[SEQUEL FROM WE ARE : BLACKPINK]
Dia datang bagaikan sebuah mimpi, yang mengisi setiap kepingan hilang dari kisah kami
Tetapi, jika pada akhirnya kau akan menghilang, mengapa kau harus hadir dalam kehidupanku?
kau hanyalah mimpi buruk dalam mimpi in...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jennie tengah terduduk diam di kamarnya yang hanya disinari oleh lampu tidur yang temaram. Tak mempedulikan sinar mentari yang mencoba menerobos masuk dari gordeng yang tertutup dengan rapat. Jennie bahkan tak mempedulikan ketukan-ketukan yang berasal dari pintu kamarnya dengan suara lembut penuh kekhawatiran di dalam nada sang ibu, sementara sang ayah nampaknya sudah menyerah dengan kekeras kepalaan putrinya beberapa menit yang lalu.
Jennie mendesah muram kala lagi-lagi kalimat menyebalkan terngiang-ngiang di dalam benaknya. Ia menjatuhkan tubuhnya dan membenamkan kepalanya ke dalam bantal berharap kalimat-kalimat itu dapat hilang dari benaknya. Jennie mengerang pelan kala potongan wajah-wajah itu mulai ikut mengelitiki isi kepalanya, membuatnya menghantamkan kepalanya dengan cukup keras ke tembok.
"Jennie-ya!" Pekik sang ibu yang mendengar suara ribut dari kamar sang putri tunggal.
Dirinya sungguh merasa sangat khawatir kepada kondisi sang putri yang langsung membanting pintu kamarnya sejak kembali dari rumah sakit. Bahkan hingga pagi menjelang sang putri masih terus mengurung dirinya sendiri.
"Jennie-ya tolong buka pintunya nak. Jangan membuat ibu cemas seperti ini" ucap sang ibu masih tak henti mengetuk pintu sang anak. Wanita yang telah digerogoti usia itu berlari tergopoh-gopoh mencoba mengapai telepon rumah yang tiba-tiba saja berdering.
"Hallo dengan keluarga Kim di sini" ucap Nyonya Kim setelah mengankat gagang telepon.
"..."
"Mino-ya? Mino-ya tolong ibu nak, Jennie belum keluar dari kamar sejak semalam tadi ibu mendengar keributan dari kamarnya. Ibu takut nak" ucap Nyonya Kim sambil terisak pelan.
Wanita itu langsung jatuh terduduk dengan air mata yang setia meleleh dari matanya yang telah berhiaskan keriput. Ia memandang ke arah kamar sang anak yang mengemakan jerit-jerit pilu menyayat hati siapapun yang mendengarkan, termasuk sang ibu yang telah membesarkannya selama ini
Ibu mohon kembalilah menjadi Jennie yang ibu kenal nak. Ibu mohon padamu, doa Nyonya Kim dalam hatinya
¤¤¤
Setelah melalui berbagai perdebatan untuk izin dari kantor dengan Irene beberapa saat yang lalu maka di sinilah Mino sekarang di hadapan kamar Jennie yang telah kembali tenang. Mino dengan perlahan mengetuk pintu itu, "Jennie-ya?" Ucapnya lembut yang sama sekali tak mendapat sahutan dari sang empu kamar.
"Bisa kau buka pintunya? Aku sendirian tak bersama dokter Taehyung. Ibumu sangat mengkhawatirkanmu" ucapnya lembut.
Sepuluh menit lamanya Mino menunggu balasan dari Jennie sebelum suara kunci yang dibuka membuat Mino menghela napasnya lega. Pintu perlahan terbuka menampakkan sosok Jennie yang hanya memunculkan tubuhnya setangah.