Chap 23

2.1K 328 32
                                    

Cahaya matahari telah kembali dari pengelanaanya dan menyingsing malu-malu dari ufuk timur Kota Seoul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cahaya matahari telah kembali dari pengelanaanya dan menyingsing malu-malu dari ufuk timur Kota Seoul. Semburatnya samar-samar memperlihatkan wajah yang dipenuhi guratan ketakutan dalam tidur yang seharusnya damai. Napasnya begitu memburu sesekali bibir tipisnya mengumamkan kata maaf sebelum tubuh itu sepenuhnya terbangun.

Haneul, gadis itu  mengatur napasnya dengan susah payah lalu ia menyeka keringat dingin yang mengaliri pelipisnya. Ia bermimpi bahwa Irene, Taehyung dan para kakaknya meninggalkannya sendirian di sebuah ruangan yang gelap berdua dengan ayahnya dan juga segala penyiksaan yang diterima tubuhnya. Meski hanya mimpi namun rasanya hal tersebut begitu nyata, bahkan dirinya masih merasakan rasa panas di punggungnya karena di dalam mimpinya sang ayah mencambuknya tanpa ampun dengan rotan.

Suara derit pintu membuat Haneul menolehkan kepalanya. Sebuah senyuman ia sunggingkan kala melihat kepala Lisa dan juga Jisoo yang nampak menyembul dari balik pintu. Ia jelas tak dapat menunjukan pada kedua kakaknya itu bahwa ia baru saja bermimpi buruk. Ia tak ingin membuat Jisoo juga Lisa mencemaskan dirinya.

"Selamat pagi!" sapa keduanya hangat sambil memasuki kamar Haneul.

"Selamat pagi, ada apa kemari pagi-pagi?" tanya Haneul bingung, pasalnya ia sangat yakin kakak-kakaknya pasti merasa kelelahan mengikuti serangkaian acara pernikahan Irene dengan Taehyung semalam.

"Kau tak suka kami datang?" sahut Jisoo sambil membuka gorden kamar Haneul dan membiarkan cahaya matahari memasuki kamar Haneul.

"Bukan begitu eonnie, aku yakin kalian masih lelah bukan?. Acara kemarin baru selesai pukul dua belas malam"

"Kami tidak lelah kok, lagipula ini permintaan Jennie eonnie. Ia ingin pergi ke taman bunga jadi kami ingin menemaninya" ucap Lisa

"Jennie-ssi?" ucap Haneul sambil melirik ke arah pintu, berharap Jennie ikut bergabung dengan dirinya dan juga kedua kakaknya.

"Ia menunggu di ruang tamu, kau tahu sendiri kamar ini dulu bekas kamar almarhum Rosé. Ia masih tidak bisa memasuki ruangan ini" ucap Jisoo mengelus rambut Haneul.

"Pergilah mandi kau bau" ucap Lisa sambil mencapit hidungnya,.

"Ugh, kau benar Lis" timpal Jisoo

"Eonnie~" rengek Haneul yang mengundang kekehan dari Lisa dan juga Jisoo, "Tunggu sebentar yah, aku akan segera bersiap dan menjadi wangi" lanjutnya dan segera berlari menuju kamar mandi.

Sekarang, ke empatnya tengah asyik menyelusuri jalanan setapak. Masing-masing tangan Haneul di gengam oleh Jisoo dan juga Lisa sementara Jennie memasukkan kedua tangannya ke dalam saku hoodie berwarna coklat yang tengah ia kenakan. Keempatnya pun tanpa terasa sudah berada di taman yang mereka tuju.

"Eonnie~" rengek Lisa dan nampak berdiri dengan gusar membuat Jennie dan juga Jisoo mengernyit. Bukankah seharusnya Jennie yang merasa gusar di sini?. Sebentar lagi dirinya harus menghadapi ketakutannya namun mengapa nampaknya Lisa jauh lebih gusar dibandingkan dirinya?.

Deja vuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang