Jennie terdiam, memandang ruangan yang hanya dihiasi oleh warna hitam. Ia lagi-lagi terseret dalam pusaran mimpi yang sangat ingin ia hindari. Gadis itu menunduk dan melihat bercak-bercak darah lalu ketika ia kembali mendongak ia mendapati presensi Haneul dengan darah dimana-mana di sekitarnya pun terdapat potongan-potongan rambut gadis itu.
Jennie mundur selangkah dalam sekali kedipan mata tiba-tiba saja ayah Haneul sudah berdiri di belakang Haneul dengan seringai menyeramkan juga sebuah tongkat rotan yang di ujungnya menetes darah. Pria itu pun dengan segera menyeret Haneul dengan kasar. Haneul jelas mencoba memberontak tetapi dibandingkan kekuatan sang ayah, ia tak ada apa-apanya.
"Eonnie tolong!" teriak Haneul parau, gadis itu nampak terisak hebat.
"Jennie eonnie aku mohon, tolong aku. Aku minta maaf. Selamatkan aku!" teriak Haneul untuk kedua kalinya.
Jennie panik, gadis itu benar-benar ingin menolong Haneul namun kakinya seolah ditancapi ribuan paku hingga rasanya sulit untuk bergerak. Ia ngin berteriak namun suaranya tak kunjung keluar, yang gadis itu mampu lakukan adalah menangis. Menangisi dirinya yang tak dapat melakukan apapun untuk Haneul yang nampak tersiksa.
Sebuah tangan tiba-tiba saja menyentuh lembut bahu Jennie diikuti wangi mawar yang memabukkan. Sebuah kata lirih seolah membuat tubuhnya ringan, membuat gadis itu memantapkan putusannya.
"Lindungilah Lilymu, eonnie"
—
Jennie terbangun dalam keadaan napas memburu. Gadis itu mengusap kasar wajahnya yang dihiasi oleh keringat bahkan rambut panjangnya pun ikut lepek akibat produksi keringat dingin yang banyak. Gadis itu menatap kosong ke depan, mencoba menelaah mimpi yang baru saja di alaminya.
"Apa yang kau inginkan Rosé-ya?" lirihnya pelan.
Hatinya terasa begitu gusar, seolah hal buruk akan segera terjadi. Ini sudah hari ketiga Haneul di nyatakan hilang, jujur saja dalam lubuk hatinya gadis itu merasa cemas juga apalagi mendengar fakta dari Jimin juga Jisoo. Namun egonya masih sangat tinggi hingga gadis itu mencoba mengacuhkan perasaannya itu.
Ia menghela napas, menyambar jaket hitamnya dan menganti baju piyamanya dengan kaus putih polos dan jeans sobek-sobek. Mata tajamnya memandang ke arah figura yang tertutup di nakasnya, tangannya pun terulur untuk kembali memperbaiki figura tersebut ke posisi semula. Ia menatap wajah-wajah ceria sahabatnya di foto, terutama wajah berseri Rosé.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deja vu
Fanfiction[SEQUEL FROM WE ARE : BLACKPINK] Dia datang bagaikan sebuah mimpi, yang mengisi setiap kepingan hilang dari kisah kami Tetapi, jika pada akhirnya kau akan menghilang, mengapa kau harus hadir dalam kehidupanku? kau hanyalah mimpi buruk dalam mimpi in...