//07//

178 47 18
                                    

Fajar telah lalu, namun kokok ayam masih terdengar bersahutan, burung-burung masih berkicauan mengakibatkan gadis yang masih nyaman bergelung di selimut tipisnya terbangun dari tidur pulasnya.

Qila mengerjapkan mata berusaha menyesuaikan cahaya matahari yang mengintip dari celah gorden jendela kamar yang sedikit terbuka.

Qila melirik jam weker pemberian kakek yang ia letakkan di atas nakas samping tempat tidur. Betapa terkejutnya ia, tatkala melihat jarum pendek jam menunjuk pada angka enam dan jarum panjang jam bergerak menunjuk pada angka satu.

Wait, berarti sekarang sudah jam enam lewat lima menit dan Qila baru bangun tidur?! Oke, kurang keras dan kurang dramatis.

QILA BARU BANGUN TIDUR JAM ENAM LEWAT LIMA!!! TAMATLAH RIWAYAT QILA!! BAKAL ADA PERANG KESEKIAN YANG AKAN SEGERA MENIMPANYA DI SEKOLAH!!!

Langkah gesit segera Qila ambil. Qila menyingkap selimutnya, lantas berlari tunggang langgang ke kamar mandi. Sesampainya di depan pintu kamar mandi, ia mendapati pintu itu tertutup rapat. Serta suara gemericik air yang sudah jelas berasal dari seseorang yang berada di dalam ruangan tersebut.

Qila memutuskan untuk mengetuk pintu, ingin bertanya siapakah gerangan yang turut bangun kesiangan. Tapi niatnya untuk bertanya ia urungkan. Mengingat kakek tak mungkin mandi sepagi ini, karena udara masih dingin. Jadi Qila dapat menyimpulkan, orang yang berada di dalam kamar mandi pastilah Aspuri.

"Kak, buruan dong! Aku telat nih!" seru Qila menahan dongkol.

"Ah, paansi. Ganggu ae, bocah! Salah siapa kesiangan!" balas Aspuri sengit, Qila yakin Aspuri sedang melirik sinis ke arah pintu sekarang. Qila yakin, meskipun tidak dapat melihat ekspresi kakaknya secara langsung.

"Pagi ini aku lagi males ribut sama Kakak, jadi tolong buruan Kak. Seharusnya Kakak tuh udah siap dari tadi, eh malah masih mandi. Padahal aku bangun udah siang, masih juga belom kelar-kelar. Lama banget, elah." Satu helaan napas lelah berhasil Qila hembuskan. Satu gebrakan di pintu Qila keluarkan, guna untuk melampiaskan kejengkelannya.

"Lo tuh masih bocah. Jadi mending diem aja deh. Nggak usah protes! Lo tuh nggak tau, setiap mandi gue ngapain aja." Aspuri menimpali tidak mau kalah.

"Emang nggak tau dan nggak mau tau! Emang ngapain, sih? Luluran? Berenang? Berendem di bak? Konser dadakan? Nyanyi lagu dangdut satu album? Ngobok-ngobok air? Ternak kodok? Ternak lele? Ternak nyamuk?" Qila mendengus jengah, ia semakin gusar. Bagaimana nanti nasibnya di sekolah? Emak tolong Qila! Ah, rasanya Qila ingin menangis saja.

"No, no, no. Semua yang lo sebutin nggak ada yang bener. Wait a minute, i'm done." Bersamaan dengan itu, tak ada lagi suara gemericik air yang terdengar. Membuat Qila mengembuskan napas lega.

"Good! Huh, dari tadi kek!" Hening. Tak ada balasan, kemudian pintu dibuka. Menampilkan raut wajah datar Aspuri. Qila memandang Aspuri dengan lekat tak sampai lima detik, lantas segera melengos masuk ke kamar mandi dan memberikan satu bantingan pintu, yang menurut Aspuri tidak terlalu keras.

Qila tak tahu, bahwa semalam Aspuri sedang berada di titik paling rendah.
Dan seperti hari-hari sebelumnya, Aspuri kembali memakai jubah yang selama ini ia kenakan untuk menutupi punggung rapuhnya.

***

Beberapa hari telah berlalu seusai kecelakaan kecil yang menimpa kakek. Luka-luka di tubuh kakek sudah mengering dan tidak menimbulkan rasa perih lagi. Qila juga sempat bertanya tentang keadaan kakek, ekspresi wajah Qila dipenuhi dengan keterkejutan kala ia melihat keadaan kakek tempo hari lalu.

Akhirnya, kakek menceritakan semua rentetan kejadian yang menimpanya. Kakek juga menceritakan tentang anak lelaki sebaya Qila yang menolongnya. Tetapi kakek tertegun saat ditanyai mengapa matanya berair dan memerah, kakek hanya bisa beralasan bahwa penyebabnya karena terlalu banyak menguap.

Jangan Panggil Aku Goblok! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang