[SEQUEL FROM WE ARE : BLACKPINK]
Dia datang bagaikan sebuah mimpi, yang mengisi setiap kepingan hilang dari kisah kami
Tetapi, jika pada akhirnya kau akan menghilang, mengapa kau harus hadir dalam kehidupanku?
kau hanyalah mimpi buruk dalam mimpi in...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jisoo tengah berjalan dengan santai di koridor rumah sakit tempat dirinya bekerja. Gadis itu nampak sesekali membaca beberapa laporan perkembangan dari pasien-pasiennya. Jisoo lantas melangkah memasuki ruang kerjanya dan melempar kertas-kertas laporan itu di atas meja kerjanya, sebelum menjatuhkan diri di kursi kebesarannya.
Jisoo mendesah muram dan memutar arah kursinya hingga nampaklah kerlap-kerlip lampu dari gedung-gedung pencakar langit beserta kesibukan jalanan di balik kaca besar itu. Gadis itu mendesah muram kala kembali mengingat percakapannya dengan Lisa, Jungkook, Taehyung dan juga sang kakak beberapa jam yang lalu. Gadis itu memijit pelipisnya yang terasa nyeri, terlalu banyak hal yang tengah menganjal pikirannya saat ini.
Suara pintu yang diketuk mengalihkan atensi gadis itu, tak lama nampak lah kepala sang kekasih yang menyebul dari pintu, "Apa aku boleh masuk Jisoo-ya?" Tanyanya lembut
Jisoo sedikit terkekeh pelan dengan ucapan sang kekasih sebelum menganggukan kepalanya, "Masuklah," ucapnya mengizinkan. Sang kekasih pun memasuki ruang kerja Jisoo dan berjalan ke arahnya sebelum menjatuhkan bokongnya di kursi tepat di hadapan sang kekasih hati.
"Ini aku bawakan makanan untukmu, kau pasti kelelahan kan seharian membatu Taehyung dan Irene noona mempersiapkan pernikahan mereka" ucap Jin sambil membuka sekotak ayam yang sengaja dibuatnya.
"Woah, terima kasih Jin-ah!" Sahut Jisoo senang. Gadis itu tanpa basi-basi langsung mendekati sekotak ayam itu kehadapannya dan memakannya dengan lahap.
"Apa hari ini kau akan lembur kembali? Bukankah kau sudah menyelesaikan semua tugasmu?" tanya Jin sambil sesekali mengusap sudut bibir Jisoo yang belepotan dengan saus.
"Memang sudah selesai, tapi aku masih memiliki satu tugas penting. Menjadi sahabat yang baik untuk Jennie" ucap Jisoo.
Jin menghela napasnya, hal tersebut bukanlah jawaban yang mengejutkan baginya, "Kau juga harus memperhatikan kesehatanmu Jisoo-ya. Dengar bukan maksudku untuk menjelekkan Jennie di hadapanmu tapi apa gadis itu menghargai segala usahamu untuk dirinya?. Selama lima tahun ini kau sudah cukup banyak mengorbankan waktu serta hatimu untuk dirinya." Ucapnya.
Jisoo menghentikan sejenak kegiatannya memakan ayam, gadis itu menatap lurus kearah Jin yang juga tengah menatapnya. Lewat pandangan pria itu saja Jisoo sudah tau seberapa besar kadar kekhawatiran di hati pria itu pada dirinya.
"Jin-ah," ucap Jisoo sambil mengusap pelan tangan Jin, "Aku, Lisa, dan Jennie bukan hanya menghabiskan waktu selama lima tahun saja. kami sudah banyak menghabiskan waktu bersama, sudah seharunya aku sebagai sahabatnya membantunya bangkit dari keterpurukkannya. Jangan pernah menyalahkan Jennie, salahkan saja aku yang terlalu ceroboh hingga tak bisa menjaga kesehatanku sendiri" lanjut gadis itu.
Untuk kesekian kalinya Jin menghela napasnya, "Lanjutkan makanmu, aku akan menemanimu menjaga Jennie malam ini. Jangan lupa untuk mengabari eomma-nim kau tak mau kan dia cemas" ucap Jin sambil mengelus rambut Jisoo dengan lembut.