[SEQUEL FROM WE ARE : BLACKPINK]
Dia datang bagaikan sebuah mimpi, yang mengisi setiap kepingan hilang dari kisah kami
Tetapi, jika pada akhirnya kau akan menghilang, mengapa kau harus hadir dalam kehidupanku?
kau hanyalah mimpi buruk dalam mimpi in...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Waktu terasa bergulir dengan cepat. Hari berganti dengan hari, minggu berganti dengan minggu begitupun bulan yang telah kembali berganti. Sampai saat ini, detik ini dimana sinar mentari menyinari tubuh Haneul, gadis itu sangat yakin bahwa semuanya akan tetap baik-baik saja. Dirinya juga kebahagiaanya akan bertahan selamanya.
Gadis itu menatap ke arah cincin juga kalung dalam gengamannya. Hari ini tak seharusnya ia menemui kembali sang ayah, namun tiba-tiba saja pria paruh baya itu datang kepadanya dan meminta gadis itu untuk bertemu di sebuah taman dengan barang curiannya tentu saja. Gadis itu sudah menunggu hampir satu jam lamanya namun sama sekali tak ada tanda-tanda bahwa sang ayah akan muncul.
Haneul menghela napas dan hendak beranjak dari tempatnya namun urung kala matanya memandang objek yang sedari tadi di tunggunya datang menghampirinya, "Ini barang yang ayah inginkan, emas mamah sudah hampir habis jadi minggu depan aku mungkin tak bisa memberikanmu apa-apa" ucap Haneul tanpa basa basi sambil menyodorkan barang dalam gengamannya.
Sang ayah hanya terdiam di sana juga dengan sebuah senyum sinis yang mengundang kernyitan dari Haneul. Mendadak hatinya bergemuruh seolah memberi tanda bahwa ia akan dalam sebuah masalah. Apakah ini salah satu rencana picik sang ayah?.
"Kau tak tahu ini daerah mana?" bisik sang ayah.
Haneul membelalakan mata begitu menyadari ia ada dimana saat ini. Ia melihat sekelilingnya dengan rasa cemas yang sangat kentara juga debar jantung yang makin mengila. Ini kawasan rumah Jennie dan hari ini adalah hari Sabtu dimana biasanya sang kakak selalu berjalan-jalan di sekitar taman.
"A-ayah"
"Lily?" suara itu, suara yang paling tak ingin di dengar oleh Haneul untuk saat ini, "Kenapa kau ada di sini? Siapa pria itu dan dari mana perhiasan itu semua?" tanya Jennie beruntun.
"Kau pasti yang bernama Jennie, Kim Jennie benar?" ucap sang ayah tiba-tiba saja menghampiri Jennie dan menyalami tangan gadis itu dengan wajah sumringah.
"I-iya saya Kim Jennie, Anda siapa?" tanya Jennie dengan dahi berkerut
"Saya ayah kandung Haneul juga Rosé. Saya sangat senang dapat bertemu langsung dengan Anda"
"Ayah kandung? Bukankah Haneul mengatakan bahwa ayahnya telah meninggal?" ucap Jennie sambil menatap Haneul —yang tengah menunduk— tak percaya.
"Meninggal? Ya ampun nak. Ayah tahu, ayah miskin tapi mengapa kau mengatakan hal sekejam itu? Ayah kira kau menyayangi ayah karena setiap hari memberikan ayah berbagai perhiasan bahkan uang. Waktu itu kau bahkan memberikan dua buah cincin yang dihiasi oleh permata juga berlian" lirih sang ayah, rautnya terlihat begitu sedih hingga rasanya Haneul ingin memberikan piala oscar pada sang ayah karena actingnya yang begitu meyakinkan.