Dengan lembut, Adhitya pun segera menepuk-nepuk pipi Athala.
"Tha... Bangun... Bangun..."
Adhitya menghela napas, lalu mencoba membangunkan Athala lagi.
"Tha... Athala... Athala Triata..."Setelah empat kali percobaan, akhirnya Athala berhasil dibangunkan.
Perlahan-lahan, Athala membuka matanya. Matanya mengerjap-ngerjap, berusaha menyesuaikan dengan cahaya di sekitarnya.
Dahinya mengernyit ketika menyadari bahwa ada seseorang di dekatnya. Dengan suara yang sangat pelan, Athala berlirih, "A... Adhitya?"
Athala mendudukkan dirinya, lalu mengucek-ngucek matanya. Memastikan bahwa yang dilihatnya itu benar-benar Adhitya.
Adhitya tersenyum, lalu mengangguk pelan. "Iya... Ini Adhitya."
Tanpa pikir panjang, Athala langsung memeluk Adhitya dengan sangat erat. Adhitya bahkan sangat terkejut akibat pelukan Athala yang tiba-tiba. Di dalam pelukan Adhitya, Athala menangis sesenggukan sambil mengeluarkan semua rasa takutnya.
"Gu-gue pikir, gue nggak akan biaa keluar dari sini... Tapi, sekarang lo ada di sini... Makasih, udah mau nolong gue, Dhit... Makasih.... Makasih banget..."
Dengan ragu-ragu, Adhitya membalas pelukan Athala lalu menepuk-nepuk punggungnya pelan. "Nggak papa... Lo-eh kamu nggak usah bilang makasih. Ini kan udah kewajiban aku sebagai 'teman'."
Saat menyebut kata 'teman' Adhitya memang sedikit merasa sakit. Namun, pelukan ini membuatnya cukup senang. Athala tidak tahu, seberapa besar efek yang ditimbulkan pada Adhitya karena pelukannya yang tiba-tiba ini.
Athala pun melepas pelukannya lalu meringis kesakitan akibat luka di tangannya. Adhitya yang melihat hal itu langsung panik.
"Kenapa? Ada yang sakit? Di mana? Yang sakit yang mana?" tanya Adhitya bertubi-tubi.
"Nggak. Nggak ada," jawab Athala berbohong. Ia perlahan menyembunyikan kedua tangannya. Namun, Adhitya langsung menariknya. Seakan-akan tahu bahwa luka di tangan gadis itu lah yang membuatnya meringis kesakitan.
"Ini apa, kalau bukan luka hah? Kamu nggak perlu berbohong di depan aku. Aku kenal banget sama kamu," kata Adhitya sembari memperhatikan luka di tangan Athala.
Athala mengerutkan dahinya ketika mendengar kata-kata Adhitya yang menurutnya agak berlebihan.
Athala sedikit membuka mulutnya ketika menyadari bahwa tangan Adhitya juga terluka.
"Terus di tangan lo itu apa?" tanya Athala berusaha sedatar mungkin.
Adhitya hanya menatap luka itu sekilas, lalu kembali fokus pada tangan Athala. "Nggak apa-apa itu. Lagian juga nggak sakit dan nggak segede luka kamu kok," sahutnya santai.
Wah, nih cowok sangar juga, batin Athala.
"Kamu ada bawa saputangan atau apa gitu?" tanya Adhitya.
"Hah? Kayaknya gue ada." Athala pun merogoh saku celananya. Ternyata benda yang dimaksud Adhitya dibawa oleh Athala sekarang.
"Nih," katanya sambil menyerahkan saputangan itu pada Adhitya. Adhitya mengambilnya lalu mengikatkannya pada tangan Athala.
"Maaf ya kalo aku cuma bisa ngiket kayak gini. Nanti kalo udah nyampe ke perkemahan, aku langsung bawa kamu ke PMR kok," kata Adhitya sambil tersenyum simpul.
Sedangkan Athala hanya mengernyitkan dahinya pelan. Justru Athala sudah sangat berterima kasih pada Adhitya karena mau mencarinya dan mengobati lukanya. Lalu, mengapa laki-laki itu tampak seperti tak enak hati padanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Adhitha [COMPLETED]
Jugendliteratur"Aku dan kamu itu satu." Ini tentang sebuah kisah. Si cowok berpenampilan cupu, yang menyimpan sejuta rahasia dan si cewek dingin, yang berusaha selalu kuat untuk menghadapi apa pun. Tentang mereka berdua. Adhitya Kinantan dan Athala Triata. amazi...