-Adhitha 31-

538 28 0
                                    

Sejak menginjakkan kaki di sekolah hingga upacara bendera, Athala terus merasa gelisah. Ia menggerak-gerakkan tangannya tidak jelas dan matanya liar menatap ke sana ke mari. Ciri khasnya ketika sedang gugup.

Diva yang merasa aneh dengan tingkah Athala itu, akhirnya mencolek pundaknya. Diva mengangkat kedua alisnya sambil mengangkat dagunya. Seakan berkata : kenapa-lo?

Athala yang mengerti dengan maksud Diva hanya menggeleng pelan. Tak-ada-yang-perlu-dikhawatirkan kira-kira begitu maksud dari gelengan pelan dari Athala.

Sebagai informasi, Athala itu tipe orang yang tidak enakan. Meskipun hatinya 99.9 % bisa dikatakan dingin dan terbuat dari es batu murni, Athala masih punya perasaan tidak enak pada orang lain. Contohnya sekarang, ia merasa tidak enak pada Adhitya karena tak mengembalikan jaketnya selama berhari-hari.

Athala memejamkan mata seraya menggeleng pelan. Adhitya pasti bisa memakluminya. Semoga saja begitu.

🍂🍂🍂

Kriiiiiiiingggg!!!

Bunyi bel istirahat terdengar di seantero sekolah. Siswa-siswa terlihat serempak untuk pergi menuju kantin. Termasuk para sahabat Athala.

"Tha, lo mau nggak ke kantin?" tanya Octavia menawarkan.

"Nggak. Kalian aja dulu," katanya seraya menggeleng singkat.

"Ya udah. Nanti lo nyusul oke? Yuk kita ke kantin duluan," ajak Octavia pada Indi dan Diva.

Dalam sekejap, tiga mak-mak rempong itu sudah berjalan bersama anak-anak lainnya menuju kantin.

Athala menghela napasnya pelan, melihat kembali jaket Adhitya yang sudah ia setrika tadi pagi. Kemudian, ia berbalik ke belakang. Adhitya masih di sana membereskan buku-buku pelajarannya.

Sejenak, Athala terfokus pada hal lain. Yaitu kacamata Adhitya. Cepat sekali Adhitya mengganti kacamatanya. Padahal sehari yang lalu baru saja pecah. Apa orang tuanya kaya tujuh turunan, sembilan belokan, sepuluh tanjakan, dan delapan tikungan?

Athala mengambil jaket Adhitya di tasnya lalu menggenggamnya erat-erat. Bagaimana pun juga dia harus mengembalikannya bukan?

Athala pun berjalan menuju meja Adhitya lalu memanggilnya dengan suara yang pelan. "Dhit."

Adhitya mendongak karena merasa dipanggil. Sejenak, dia mematung karena yang memanggilnya barusan adalah Athala. "Ya, Athala? Kenapa?" tanyanya sembari memperbaiki posisi kacamatanya.

Athala menekan bibir bawahnya lalu menyodorkan jaket hitam itu. "Ini jaket lo. Maaf karena telat ngebalikin," katanya singkat.

Adhitya memperhatikan jaket itu sebentar, lalu menunjuk dirinya sendiri. "Ini jaketku?"

Eh? Orang ini tak mengingat jaketnya sendiri?

"I-iya. Ini jaket lo. Yang lo pinjemin waktu hujan itu," kata Athala menjelaskan.

Adhitya mengernyitkan dahinya berusaha mengingat.

"Ooooh... Maaf-maaf... Aku baru inget. Yang pas di depan toko itu kan ya? Makasih..." kata Adhitya sambil menerima jaket itu dan memasukkannya ke dalam tas.

"Kamu nggak ke kantin?" tanya Adhitya kemudian.

"Habis ini mau nyusul kok," jawab Athala seadanya.

Adhitha [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang