Misi Baru

3.8K 263 10
                                    

"Lalu apa rencana kalian selanjutnya??" tanya shikamaru lalu menyandarkan punggungnya ke kursi. "Kalian bahkan tidak memiliki bukti yang kuat untuk memusnahkan dokter utakata..." lanjut shikamaru

Sai tersenyum mendengar perkataan shikamaru. "Hei, dokter shikamaru,, mereka anbu kau tau..??? Mereka punya hecker yang sangat handal!! Bahkan dia bisa saja membobol semua bank yang ada di Jepang..." ucap sai lalu menunjuk naruto.

Naruto memandang mereka kecuali sasuke, biasa-biasa saja. Baginya hal ini bukan sesuatu yang harus di banggakan.

Shikamaru berdecak kagum pada naruto begitupun sakura, dan hinata. (Sakura belum tau kemampuan naruto ini).

"Ok, jadi teman kalian akan menghack sistem rumah sakit suna untuk mendapatkan buktinya??" tanya shikamaru memastikan hal yang sama dengan yang dipikirnya. Sai mengangguk. Dia hendak akan menjelaskan kembali kepada para dokter muda itu tapi di potong oleh perkataan sasuke.

"Intinya.. Uhuk-uhuk... Tugas kami adalah memusnahkan utakata selain dari itu, entah itu rencana yang kami buat atau apa yang akan kami lakukan uhuk-uhuk... Pada utakata itu urusan kami dan markas pusat uhukk" sasuke memegang dadanya yang sakit akibat batuk yang keras tadi. Timnya memandangnya kasihan, begitupun sakura yang masih diam-diam memandangnya dengan perasaan khawatir.

Dia lalu menatap mereka semua. "Bisakah kita balik uhuk dobe?? Berada lama disini membuatku cepat mati" naruto tertawa lebar. Dia lalu berdiri menghampiri sasuke dan membantu sasuke bangun dari duduknya.

Naruto agak kaget, dia menatap sasuke sejenak. Dan sasuke menatapnya datar. Entah kenapa, nafas sasuke terengah-engah seperti orang habis berlari. Dan, dan bisa naruto rasakan badan sasuke sangat panas.

"Ayo teme... Ibumu akan menceramahiku jika melihat kau seperti ini" bisiknya

Mereka berdua pun segera pergi meninggalkan mereka semua. Kepergian mereka membuat sakura menatap sasuke yang sudah menghilang di balik pintu itu terlihat sangat khawatir.

"Tenang saja,, kuroneko akan baik-baik saja dan..." sai tiba-tiba berucap, dia lalu menatap sakura dan tersenyum palsu "dia tidak selemah itu kau tau sakura" lanjutnya namun penuh penekanan di akhir menyebutkan namanya membuat sang pemilik nama bergelidik agak takut.
.

.

.

.

.

Beberapa hari kemudian....

Naruto mendorong pintu kafe dengan pelan dan menatap ke kanan dan ke kiri mencari temari, neji dan hinata.

Lambaian tangan hinata membuat pandangannya berhenti menatap hinata dengan pakaian kasual blus hitam lengan panjang yang agak ketat hingga membuat oppainya yang besar terlihat sempurna di padukan jeans hitam, dan high heels berwarna putih senada dengan blusnya dan hari ini dia mengikat rambutnya keatas, model ponytail yang menambah kesan imut padanya. Mata lavendernya memancarkan aura ramah dan bahagia, sementara bibirnya terangkat keatas membentuk senyuman paling manis yang tidak pernah neji bahkan ayahnya lihat. Naruto agak terpaku melihat senyum hinata. Dia berusaha mengendalikan emosinya sebelum dia akan pingsan nantinya setelah melihat hinata.

Naruto menarik kursi di dekat temari, lalu duduk. Dia menatap hinata dan mencoba tersenyum lalu menatap temari dan neji. Neji menatap naruto dan hinata curiga. Namun, dia kembali fokus.

"Dimana kuroneko??" tanya temari celingak-celinguk mencari sasuke. Naruto mendesah pelan "Sasuke,, dia sakit..." dia menaruh kepalanya ke meja dengan malas.

"Harusnya, aku tidak pergi ke rumahnya..." keluhnya sedikit kesal. Dia mengerucutkan bibirnya "Bahkan oba-san hampir memakanku ketika aku akan mengajak sasuke kemari,, ba-chan menceramahiku habis-habisan dan menyuruhku untuk tidak memanggil sasuke melakukan misi ini" lanjut naruto lagi lalu menegakkan tubuhnya menatap teman-temannya serius.

"Jadi misi ini akan kita laksanakan tanpa adanya sasuke dan ku harap kalian bisa.."

Temari memukul mejanya pelan dan menatap naruto "kau pikir kami tidak bisa tanpa kuroneko?? Kita akan melakukannya tanpa atau adanya dia..." lanjutnya. Neji dan naruto menatap temari tersenyum dan mengangguk optimis. Mereka lalu menatap hinata dan mulai melakukan diskusi lagi dengannya.
.

.

.

.

.

"Jangan paksa aku kaa-san" sasuke menarik pelan genggaman ibunya di pergelangan tangannya secara pelan. Ibunya mengerucut bibir sebal pada sasuke yang tak mau mendengarkannya.

Sudah seminggu lebih sasuke sakit flu dan tak sembuh-sembuh. Makanya ibunya yang cantik itu membawanya ke rumah sakit ibu sahabatnya, konoha internasional hospital.

Dan, disinilah mereka duduk di kursi dengan menunggu antrian yang agak panjang dari beberapa pasien yang juga berobat.

"Tuan uchiha!!" panggil perawat. Ibu sasuke langsung menarik tangan sasuke paksa dan kasar, dia tak mau anaknya kabur. Mereka berduapun masuk ke dalam.

Sasuke melangkah malas menuju ruang dokter itu. Tak menyadari sepasang mata emerald di hadapannya menatapnya kaget bercampur khawatir. Sasuke duduk tanpa menatap sang dokter. Respon sang dokter cukup mengejutkan ibu sasuke begitupun sasuke yang tidak tahu bahwa yang di depannya ini adalah sakuranya...

Sasuke membelalakan matanya kaget begitu merasakan tangan mungil nan halus berada tepat di atas jidatnya.

"Kau sakit?? Bagaimana bisa kau sakit!!?" geramnya melupakan kalau dia sudah bukan sakura model kakaknya. Sasuke langsung menatap sakura tepat di matanya. Onyx dan emerald bertemu. Bahkan emerald itu sudah tak memperdulikan apakah sasuke akan mengetahui identitasnya atau tidak. Dia lalu menyuruh sasuke berbaring di bad pasien. Sedangkan ibu sasuke hanya menatap heran itu semua.

Sakura lalu mengenakan stetoskopnya dan menempelkannya di dada sasuke.

"Bernafaslah yang dalam lalu keluarkan" pintanya. Sasuke menurut lalu bernafas dalam dan mengeluarkannya secara perlahan. Sakura mendengarkan perubahan yang terjadi secara serius. Tak lama kemudian dia melepaskan tetoskopnya dan mengambil pengukur suhu. Dia memasukkannya ke mulut sasuke dan piip... Pengukur suhu itu berbunyi, dan tampaklah hasil dari suhu badan sasuke.

Sakura menatap sasuke kesal bercampur khawatir sedangkan sasuke berusaha menyembunyikan perasaannya yang panas dingin pada sakura.

"Aku akan menuliskan resep untukmu..." dia hendak akan menulis resep obat pada sasuke, tapi tiba-tiba ponselnya berbunyi. Segera saja dia mengangkat ponsel itu dan berbicara singkat dan mengangguk. Dia lalu meletakkan ponselnya kembali di atas meja, dan menatap sasuke maupun ibu sasuke.

"Maaf, aku ada perlu sebentar.. Aku akan kembali.." pamit sakura lalu beranjak meninggalkan keduanya. Sasuke menatap sakura dari berdiri tadi sampai keluar dari pintu. Tak lama pula ibu sasuke bangkit dan keluar ketika mendapatkan telpon dari seseorang. Dan, disinilah sasuke, duduk di ruangan sakura, menunggu dokter cantik itu. Dia menatap ponsel sakura yang berdering agak lama, lalu mati. Matanya terbelalak saat menatap wallpaper ponselnya. Ada sedikit ide yang muncul di kepalanya. Kebetulan ponsel sakura sama merek dengan sasuke, segera saja sasuke langsung menukarkan ponsel mereka.

Tak lama kemudian sakura masuk ke dalam. Dia menunduk meminta maaf pada sasuke yang menunggu agak lama...

"Kita lihat,, bagaimana reaksimu sakura " batin sasuke lalu menyeringai misterius membuat sakura menatapnya heran lalu menatap ponselnya sejenak. Dia curiga, tapi segera dia buang jauh-jauh rasa curiganya itu.....









New chap up.....,,, maaf yah kalau telat postingnya, maklumlah mood aku lagi down jadinya males nulisnya...

Mohon vote dan komennya yaah??? 😚

Always with you✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang