Chap 13

3.2K 427 36
                                    

Gelap, dingin, kesepian dan ketakutan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gelap, dingin, kesepian dan ketakutan. Rasa yang selama ini tengah ia coba untuk kubur dalam-dalam kembali mencuat dan mencekiknya hingga rasanya untuk menarik napas pun sangat sulit. Gadis bermarga Kim itu meruntuki dirinya sendiri yang sangatlah lemah hanya karena melihat sosok yang mirip dengan mendiang sang sahabat mampu membuatnya mengigil ketakutan seperti ini, hingga yang hanya bisa ia lakukan adalah mendekam di dalam kamarnya sendiri.

Rasa amarah serta frustrasi dalam hatinya seperti bergejolak membuat kepalanya terasa berdenyut nyeri. Salahkan lah rasa penyesalan yang masih setia hinggap di hatinya hingga saat ini, bahkan untuk merelakan pun terasa sulit.

Gadis itu bahkan tak mau mempedulikan rasa lapar serta haus yang telah mendera diri, berharap dengan segala siksaan ini rasa takutnya akan menguap. Tetapi nihil, gadis itu semakin mengigil ketakutan, semakin takut akan dirinya sendiri, semakin takut dengan memori kelam yang mengundang rasa penyesalan. Dan semua itu terjadi hanya karena sosok gadis itu.

"Jennie-ya, apa kau tetap ingin berdiam diri di kamar?" Suara dari Mino yang selama dua hari ini selalu mengusiknya pun tak pernah ia gubris. Ia hanya takut pria itu juga akan mengecewakannya selayaknya sang kakak tertua.

Helaan napas berat terdengar diiringi sebuah ucapan lirih, "Jennie-ya jangan menyiksa dirimu lebih jauh lagi. Ada kami di sini, soal Jisoo—" hening di antara keduanya lagi-lagi tercipta, Jennie samar-samar dapat mendengar hembusan napas Mino yang tersendat.

"Bisakah kau menurunkan egomu dan mendengar penjelasan dari Jisoo?" lanjutnya.

Jennie terdiam, gadis itu mengigit kuat bibir bagian bawahnya tak peduli rasa besi yang sudah tercecap oleh indra perasanya. Kembali teringat kala kemarin Lisa datang mengunjunginya, entah mengapa emosi tiba-tiba saja menyelubungi pikirannya mengalahkan logikanya dan lebih memilih meluapkan rasa kekecewaan yang ada sebelum lagi-lagi rasa penyesalan itu hadir kembali.

Ia takut, sungguh, ia takut akan kehilangan kedua sahabatnya tetapi mengapa egonya sangat sulit untuk di hancurkan?

"Kau tahu Mino-ya, akan sangat sulit menurunkan ego jika hati sudah dikecewakan, bukan?" ucap Jennie dengan suaranya yang begitu serak efek tak meneguk segelas air selama dua hari lamanya.

"Aku hanya tak ingin kejadian lima tahun lalu terulang, kau yang merasa dikecewakan dan tak ingin menurunkan egomu harus kehilangan—" Mino terdiam, lagi-lagi menghela napasnya, "Jisoo dan Lisa menunggumu di bawah jika kau siap turunlah ke bawah dan dengarkan penjelasan mereka. Kau tak perlu takut mereka hanya datang berdua, mereka benar-benar merindukanmu" bersamaan dengan kalimat itu dapat Jennie dengar suara langkah kaki yang perlahan menjauhi kamarnya.

Gadis itu mendongak dan baru menyadari bahwa sedari tadi dirinya masih mengigit bibir bagian bawahnya hingga menimbulkan luka. Surainya yang sudah kusut ia acak-acak dengan frustrasi. Apa yang harus aku lakukan, kenapa semuanya terasa sulit, mengapa aku harus mempersulit diriku sendiri?, pikirnya sebelum membenamkan kepalanya di bantal dan meringkuk sendirian.

Deja vuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang