"Udah cukup! Cukup, Qila. Cukup, Aspuri." Kakek berseru tegas, lalu menghela napas panjang dan mengembuskannya perlahan. "Kalian nggak bisa gini terus. Aspuri, benar apa yang Qila bilang. Kamu itu terlalu meremehkan segala sesuatu yang menurut kamu sepele."
"Dan kamu nggak pernah menghargai orang-orang di sekitar kamu." Aspuri menyela ucapan kakek, lantas tertawa. Tawa yang jelas terdengar dibuat-buat. "Kakek pasti bakal ngomong kayak gitu kan? Hadeh!" Aspuri memutar bola mata. "Ngapain aku harus repot-repot menghargai mereka? Aku kan nggak minta mereka buat peduliin aku Kek!" seru gadis yang baru menginjak usia delapan belas tahun itu, menggebu-gebu.
"Dan elo," tunjuk Aspuri pada Qila, "goblok! Sok-sokan nasehatin gue biar dikata apa coba? Biar orang-orang ngira lo pinter dan gue bego, gitu maksud lo?"
Qila mendengus jengah seraya bersedekap dada. "Sekarang yang goblok siapa coba? Orang yang tau perbuatannya salah tapi masih tetap dilakuin atau orang yang perbuatannya bener tapi kelihatan salah karena keadaan? Qila menaikkan satu alisnya, ia berani bersumpah emosinya sudah memuncak sampai ke ubun-ubun, namun suaranya tetap tenang dan teratur.
Kamar rawat Aspuri lengang, hening merambat. Aspuri membisu, tak mengoceh seperti biasa. Diam seribu bahasa.
"Jawab, Kak. Aku butuh jawabannya sekarang," ucap Qila datar.
Aspuri menggeram, tampak mengepalkan kedua tangan menahan amarah. "Oke, sekarang lo menang," ujarnya sinis dengan tatapan tajam.
"Aku nggak butuh siapa yang menang dan siapa yang kalah, ini bukan arena lomba." Qila berdesis, tak kalah sinis.
Kakek tak henti-hentinya berdecak dan menggeleng sesekali mengurut pangkal hidungnya atau mengusap wajahnya, beliau tampak lelah dengan situasi macam ini. Perdebatan atau pertengkaran antara Qila dan Aspuri memang kerap kali terjadi, tapi tidak sampai setegang ini. Kali ini kakek tidak akan diam menonton. Kakek menghentikan perdebatan dengan satu kalimat serupa, "Aspuri, kalau kamu susah diatur. Kami akan tinggalkan ruangan ini."
Tanpa menunggu balasan dari Aspuri, kakek beringsut membuka pintu dan bergegas keluar meninggalkan kamar rawat Aspuri. Awalnya Qila tertegun, namun hanya sesaat karena di detik berikutnya tanpa ragu Qila juga turut serta meninggalkan ruangan putih pucat tersebut.
Aspuri tersentak dibuatnya, namun tentu saja ia tidak ambil pusing masalah itu.
***
Rupanya di luar hujan. Tetes demi tetes air berjatuhan menimpa tanah. Awalnya berupa rintik-rintik kecil, namun makin lama makin menderas menjelma menjadi bulir-bulir yang kian merapat. Qila dan kakek sedang berada di lobi rumah sakit. Keduanya tengah menatap ke luar kaca besar yang menjadi tampilan luar rumah sakit. Dari kaca itu terlihat seluruh objek yang berada di luar bangunan berbau obat-obatan antiseptik tersebut.
Qila menoleh, kakek tampak memerhatikan sekeliling dilihat dari kepalanya yang tertoleh ke kanan dan kiri, matanya pun tidak lepas memandang orang-orang yang berlalu-lalang. Bau petrichor yang menyeruak kala hujan turun tak pernah gagal membuat Qila merasa tenang. Perasaannya sedikit membaik karena hujan.
Qila memutuskan untuk pergi keluar sebentar, mungkin dengan mencium aroma petrichor secara langsung mampu membuat perasaannya yang sempat memburuk dapat sepenuhnya membaik.
"Kek, aku keluar sebentar ya." Qila yang semula bersandar di dinding kembali berdiri tegak.
Kakek mengangguk menanggapi.
Qila bergegas melangkahkan kaki keluar dari lobi. Ketika ia sudah menapakkan kakinya di luar, ia terus saja berjalan melintasi koridor rumah sakit. Qila berjalan ke sembarang arah, tak punya tujuan khusus. Tatkala bahunya membentur sesuatu, ia sedikit terhuyung ke belakang. Kepalanya refleks tertoleh. Qila mendapati orang berpakaian serba hitam, dari kepala hingga ke ujung kaki. Orang itu mengenakan topi hitam yang menutupi sebagian keningnya, slayer hitam dengan sedikit corak merah abstrak menutupi hidung hingga ke bagian leher, jaket kulit warna hitam yang menampilkan kaos hitam polos dibalik jaketnya, jeans warna hitam, serta sepatu warna hitam, dan lagi-lagi jam tangan pun berwarna hitam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Panggil Aku Goblok!
Teen Fiction[Completed] Dengan finansial seadanya, Qila adalah sosok yang menjunjung tinggi kesederhanaan dan mampu membuat orang-orang di sekelilingnya tertipu dengan topeng yang selalu ia pamerkan, layaknya remaja kebanyakan yang hanya akan senang dengan hal...