⛄5

40K 4K 484
                                    

Lisa membenarkan letak kacamatanya ketika maniknya menyorot tajam pada lembaran-lembaran kertas dihadapannya. Ia sangat serius membaca satu persatu berkas-berkas laporan bulanan yang dikirimkan secara rutin oleh salon-salon cabangnya setiap hari jum'at terakhir di penghujung bulan.

Sesekali ia menyeruput hot cappucino-nya, dan kemudian kembali terpaku pada tumpukan dihadapannya.

Tak ada yang bisa mengganggu Lisa disaat-saat seperti ini. Ia membutuhkan konsentrasi penuh untuk membaca setiap kalimat yang tertera diatas kertas putih itu.

Sampai kemudian seseorang mengetuk pintu ruang kerjanya sebanyak dua kali.

"Hmm. Masuklah." ujar Lisa. Tetapi matanya masih terfokus dengan tangan yang sibuk membolak-balikan lembaran kertas tersebut.

Suhyun menyembulkan kepalanya dari balik pintu kokoh bercat hitam itu. "Eonni-ya, ada kiriman bunga untukmu."

"Ne, Taruh saja dimeja." jawab Lisa tanpa ingin tahu siapa si pengirim buket itu.

Suhyun mengikuti perintah Lisa dengan membawa sebuket bunga mawar merah dan meletakannya diatas meja yang tepat berada diantara sofa ruangan itu.

Lisa masih melanjutkan pekerjaannya, dan Suhyun kembali keluar dari ruangan itu.

Bos cantiknya itu memang paling tak suka jika Suhyun keluar-masuk ruangannya diluar kepentingan pekerjaan.

Tetapi tak lama kemudian, pintu itu kembali diketuk. Dan setelah mendengar sahutan Lisa, Suhyun kembali melongok ke dalam ruangan tersebut. "Eonni-ya. Ada kiriman bunga lagi."

Lisa mengangkat wajahnya seraya mengerutkan dahi. Siapa yang mengimkan dua buket bunga itu dalam waktu yang berdekatan? Ah, mungkin Jaehyun atau Eunwoo. Karena kedua model tampan itu memang kerap kali mengirimkan beberapa hadiah untuk Lisa.

Hingga dua jam kemudian Lisa membanting bolpoin Aigner A00766 Original seharga sembilan puluh sembilan won, atau sekitar satu juta dua ratus lima puluh ribu rupiah miliknya ke atas meja kerja.

Memang terdengar agak berlebihan. Tapi ini serius, bolpoin yang dipakai Lisa memang semahal itu. Suhyun bahkan sampai meneguk saliva dengan getir. Mengapa harus dibanting, sih? Bahkan jika pulpen itu dijual, uangnya dapat aku gunakan untuk membeli empat pasang sepatu baru, pikirnya.

Lisa benar-benar kesal lantaran Suhyun yang terus menerus keluar-masuk ruangannya sementara ia harus berkonsentrasi pada pekerjaannya yang menumpuk. Kepalanya terasa ingin meledak sekarang. "Apa kau tak ada pekerjaan lain, huh?! Mengapa terus bolak-balik kesini?!" tanyanya, masih berusaha menahan amarah.

"M-maafkan aku, eonn. Tapi kurir-kurir itu terus mengirimkan bunga dan menyuruhku untuk segera memberikannya padamu." jawab Suhyun yang kini sudah menunduk takut. Sungguh, Suhyun sangat khawatir jika tiba-tiba Lisa menelannya hidup-hidup.

Lisa melirik ke arah sofa diruangannya, dan kedua matanya membulat lebar setelah ia menyadari ada puluhan buket bunga mawar yang tersebar diatas sofa, meja, hingga kelantai disekitarnya.

Oh, astaga. Ia jadi menyesal sudah membentak Suhyun seperti tadi. Pasti managernya itu sudah bekerja sangat keras dengan tenaga ekstra karena sedari tadi harus mondar-mandir untuk mengantarkan buket-buket bunga tersebut.

Lisa mendengus pelan. "Maafkan aku. Sekarang istirahatlah. Kau pasti lelah." ujarnya. Ia melepas kacamatanya dan mulai beranjak dari kursi.

Sementara Suhyun menjatuhkan pundaknya lega setelah tadi tubuhnya menegang karena mendengar omelan Lisa. "Baiklah, eonn."

Seperginya sang manager, Lisa bertolak pinggang memperhatikan ratusan tangkai bunga mawar merah itu. Diraihnya sebuket mawar yang berada paling dekat dengan kakinya. Alisnya menukik, membaca sebuah kartu ucapan yang tersemat disana.

weird couple | lizkook✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang