Dari tadi Kakak yang deketin aku mulu!" katanya, balas berseru dengan wajah tanpa dosa. Memang sejak tadi bukan Qila yang mendekati Aspuri, tapi Aspuri yang secara tidak sadar, lama kelamaan menggeser bokongnya mendekati Qila. Entah apa motif kakaknya melakukan hal tersebut. Mungkin diam-diam ingin merebut kembali boneka beruang berwarna putih kumal kesayangannya itu.

"Heh mana ada! Kamu yang deketin aku!" Aspuri bersungut tidak terima.

"Kakak yang deketin aku! Aku dari tadi di sini nggak pindah-pindah tuh!" Qila berseru jengkel.

"Kamu! Bukan aku!"

"Kakak!"

"Kamu!"

"Kakak!"

"Kamu!"

"Kakak!"

"Jangan nyalahin aku terus dong!" protes Aspuri dengan hidung kembang kempis. Dia tahu dia yang bersalah, tetapi dia gengsi untuk mengakui. Merasa malu karena sudah terlalu ngotot terhadap adiknya.

"Ya Kakak kan emang salah! Kok nggak mau disalahin sih?!"

Puk!

"Aw! Qila!" Aspuri melotot hingga bola matanya bisa saja sewaktu-waktu keluar dari tempatnya.

Hal selanjutnya yang terjadi secara tidak terduga adalah Qila melemparkan boneka Teddy Bear yang ia peluk sedari tadi kepada Aspuri. Dia sudah begitu kesal dengan kakaknya itu! Dia gemas. Gemas ingin mencekik Aspuri maksudnya. Jika saja dia tidak ingat kalau Aspuri masih memiliki hubungan darah dengannya, dia benar-benar akan melakukan tindakan radikal tersebut.

Qila melempar boneka itu dengan tidak seberapa keras namun tetap saja mengundang pekikan terkejut dan pelototan mata dari Aspuri. Boneka itu mengenai kepala Aspuri dengan cara yang tidak terhormat. Selain merasa kesal berkali-kali lipat karena kepalanya telah menjadi korban perbuatan tangan Qila yang nakal, Aspuri juga bertambah jengkel karena bonekanya melayang dengan cara yang tidak ada anggun-anggunnya sama sekali. Ia takut Teddy Bear-nya terluka.

Jangan Panggil Aku Goblok! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang