Chap 28

1.7K 295 36
                                    

Jennie masih terdiam di posisinya, Meringkuk sambil memeluk erat kedua lututnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jennie masih terdiam di posisinya, Meringkuk sambil memeluk erat kedua lututnya. Matanya memerah, jejak-jejak air mata masih sangat jelas terlihat. Kamarnya hancur berantakan bukti seberapa besarnya luka dalam hatinya. Cahaya mentari bahkan takut untuk sekedar menyelinap melalu korden yang tertutup rapat. Mungkin hanya detik jam juga tetesan air dari dalam kamar mandi yang menjadi temannya dalam kesunyian.

Masih tergambar jelas dalam kepala gadis itu tentang insiden kemarin. Dimana seseorang yang memberikan kehidupannya kembali justru orang yang paling menghancurkannya, selalu seperti itu dan mungkin akan terus begitu. Ia tak pernah mengerti kenapa ia bisa serapuh ini?. Ia seperti sebuah debu yang terombang-ambing, begitu tak berarti dan sangatlah menyedihkan.

Ia menolehkan kepalanya mendapati sebuah gumpalan kertas di dekatnya. Perlahan tangannya tergerak untuk mengambil gumpalan kertas tersebut dan membukanya. Nampaklah fotonya bersama Rosé yang membuat gadis itu mendengus dan tersenyum getir. Foto yang di ambil di sebuah cafe ketika keempatnya kabur dari hukuman membersihkan halaman sekolah karena membolos. Hari yang sangat gila juga menyenangkan.

"Wajahnya memang mirip denganmu Rosé-ya, tetapi hatinya terlalu busuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Wajahnya memang mirip denganmu Rosé-ya, tetapi hatinya terlalu busuk. Aku tak mengerti kenapa kau mengirimkannya dalam hidupku. Kau ingin balas dendam, huh?" gumam Jennie yang hanya di balas keheningan.

Gadis itu tertawa sinis, merasa dirinya sudah benar-benar gila mengharapkan sebuah jawaban dari foto. Ia pun kembali meremat foto itu dan melemparnya hingga masuk ke dalam tong sampah di ujung ruangan.

Suara ketukan pintu mengalihkan pandangan Jennie, suara lembut dari sang ibu memasuki gendang telinganya, "Kim Jennie, Haneul datang berkunjung"

Jennie terdiam, bahkan hanya namanya saja sudah mampu menghantarkan rasa perih di hatinya apalagi jika ia bertatapan langsung dengan gadis itu.

"Jennie, ibu mohon" lirih sang ibu pelan.

Jennie menghela napasnya, perlahan gadis itu bangkit berdiri dan berjalan menuju ke depan pintu kamarnya. Tangannya sudah terulur untuk membuka kunci, namun keraguan masih mendominasi hatinya. Gadis itu hanya takut kembali dikecewakan bahkan gadis itu masih enggan untuk menerima fakta bahwa Haneul telah menyakiti hatinya.

Deja vuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang