Chap 33

3.4K 331 86
                                    

Suasana koridor rumah sakit begitu ramai kala mobil ambulance yang membawa sosok Jennie datang ke ruang gawat darurat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana koridor rumah sakit begitu ramai kala mobil ambulance yang membawa sosok Jennie datang ke ruang gawat darurat. Semua orang menatap cemas ke arah wajah damai nan pucat milik Jennie. Entah sudah berapa kali Haneul, Jisoo dan Lisa memanggil nama Jennie dan memberikan kata penenang yang padahal mereka yakin tak akan di dengar oleh Jennie.

Ketika ketiganya hendak masuk, dua orang suster langsung menahan mereka dan meminta mereka untuk menunggu di luar. Kaki-kaki Lisa juga Jisoo sudah terasa lemas, hingga keduanya meluruh ke lantai dan saling berpelukan dengan isak tangis yang tak mau berhenti.

"Eonnie, kenapa ini terjadi lagi?" lirih Lisa pelan di sela isak tangisnya. Hatinya terasa teremat kuat kala dengan mata kepalanya sendiri menyaksikan Jennie yang bersimbah darah dengan wajah pias di ambang kematian.

"Aku tak ingin merasakan kehilangan lagi eonnie, aku tak ingin" lanjut Lisa sambil mengelengkan kepalanya kuat. Rasa takut sudah benar-benar mencekik kerongkongan Lisa hingga rasanya sangat sulit untuk menarik napas.

Jisoo makin mendekap erat tubuh Lisa dan mengelus sayang rambut gadis itu guna menenangkannya, "Semuanya akan baik-baik saja Lisa-ya, Jennie gadis yang kuat. Ia akan bertahan. Percayalah padanya yah" lirih Jisoo berusaha setegar mungkin, biar bagaimanapun Lisa memerlukan kekuatan saat ini ia tentu tak boleh ikut bersedih meski tak dapat di pungkiri bahwa ia memiliki kecemasan yang sama dengan Lisa.

Sementara itu, Haneul hanya terdiam melihat kedua eonnienya yang nampak terpuruk. Gadis itu pun menatap tangan bergetarnya yang dilumuri darah Jennie. Perlahan namun pasti air mata yang semula mengering kembali menyapa pipi tirusnya. Gadis itu mengigit bibirnya guna menahan isakan yang keluar.

Hati gadis itu diliputi oleh penyesalan. Seandainya Jennie tak menolongnya dan tetap acuh padanya pasti kejadian ini tak akan terjadi. Seandainya saja ia mampu mengantikan posisi Jennie dan melindungi kakaknya pasti Jennie akan berada di sini, ditengah-tengah mereka. Dan banyak kata 'seandai'nya lagi di dalam benak gadis itu yang sayangnya tak akan pernah terwujud sekeras apapun ia memikirkannya.

Hanbin yang sedari tadi terdiam pun membawa Haneul dalam pelukannya. Pria itu menepuk-nepuk pelan punggung bergetar Haneul, "Tak apa, semuanya akan baik-baik saja. Jangan takut" ucapnya lembut.

Haneul mengeratkan pelukkannya pada Hanbin dan membenamkan wajahnya, "O-oppa" lirihnya pelan.

"Sttt, tak apa oppa ada di sini" ucap Hanbin. Pria itu pun melirik ke arah Jisoo juga Lisa yang telah berdiri di sebelahnya. Mengerti akan situasi pria itu pun melepaskan pelukannya dan memberikan ruang bagi Jisoo dan Lisa untuk berbicara dengan Haneul.

"Hey, jangan menangis" sahut Jisoo lembut, dengan hati-hati tangan gadis itu mengusap air mata di pipi Haneul yang lebam.

"E-eonnie maaf" ucap Haneul, "J-jika J-jennie eonnie tak menolongku. Ia pasti, pasti-" Haneul tak dapat melanjutkan kalimatnya lagi. Dadanya terlalu sesak untuk sekedar bernapas pun rasanya sangat sulit.

Deja vuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang