Hari ini, mari kita bersama-sama mendoakan saudara kita yang sedang mengalami bencana.
Semoga keadaan di sana segera membaik. Amin...
ell125.
🍂🍂🍂
Semilir-semilir angin yang bertiup kencang, membuat Adhitya semakin betah berada di sini.
Memang agak aneh, Adhitya malah merasa seperti itu di tengah kekacauan seperti ini.
Di tengah-tengah itu pula, sesekali Adhitya melirik ke arah Athala yang masih tertidur pulas. Tak berniat untuk mengganggu, Adhitya membiarkan leher dan pundaknya pegal akibat disandari oleh Athala.
Wajah Athala persis, seperti dua tahun yang lalu. Tak ada raut datar atau pun dingin yang terpancar di sana. Hanya raut polos nan cantik seperti dua tahun yang lalu.
Sejenak, Adhitya mengingat peristiwa yang sudah dua tahun berlalu itu.
Hari ini, hari pertama MOS SMA Kusuma Bangsa. Dan Adhitya, sangat-sangat tidak menyukainya. Bagaimana mau suka, jika mendapat tugas yang repot seperti membersihkan langit-langit kelas dari sarang laba-laba dan kotoran-kotoran tak terduga lainnya.
Dengan setengah hati, Adhitya mengambil sapu yang tergeletak di belakang kelas. Lalu diraihnya sebuah kursi dan diletakkannya di atas sebuah meja, dan akhirnya pun ia naik ke sana.
Tugas pertama yang susah dan melelahkan. Hal itu mungkin bisa mendeskripsikan apa yang dialami Adhitya saat ini. Leher, tangan, dan kakinya sudah pegal akibat menjinjit-jinjit dan mengangkat sapu. Ayolah, Adhitya bukan anak dengan tinggi yang mumpuni. Masih banyak anak-anak lain yang mungkin bisa menjalankan tugas ini.
Tapi mau bagaimana lagi? Ini hari pertamanya, dan Adhitya tidak ingin hari pertamanya rusak karena ia tidak mau mengerjakan tugas.
Setelah peregangan sebentar, Adhitya pun melanjutkan pekerjaannya. Namun, disaat Adhitya mulai bekerja dengan serius, tiba-tiba ia kehilangan keseimbangannya dan kursinya bergoyang dengan hebat. Alhasil, Adhitya pun jatuh dengan suara berdebum yang menyakitkan. Dan disusul oleh teriakan kencang seorang anak perempuan.
BRUUUUUKKKK!!!
"WAAAAHHH!!! APAAN ITU?!"
Anak perempuan itu tersentak lalu berteriak karena suara berdebum yang keras itu. Ia meninggalkan seluruh dokumen yang ia bawa di meja guru, lalu berlari ke tempat suara itu berasal.
"Awwwww...." ringis Adhitya sambil mengusap-usap bokongnya yang habis mencium lantai. Tapi Adhitya patut bersyukur karena lantai yang ditidurinya itu berlapis karpet tebal dan tangannya pun berhasil menopang tubuhnya. Tapi tetap saja, bokongnya sakit dan tangannya keseleo.
"Ka-kamu nggak papa?" tanya gadis itu seraya mengulurkan tangan kanannya. Adhitya pun mendongak karena merasa sedang diajak bicara oleh seseorang.
"Sini, aku bantu berdiri," kata gadis itu lagi. Dengan ragu-ragu, Adhitya pun menerima uluran tangannya.
"Kamu ngapain naik-naik kayak gitu tadi?" tanya gadis itu saat mereka tengah berjalan menuju UKS.
"Itu... Itu tadi gue disuruh bersihin di atas sama kakak-kakak OSIS."
"Oh gitu. Nah, kita udah sampe di UKS. Aku anter sampe kamu tidur di sana ya."
Dengan hati-hati, gadis itu menuntun Adhitya untuk membaringkan tubuhnya di kasur. Setelah itu, ia pun meminta anggota PMR yang sedang ada di UKS untuk mengurus Adhitya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adhitha [COMPLETED]
Novela Juvenil"Aku dan kamu itu satu." Ini tentang sebuah kisah. Si cowok berpenampilan cupu, yang menyimpan sejuta rahasia dan si cewek dingin, yang berusaha selalu kuat untuk menghadapi apa pun. Tentang mereka berdua. Adhitya Kinantan dan Athala Triata. amazi...