Malam ini hujan turun dengan derasnya. Yang terdengar hanyalah suara hujan yang begitu bergemuruh membelah ketenangan. Menyisakan genangan-genangan air dan kenangan pahit.
Athala tidak bisa berkonsentrasi untuk belajar. Ingin rasanya dia berteriak meminta seseorang untuk menghentikan hujan. Ya, hujan memang menjadi salah satu hal yang dibenci oleh Athala.
"Sayang ayo keluar, Mama udah masakin sesuatu yang enak buat kamu," teriak Dhella dari ruang makan.
Athala langsung tersentak dan hanya membalas mamanya singkat.
"Iya, Ma."
Tidak lama kemudian, Athala keluar dari kamar dan mengambil tempat duduk yang bersebelahan dengan Dhella. Dhella melihat kegelisahan di wajah anaknya itu. Dia mengangguk-angguk paham. Sepertinya dia tahu apa sebabnya.
"Gelisah gara-gara ada hujan ya... " goda Dhella sambil duduk di sebelah Athala. "Apaan sih Ma," gerutu Athala.
"Nggak usah bohong kamu. Mama tau kok, hujan itu adalah salah satu penyebab kekesalan kamu. Karena, saat hujan kamu mengingat kenangan yang pahit itu. Mama yakin,jika suatu saat nanti, pasti ada orang yang akan menghapus kenangan itu.
"Menjadikan kenangan itu sebagai kenangan yang indah. Dan orang itu adalah, orang yang spesial di hidup kamu," kata Dhella dengan bijak. Dia tersenyum ke arah putri semata wayangnya.
"Nggak ah Ma. Mama nggak usah ngomong kayak gitu. Emangnya ada yang mau sama cewek yang dingin kayak Athala?" kata Athala sambil mengambil nasi yang masih panas. Wajahnya menjadi cemberut sekarang.
"Ada lah, siapa sih yang nggak mau sama anak Mama yang cantik ini? Meskipun kamu ini orangnya kayak gitu, sebenarnya kamu ini anak yang ceria banget. Mama yakin itu," ucap Dhella sembari mengusap lembut rambut putrinya yang panjang itu.
"Ya udah, makan dulu sana. Mama mau ke dapur ambil makanan lagi," Dhella pun beranjak dari tempat duduknya.
Sementara Athala, dia hanya makan dan sesekali berpikir perkataan mamanya tadi. Apa benar ada yang memyukainya?
Athala hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Nggak mungkin ah. Masa ada yang suka sama gue si cewek ajaib. Lebih baik gue makan dulu aja."
Athala kembali fokus ke kegiatan makan malamnya. Namun, dia benar-benar penasaran. Apa benar yang dikatakan mamanya?
🍂🍂🍂
Athala pun tiba di sekolah. Hari ini dia diantarkan oleh mamanya. Biasanya Athala akan naik transportasi umum. Tetapi karena mamanya tidak sibuk dengan urusan bisnis makanannya, maka dia diantarkan oleh mamanya.
"Athala!" tiba-tiba ada segerombolan tiga cewek memanggil Athala. Athala yang masih berada di halaman sekolah, langsung terhenti langkahnya dan berbalik ke arah suara itu. Tiga cewek itu pun berlari mendekati Athala.
"Lo nggak papa kan?" tanya Diva, Octavia, dan Indi bersamaan. "Nggak, gue nggak papa kok," jawab Athala dingin lalu berjalan meninggalkan tiga cewek itu.
"Ish... Nih anak emang," gerutu Diva, sambil menyusul Athala dari belakang bersama Octavia dan Indi.
Mereka berempat pun akhirnya tiba di kelas. Athala hanya duduk diam seperti biasanya. Dia sepertinya menganggap sahabat-sahabatnya itu seperti angin lalu saja.
"Heh! Kita ini khawatir sama keadaan lo, beruang kutub!" ucap Octavia sambil memukul meja Athala. Athala hanya mengangguk-angguk. Membuat teman-temannya darah tinggi dengan kelakuannya.
"Oke, gini aja sekarang. Lo, berhasil nolong si Adhitya?" tanya Octavia sambil mengelus-elus dadanya agar bisa lebih sabar dan tabah menghadapi Athala.
"Hm."
"Si kutil badak sekarang gimana? Lo pasti bikin mukanya tuh anak jadi babak belur kan?"
"Hm."
"Lo bisa nggak sih, jawab pertanyaan gue dengan jelas?!"
"Bisa. Itu tadi kan udah jelas," jawab Athala dengan wajah dinginnya.
Octavia berusaha untuk tidak menjewer telinga sahabatnya, karena gemas dengan kelakuannya.
"Eh eh eh... Ada si Adhitya tuh, tanya aja sama si Adhitya-nya langsung," Indi menepuk-nepuk pundak Octavia dan Diva lalu menunjuk ke arah pintu. Benar saja, Adhitya baru saja datang.
Diva pun segera mengajak Octavia dan Indi untuk mendatangi Adhitya. Athala hanya bisa menghela napas. Dia memilih untuk diam dengan posisi kedua tangan terlipat di dada.
"Adhitya! Sekarang lo jelasin kronologis cerita kemarin!" sentak Octavia sambil menggebrak meja Adhitya. Adhitya yang baru tiba pun langsung tersentak kaget.
"Ke..kejadian apa Octa?" tanya Adhitya dengan wajah polosnya itu sembari membenarkan posisi kaca matanya.
"Kejadian lo sama David," Octavia menatap Adhitya lekat-lekat, "ceritakan dengan sejelas-jelasnya."
"Oh itu, baik Adhit akan ceritakan.
Tapi bisa nggak matanya Octa biasa-biasa aja?" Adhitya merasa takut jika ditatap seperti itu. Octavia pun segera mengubah tatapannya. "Oke, lo bisa cerita sekarang juga.""Ceritanya begini, waktu i-"
Kriiiiiingggg!!!
Bel berbunyi. Octavia langsung mengacak-acak rambutnya frustasi dan berteriak sekencang-kencangnya. "Kampreeeettttt!!! Kenapa sih gue nggak bisa ngedapatin informasi?! Dikit aja napa sih?!"
🍂🍂🍂
Sekarang adalah jam istirahat pertama. Maka, tujuan wajib bagi seluruh siswa adalah, kantin.
Di kantin sekolah, Athala banyak mendengar orang-orang sedang membicarakan kejadian kemarin. Namun, Athala hanya cuek saja. Sekarang, Athala mengerti mengapa sahabat-sahabatnya tadi bertanya tentang kronologis kejadian itu.
"Athala, please kali ini aja jawab pertanyaan gue, tentang kejadian kemarin," mohon Octavia kepada Athala yang sedang menyantap semangkok bakso buatan Kang Ujang.
"Iya Tha. Please...." mohon Diva dan Indi bersamaan dengan mata yang berbinar-binar. Athala hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Daripada dia harus melihat sahabat-sahabatnya bersikap sok imut. Menurut Athala, itu meggelikan.
"Gini ya, gue nanya sama lo karena, si David itu udah nyebarin fitnah tentang elo sama satu sekolah. Gue sebagai sahabat lo, tentunya nggak terima sahabat gue digituin.
"Jadi, gue ingin dengar penjelasan dari lo. Supaya gue, Diva, dan Indi bisa membantu untuk membersihkan nama lo yang udah tercemar," jelas Octavia panjang lebar. Athala kembali menganggukkan kepalanya. Sekali lagi dia mengerti apa yang dimaksud oleh sahabatnya ini.
"Jadi, yang kita ingin tanyakan ada-" belum sempat Indi menyelesaikan kata-katanya, seseorang tiba-tiba menggebrak meja mereka.
Athala langsung mengepalkan dan memukulkan tangannya ke meja. Dia menatap orang itu tidak suka. Untuk apa orang itu ada di sini?!
🍂🍂🍂
KAMU SEDANG MEMBACA
Adhitha [COMPLETED]
Teen Fiction"Aku dan kamu itu satu." Ini tentang sebuah kisah. Si cowok berpenampilan cupu, yang menyimpan sejuta rahasia dan si cewek dingin, yang berusaha selalu kuat untuk menghadapi apa pun. Tentang mereka berdua. Adhitya Kinantan dan Athala Triata. amazi...