//20//

100 15 14
                                        

I hope you'll like it ;)

¶¶¶

"Jika nanti dia meninggalkan untuk pergi, cobalah jangan berlari menghampiri. Cukup tegak berdiri dan jangan berbalik lagi."

____

Usia Qila saat itu enam tahun. Hari itu Qila tengah merajuk pada Ibunya.  Sebelumnya ia merengek minta dibelikan bola bekel. Melihat teman-temannya di sekolah yang tampak asyik dengan bola kecil itu, Qila jadi ingin memainkannya sendiri di rumah, teman-temannya yang sudah memiliki bekel, sebagian besar tidak mau meminjamkan mainan barunya.  Mereka berpikir kalau bola itu mereka pinjamkan ke satu anak, pasti anak yang lain akan ikut meminjam. Mereka juga takut kalau bola itu keseringan dipinjam, nanti bola itu akan hilang. Kalau hilang? Tidak bisa dipamerkan lagi deh ke teman-teman. Begitulah tabiat anak-anak.

Qila sudah sibuk berkhayal bisa memiliki bola itu, ia melebarkan senyumnya membayangkan teman-temannya yang akan mengerumuninya di kelas. Jika ia sudah memiliki bola itu, teman-temannya pasti akan saling sikut, saling berebut ingin meminjam. Tetapi khayalan tetaplah khayalan. Belum tentu terjadi.  Dan benar! Hal yang sibuk ia bayangkan akhirnya tidak terjadi. Ibunya bilang, nanti ibu belikan kalau sudah ada uang. Pasalnya Aspuri baru saja dibelikan tas baru, sebab tas lamanya sudah banyak bagian yang robek dan bolong.

Hari itu Qila hanya ingin bola bekel, bukan tas apalagi sepatu model terbaru.  Sayangnya Qila yang dulu tidak seperti Qila yang sekarang. Qila yang dulu tidak sesabar yang sekarang. Dulu dia adalah anak yang nakal. Apapun akan dia lakukan untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Tak peduli dengan Ibunya yang terus menasehati, memperingatkan.

Dulu Qila suka mengambil alat tulis milik temannya. Mencuri jajanan atau makanan dari warung dekat sekolah. Dia melakukan hal itu karena dia iri melihat teman-temannya yang berkecukupan. Usianya saat itu sembilan tahun, tapi ia sudah berani melawan guru, sering tidak mengerjakan tugas, ribut di kelas, menjahili temannya, bicara kasar, memalak teman-temannya, seenaknya melakukan sesuatu, dan masih banyak lagi kenakalan yang ia lakukan.

Dua tahun yang lalu, saat usianya tujuh tahun. Qila mencuri uang tabungan Ibunya untuk membeli bola bekel karena dia sudah tidak tahan lagi. Sudah dikatakan sebelumnya kalau Qila akan melakukan apapun untuk menuruti keinginannya kan?Selama setahun, teman-temannya asyik bermain dengan bola bekel kebanggaan masing-masing. Ada beberapa anak yang sama seperti Qila, tidak punya mainan kebanggaan. Namun mereka memilih membentuk kelompok sendiri dan malah mengucilkan Qila.

Saat itu Ibunya sama sekali tidak marah. Bahkan beliau sengaja meletakkan dompetnya di tempat yang mudah dijangkau, karena ia sudah tahu perangai anaknya. Ibunya tahu, Qila adalah anak yang pemberani, berani mengambil risiko atas perbuatannya.  Sama seperti Qila, Aspuri yang sekarang juga berbeda dari Aspuri yang dulu. Dulu Aspuri adalah anak yang penurut, penolong, ramah, rajin, sabar, dan masih banyak lagi perilaku dan sifat baik yang dimiliki Aspuri—yang jelas berbanding terbalik dengan Qila.

Sampai suatu hari, Bapak  mereka pulang ke rumah dalam kondisi mabuk. Jalannya sempoyongan, badannya penuh memar. Mungkin kalah judi, seperti biasa. Bapaknya memang jarang pulang, setiap malam selalu keluyuran. Bapak mereka bisa dikatakan sebagai pelaku tindak kriminal. Menghalalkan segala cara demi mendapatkan keuntungan. Mungkin sifat dari Bapaknya inilah yang menurun pada Qila. Merampok, mencopet, memeras uang orang lain, bahkan menipu dengan menjual perhiasan hasil mencopet memakai embel-embel 'barang masih baru' dengan harga dua kali lipat lebih mahal dari harga asli, sudah menjadi makanan sehari-hari Bapak mereka.

Jangan Panggil Aku Goblok! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang