-Adhitha 10-

893 36 2
                                    

Pelajaran olahraga untuk kelas XII IPA 2 hari ini, dimulai dengan pemanasan. Seluruh siswa kelas XII IPA 2 sedang sibuk melakukan pemanasan.

Teriknya matahari di pagi hari ini, melengkapi pelajaran olahraga hari ini.

"Pemanasan selesai! Silakan duduk kembali!" perintah Pak Bonar, guru olahraga untuk kelas XII IPA 2. Sekaligus guru paling galak di SMA Kusuma Bangsa. Dia mendapat banyak sekali julukan dari siswa-siswanya. Mulai dari Pak Roket hingga Bapak Aljabar Abad ke-21. Karena, kepintarannya dalam bidang matematika, yaitu, aljabar. Memang agak tidak nyambung sih.

Dia juga adalah mantan pegulat. Jadi, jangan coba-coba untuk berbuat macam-macam.

Athala meregangkan otot-otot leher dan tangannya, sembari menatap orang yang ada di depannya. Sambil berpikir, apa dia harus minta maaf kepada orang itu?

Mungkin, dia harus minta maaf sekarang. Lagipula ketiga sahabatnya itu kan ada di barisan lain.

"Adhit..." panggil Athala. Adhitya pun langsung berbalik ke belakang. "A-apa? Apa Athala?" tanya Adhitya sembari memperbaiki letak kacamatanya.

"Gue, mau... " Athala masih berpikir apa kata-kata yang akan diucapkannya kepada Adhitya. Sedangkan Adhitya hanya menatapnya penasaran. "Apa Atha-"

"Adhitya dan Athala! Kalian berdua kenapa tidak memerhatikan saya yang sedang menjelaskan?!" sentakan Pak Bonar sukses membuat Athala dan Adhitya terlonjak kaget. Yang didukung dengan tatapan tajamnya.

"Kita sedang membicarakan tentang PR, Pak," kata Athala. Adhitya hanya diam mendengarkan. Baru tahu kalau Athala pintar bohong juga.

"Baiklah, sekarang perhatikan saya!" Pak Bonar kembali menjelaskan tentang materi hari ini.

Namun, bisikan Athala kembali mengalihkan perhatian Adhitya.

"Gue mau..."

"Gue mau minta maaf. Soal kemarin." Athala menatap cemas ke Adhitya.

Adhitya pun berbalik lagi ke arah Athala. Kali ini tersenyum. "Nggak apa-apa kok."

"Adhitya dan Athala! Kenapa kalian berbicara lagi?!" Pak Bonar sudah habis kesabarannya.

"Kami hanya membicarakan tentang materi, Pak," Athala mengedipkan sebelah matanya, memberi kode kepada Adhitya. "I-Iya Pak," jawab Adhitya terbata-bata.

"Halah, alasan saja. Sekarang kalian saya hukum lari keliling lapangan sebanyak lima belas kali!" perintah Pak Bonar. Suaranya menggelegar.

Dengan takut-takut, Athala dan Adhitya keluar dari barisan dan mulai berlari mengelilingi lapangan sekolah. Athala mendengus kesal. Melihat ukuran lapangan sekolahnya yang sangat besar dan luas.

Putaran pertama, Athala sudah dibuat ingin pingsan. Kakinya seperti mati rasa. Ingin sekali dia berhenti dan istirahat. Ingin sekali.

Adhitya yang melihat kondisi Athala itu, mulai khawatir. Mengingat Athala yang tidak pernah dihukum untuk lari keliling lapangan seperti ini. Adhitya menutup matanya, Ya Tuhan, semoga Athala kuat. Adhitya nggak pengen dia sakit nanti.

Putaran kelima. Rasanya ingin mati saja. Baju Athala dan Adhitya sekarang mulai basah karena keringat. Athala yang berada di samping kiri Adhitya, napasnya sudah tidak beraturan.

"Tha, nggak papa kan?" tanya Adhitya. Nada suaranya terdengar khawatir.

"Nggak. Nggak papa." jawab Athala berbohong.

"Serius?"

"Iya. Lanjutin aja larinya." Adhitya hanya bisa mendengus pasrah. Keras kepala boleh. Tetapi, jangan seperti ini juga kan? Benar kan?

Adhitha [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang